(2) 𝙖𝙡𝙫𝙞𝙣, 𝙬𝙝𝙤?

91 38 0
                                    


"aku berbohong jika aku bilang tidak merindukan dirimu sama sekali"

- zada fadila -



Pagi yang cerah, sinar matahari menembus tirai dibalik jendela. Hingga alarm membangunkannya, zada.

"Hoamhh aduh masih ngantuk nih, cepet banget sih alarm nya bunyi, hmm." dengan malas zada melangkah kan kakinya menuju kamar mandi.

Mau tidak mau ia harus melakukannya karna ini pertama kalinya ia akan melangkah kan kaki di sekolah barunya. Tentunya ia tidak ingin terlihat buruk bukan untuk hari pertamanya bersekolah?

Kini zada sudah siap dengan seragam sekolahnya, dan segera menuruni tangga untuk menyantap sarapan rutin bersama kedua orang tuanya sebelum pergi ke sekolah.


- 𝙢𝙚𝙟𝙖 𝙢𝙖𝙠𝙖𝙣 -

"Good morning ma,pah" teriaknya kencang sambil menuruni anak tangga dan berlari kecil kearah kedua orang tuanya.

"Hati hati nak, jangan berlari begitu. Makanan ini tidak akan kabur tenang saja." ucap Danu ayahnya, putrinya itu tidak pernah berubah, selalu saja bersikap seperti itu.

Zada terkekeh kecil mendengar penuturan dari papanya itu. "Papah bisa saja hehe."

"Nanti papah yang akan mengantar kamu pergi ke sekolah. Papah minta putri cantik papah jangan mencari gara-gara di sekolah baru nanti." ucap danu memperingatkan putrinya.

"Pah, zada ngga akan nyari gara-gara kalau si keysa itu ngga mulai duluan. Putri papah kan anak baik-baik." zada membatin sambil tersenyum mengingat kejadian yang membuat dirinya harus pindah sekolah.

- 𝙛𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 2 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙡𝙪 -

"Zada, kenapa kamu tega sekali menampar keysa teman sebangku mu, apa yang membuat kamu marah sekali seperti ini?." ucap bu atun dengan wajah murka.

Kesabaran zada kini mulai diuji, ia mencoba sekuat mungkin menahan amarah yang sudah bergejolak.

"Kenapa, ngga bisa jawab pertanyaan ibu, apa kamu tidak pernah diajari sopan santun oleh kedua orang tuamu?." tanya lagi bu atun dengan raut wajah mengejek.

Sudah cukup, ucapan bu atun sudah kelewatan batas. Zada tidak suka kalau kedua orang tuanya harus dibawa-bawa seperti ini.

"Mama saya dihina habis habisan oleh keysa, apa saya harus diam saja bu? Dimana saat mama saya dicaci maki oleh keysa, apakah saya harus tetap diam mendengarkannya?." ucap zada kecewa terhadap gurunya, gurunya lebih mempercayai kebohongan keysa dibandingkan dengan fakta sebenarnya.

"Dan untuk lo keysa, tolong jangan pernah bawa-bawa orang tua gue di permasalahan kita. Jangan bikin gue bertindak lebih jauh dari ini. 𝙇𝙊 𝘿𝙀𝙉𝙂𝘼𝙍 𝙆𝘼𝙉, 𝙆𝙀𝙔𝙎𝘼 𝘼𝘾𝙄𝙇𝘼 " zada menunjuk tepat di wajah keysa, memperingatkan gadis itu agar tidak bermain-main dengannya.

Cukup, zada sudah hilang kesabaran sekarang. Entah sudah beberapa kali ia memperingatkan keysa, untuk tidak membawa urusan pribadi di antara permasalahan mereka berdua. Namun sepertinya keysa tidak pernah mengubris.

"Maaf bu, sudah membuat keributan disini. Saya izin permisi." zada pergi dengan perasaan campur aduk sedangkan wali kelasnya bu atun merasa bersalah kepada zada.

___

"Nak, kamu kenapa melamun begitu, apa yang sedang kamu pikirkan? Apa ada masalah, nak?." singgung diah kepada putrinya.

Zada terperanjak kaget, dan terpaksa menutupi hal itu dari mamanya.

"Oh, ngga ada ma. Hmm udah waktunya berangkat maa, zada pamit dulu yaa assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, nak. Hati hati pah." diah mengambil pergelangan tangan suaminya dan menciumnya.

Yap, sangat benar zada sama sekali belum mengatakan hal itu kepada mamanya, ia tidak ingin hati mamanya terluka jika mendengar nya. Sudah banyak kepahitan yang telah dirasakan mamanya, 𝙯𝙖𝙙𝙖 𝙩𝙖𝙠 𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙟𝙞𝙠𝙖 𝙡𝙪𝙠𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙖𝙜𝙞 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙠𝙚𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖.


𝙎𝙈𝘼 𝙋𝙍𝘼𝙈𝙐𝘿𝙄 𝘽𝘼𝙉𝙂𝙎𝘼

Zada menyalimi tangan papah nya dan segera menuju lapangan untuk mengikuti upacara pertama kalinya. Dia melangkah kan kaki nya dengan hati-hati seraya menundukkan kepalanya. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang notabenya kakak kelasnya hingga membuat nya meringis karna terjatuh.

"Aduhhh, lain kali lihat lihat dong jangan seenaknya gitu ini bukan jalan bapak lo."
ucap zada sambil meringis kesakitan, memegang kakinya yang sedikit tergores.

"Manis." ucap lelaki yang entah menabrak atau ditabrak itu.

"Gue ngga butuh pujian dari lo." ucap zada sinis. Ia langsung berdiri dan pergi menjauhi lelaki yang menurutnya itu sinting.

Tanpa zada sadari lelaki di belakang nya tersenyum menatap kepergian dirinya.

"Lah alvin kesambet atau gimana sih, ngga biasanya dia senyum gitu. Mana senyum sendiri lagii, ckck udah ngga waras nih anak." ucap bagas prihatin, tapi lebih ke ngakakkk sih.

Sedangkan varo yang diajak ngobrol hanya diam saja, ia larut akan masalahnya sendiri.

___

𝘼𝙡𝙫𝙞𝙣 𝘼𝙡𝙩𝙖𝙧, kembaran dari alvaro hanya saja alvin lahir 6 menit lebih awal daripada varo. Tak ada yang kurang darinya, mungkin hanya kurang kasih sayang saja. Cowo dingin yang tak ingin diganggu oleh siapapun, mau itu lelaki atau perempuan dia ngga perduli. Padahal zada dengan tidak sengaja menabraknya, itu sama halnya dengan mencari gara-gara, bukan?

𝘽𝙖𝙜𝙖𝙨 𝙎𝙚𝙥𝙩𝙞𝙖𝙣, cowo petakilan yang sukanya rusuh tapi kalau ngga ada bagas, varo sama alvin ngga akan betah di dunia ckck. Anak XII MIPA 1 yang bisa dibilang playboy. Hanya saja ia lebih rapi dalam berpakaian dibandingkan kedua sahabatnya yang badboy itu.

𝘼𝙡𝙫𝙖𝙧𝙤 𝘼𝙡𝙩𝙖𝙧, cowo dingin yang selalu larut dengan masalahnya sendiri, cuek bahkan sangat amat cuek, dan dia tidak ingin ada satu wanita lagi yang masuk kehidupnya kecuali ibunya. Tapi apakah varo bisa menghindari itu semua? 𝙃𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙩𝙖𝙠𝙙𝙞𝙧 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙪.








Jika kalian menyukai bab ini, silakan pertimbangkan untuk memberikan vote.

terima kasih🙌

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang