(30) 𝙨𝙤𝙧𝙧𝙮 𝙛𝙤𝙧?

37 14 1
                                    


"Kesendirian terburuk adalah menjadi miskin dari persahabatan yang tulus."

- darez samudera -






[Lanjutan dari chapter sebelumnya]

Kini, pandangannya tertuju kepada lelaki dihadapan nya.

"Kak?" zada terkejut bukan main ketika yang ia lihat adalah sahabat kecilnya.

"K...kak darez?" lanjutnya terbata.

"Tolong,,, maafin gue" ucap singkat darez seraya mengambil paksa kedua pergelangan tangan zada.

Zada bingung setengah mati, untuk mencoba mencerna maksud dari ucapan darez.

"Untuk apa, kak?" zada tidak tau kemana arah ucapan darez. Karna tak kunjung mendapatkan balasan dari darez, zada melanjutkan ucapannya.

"Seharusnya kak darez ngga perlu minta maaf, karna dari awal zada yang salah" zada menundukkan kepalanya.

Darez mengerutkan dahi nya, bukannya seharusnya dia yang harus meminta maaf, kenapa jadi gadis itu.

"Zada minta maaf karna pernah punya perasaan untuk kak darez, zada ngga bisa kontrol itu. Sampai akhirnya, zada tau kak darez dekat sama keysa. Tapi kak darez ngga perlu takut, zada sekarang mulai mengubur semua perasaan itu untuk kakak" lanjutnya panjang lebar.

Darez masih terdiam di tempatnya, ia bertanya pada dirinya. Sejak kapan gadis di hadapannya memiliki perasaan terhadapnya.

"Maaf, gue ngga pernah mau hal itu kejadian" ucap alvin mengalihkan.

Kini, zada yang dibuat kebingungan. Ia menunggu ucapan darez yang selanjutnya.

"Gue sudah ngelakuin dosa besar, apa setelah dengar ini lo masih bisa maafin gue?" ekspresi darez langsung berubah drastis, ia tau gadis di hadapannya ini tidak akan memaafkannya jika mendengar hal itu.

"Gue yang ...." ucapan darez terhenti karna terdengar klakson motor dari arah belakang.

Pengendara motor itu ialah alvin, sahabatnya sendiri. Sudah hampir setengah jam alvin mencari zada, namun tak kunjung ketemu. Para sahabat zada pun ikut khawatir.

Sampai akhirnya ia memutuskan untuk mencari keluar rumah. Barangkali gadis itu memang berada diluar, dan benar saja ia melihat siluet tubuh zada dengan seorang yang ia kenal tidak jauh dari perkarangan rumah zada.

"Rez, ngapain lo bawa zada kesini. Mau macam macam, lo?" ucap alvin dengan wajah sinis sambil menyenggol kasar pundak sahabatnya itu.

Darez yang melihat wajah sinis alvin pun bertanya tanya, sebenarnya ada apa dengan alvin? Tidak biasanya ia seperti ini.

"Zada, kamu ngga kenapa-kenapa kan?" tanpa mendengar balasan darez, alvin langsung tertuju kepada zada yang wajahnya terlihat seperti habis menangis.

"Lo, apain zada rez. Gila lo" walaupun alvin sendiri tidak tau apa yang sebenarnya sudah terjadi, tapi melihat kondisi zada saat ini, ingin rasanya melayangkan tangan kepada darez.

"Kak alvin, zada ngga apa-apa" ucap zada menenangkan, takut keduanya bertengkar.

Alvin tersenyun sinis kepada darez, dan langsung mengajak zada untuk segera kembali kerumahnya.

"Kita pulang sekarang zada, bi titin khawatir mencarimu" ucap alvin lembut seraya mengelus pucuk kepala zada.

Zada yang mendapat perlakuan seperti itu, langsung menatap darez yang kini berada di sebelah alvin.

Wajah darez menahan kesal, terlihat dari kepalan tangannya yang begitu kuat. Sorot matanya pun tidak bisa dibohongi.

Bahkan, darez sendiri pun tidak tau mengapa ia bisa begitu. Seperti orang cemburu, saja.

"Maaf, kak darez. Zada pamit pulang sekarang"

Darez yang mendengarnya hanya berdehem pelan.

Alvin mendekatkan tubuhnya kepada darez, dan membisikkan sesuatu. "Kalau gue tau hal bodoh apa yang sudah lo lakuin, jangan pernah harap persahabatan kita terjalin lama, seperti yang lo ucapkan"

Alvin memegang pergelangan tangan zada, dan langsung menyalakan motornya untuk kembali kerumah zada.

"Apa karna dia lo berubah, vin? Sebegitu pengaruhnya dia di kehidupan, lo?"











Jika menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote.

Terima kasih🙌

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang