(41) 𝙠𝙚𝙘𝙪𝙧𝙞𝙜𝙖𝙖𝙣

25 7 11
                                    


"Berhentilah mencari kebahagiaan di tempat yang sama kamu kehilangannya."

- Nabila Alysa -







- 𝙆𝙤𝙧𝙞𝙙𝙤𝙧 𝙎𝙚𝙠𝙤𝙡𝙖𝙝 -

"Dilaa, tungguin napa." panggil gadis berambut sebahu sambil berlari kecil kearah zada.

Keduanya berada di koridor depan kelas XI MIPS 3 menuju ke ruangan kelas mereka. Jarak antara kedua ruangan itu cukup dekat, jadi tidak memerlukan banyak waktu untuk sampai ke ruang kelas.

Kebetulan hari ini rischa datang lebih awal untuk bisa menyalin tugas dari zada. Baru kali pertama bagi rischa tidak mengerjakan tugas. Biasanya gadis itu selalu memberikan salinan tugas untuk sahabatnya, hari ini dia yang harus menyalin.

Kini, rischa sudah berada di samping zada, mau tidak mau zada mensejajarkan langkahnya agar bisa seirama dengan langkah sahabat nya itu.

"Belajar jalan pelan gih, dil. Lo, ngga kasihan apa sama gue?." ucap rischa ngos ngosan seperti sehabis dikejar angsa.

"Perasaan gue, jalan gue biasa aja ris. Langkah lo aja kali yang kependekan." sindir zada dengan diakhiri kekehan kecil.

Rischa reflect memukul kecil pergelangan tangan zada. "Dasar lo, dil. Kalau ngomong kadang suka bener ckck."

Keduanya kini sudah memasuki ruang kelas dan mulai duduk di bangku yang kebetulan bersampingan.

Zada membuka resleting tas nya untuk memberikan salinan tugas yang sudah ia janjikan kepada rischa malam tadi.

Rischa mulai menyalin sambil menanyakan sesuatu yang sejak lama mengganjal di hatinya ke zada.

"Dilaaa." panggil rischa namun tetap menatap kearah buku untuk menyalin tugasnya.

Zada yang merasa namanya terpanggil pun langsung menghentikan aktivitasnya. Ia meletakkan handphone nya di atas meja dan menatap rischa di sebelahnya.

"Ada apa Allura Rischa?." tanya zada dengan menyebutkan nama panjang gadis di sebelahnya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo." ucap rischa dengan raut wajah ragu.

"Lo kayak lagi mau nyatain perasaan aja deh, ris. Biasanya juga ngga pernah izin kalau mau ngomong." zada merasa aneh dengan rischa, tidak sepertinya ia terlihat ragu hanya untuk berbicara saja.

"Aduh dil, gue ngga lagi bercanda ini." ucap rischa serius. Yang menandakan ia tidak sedang bercanda sekarang.

"Iya deh iyaa, sorry. Jadi lo mau ngomong apa?." melihat keriusan raut wajah rischa, zada pun menanyakan hal apa yang sebenarnya yang ingin rischa katakan kepadanya.

"Hm, lo ngga menaruh curiga gitu mengenai kematian bokap nyokap lo? Gue ngerasa ada yang janggal deh, dil." ucap rischa langsung keintinya. Sebenarnya rischa sendiri sudah merasa tidak beres sejak sebulan yang lalu.

Zada mulai memikirkan hal yang sebelumnya tak pernah ia sangka. Memang benar, sebulan yang lalu papahnya menghubunginya saat ia sedang bersama alvin makan bubur di komplek.

"Ris, kenapa lo bisa berpikiran kalau ada yang harus bertanggung jawab sama kematian kedua orang tua gue?." bukannya menjawab, zada malah melontarkan pertanyaan kembali untuk rischa.

Rischa menghembuskan nafas kasar. Bagaimana ia tidak menaruh curiga, kecelakaan itu terlalu meninggalkan banyak pertanyaan menurutnya.

"Kalaupun benar ini kecelakaan tunggal pasti ini sudah direncanain sebelumnya, dil."

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang