(33) 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙤𝙗𝙨𝙚𝙨𝙞?

31 9 0
                                    


"Terkadang orang yang paling dekat adalah calon musuh yang paling berbahaya."

- zada fadila -






"Huh, lega banget rasanya." ucap zada.

Zada sudah keluar dari toilet, ketika ia ingin menghampiri sahabatnya. Namun, salsa memberhentikan langkahnya.

"Ca, mau ke toilet?." tanya zada sambil nenunjuk toilet yang persis di sampingnya.

Bukan nya mendapat jawaban atas pertanyaan, salsa malah mengalihkan pembicaraan. "Masih ngga mau ngaku lo, kalau ada hubungan sama kak alvin?."

Zada menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa para sahabatnya ingin sekali tau mengenai hubungan nya dengan kak alvin yang hanya teman saja.

"Gue ngga ada hubungan serius sama kak alvin, ca. Lagian kalaupun ada, kenapa ca?." kini zada yang melontarkan pertanyaan untuk salsa.

"Oh, gini ya sifat asli lo zad" sindir salsa.

Mendengar ucapan salsa, zada terdiam sejenak memikirkan sesuatu.

"Lo suka sama kak alvin, ca?." pertanyaan zada membungkam mulut salsa.

"Kalau pun gue suka, apa urusannya sama lo? Ngga usah nyari tau tentang gue zad, gue ngga sudi temenan sama lo kalau bukan karna mereka." yang dimaksud salsa (mereka) adalah rischa, bila, dan nata.

"Baru tau gue ca, makasih ca udah ngasih tau gue tentang kebenarannya, pantes selama ini lo bersikap acuh ke gue." ini salah satu hal yang menyakitkan yang pernah zada dengar selain darez.

Ternyata selama ini, salsa yang sudah dia anggap seperti sahabat nya nyatanya membuat luka paling dalam.

"Jauhi alvin, zad. Kalau lo ngga mau kena imbasnya. Gue ngga suka liat lo di perlakukan layaknya ratu sama alvin."

"Lo ngga usah ngatur ngatur gue deh, ca. Lagian itu urusan alvin mau memperlakukan gue gimana." yang dikatakan zada memang benar, salsa tidak berhak mengatur kehidupannya bahkan alvin sekali pun.

"Ckck, ngga usah belagu deh zad, lo bukan siapa-siapa alvin." sindir salsa.

"Lah, emang nya gue ada bilang gue pacarnya kak alvin? Budeg kali ya, lo!." ucap zada seraya tertawa kecil, membuat salsa yang melihatnya kesal setengah mati.

"Gue mantan pacar alvin." ucap salsa dengan menekankan kalimatnya. Mau tidak mau salsa harus mengatakan hal ini.

Zada yang mendengar nya pun kaget, tapi ia masih bisa mengkondisikan wajahnya didepan sahabatnya itu.

"Oh, jadi lo mantan pacar kak alvin? Belum moveon ya, ca? Belum nemuin yang lebih baik dari kak alvin?." jawaban zada membuat salsa ingin melayangkan tangan nya.

"Lo..." ucap salsa sambil mengangkat tangan kanan nya.

Namun, sebelum meengenai pipi zada seseorang mencengkal tangan salsa dengan kuat.

"Bukan nya benar yang dikatakan sama zada, ca? Kita udah putus ca, lo ngga berhak lagi ngatur ngatur kehidupan gue yang sepenuhnya bukan milik lo lagi." kini alvin yang bersuara. Ya dia sedari tadi mendengar perdebatan antara keduanya, sengaja menguping pembicaraan zada dan salsa.

"Lo, mutusin gue secara sepihak vin. Kita belum pure putus, gue ngga akan pernah nerima itu." jawab salsa nyolot, ia sama sekali tidak terima kalau alvin memutuskan hubungan secara sepihak.

"Kalau lo ngga ngelakuin hal bodoh itu, pasti gue masih stay disamping lo, ca." jawab alvin santai seraya menatap lekat zada.

"Gue..." salsa memegang tangan kekar alvin yang langsung ditepis oleh empunya.

"Lepasin tangan gue, ca. Gue ngga mau ngelihat cewe gue cemburu." ucap alvin asal, ia sendiri tidak yakin kalau zada akan cemburu. Alvin masih manatap lekat zada enggan menatap salsa mantan pacar nya itu.

Zada yang sedari tadi diam, kini berucap. "Ca, lo jangan pulang sekarang. Sebaiknya lo tetap disini sampai besok pagi." semarah apapun zada ia tetap menggangap caca sahabatnya.

Zada melangkahkan kakinya menuju teras belakang, sudah terlalu lama berada disini takut membuat ketiga sahabatnya cemas.

"Harusnya lo ngga disini, ca. Lo ngerusak suasana hati zada. Satu lagi, lo jangan pernah ngusik zada ada ataupun ngga ada nya gue di sampingnya. Hubungan kita sudah selesai lama dan ngga ada yang perlu dibahas-bahas lagi. Lo bisa kok bahagia tanpa adanya gue." kini alvin meninggalkan salsa sendiri.

"Harusnya gue bisa kontrol emosi, tapi hati gue ngga bisa berpaling dari lo, vin. Kalau gue ngga bisa milikin lo, zada juga ngga berhak atas lo." air mata salsa yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh juga.

Sebenarnya salsa sendiri juga tidak ingin berada di posisi seperti ini, ia sudah menggangap zada layaknya seperti saudara, namun kini semuanya dibutakan oleh cinta. Obsesi salsa yang ingin mendapatkan kembali cinta alvin.








Jika menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote.

Terima kasih🙌

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang