(44) 𝙋𝙪𝙣𝙘𝙖𝙠

21 3 0
                                    

"Aku ingin kau jadikan tempat hatimu merebah, bukan sekedar tempat kau
berkeluh kesah."

- zada fadila -








Tanpa keduanya ketahui, ada dua pasang manik mata yang sejak daritadi memperhatikan pergerakan mereka berdua.

Salah satu di antaranya mengepalkan tangan kuat dengan raut wajah menggeras di bagian rahangnya.

"Dari awal gue udah bilang sama lo, lo ngga bisa seenaknya ngerebut zada dari darez. Lo harusnya sadar vin. Daripada nantinya makin rumit, coba usahain buat lupain dia."

"Harusnya lo bantu gue buat bisa dapetin hati zada. Kenapa lo malah berpihak ke mereka berdua? Dikasih apa lo sama darez, sampai belain dia segitunya?."

"Ngawur lo kalau ngomong. Emang gue apaan, ha?."

"Woi pada ngapain sih, ngerumpiin apaan? Kenapa ngga ngajak-ngajak gue? Parah sih kalian."

"Gue mau nanya sesuatu deh sama lo, Gas."

"Apaan?" tanya bagas seraya mengangkat kedua alisnya.

"Lo admin akun lambe turah ya? Mulut lo ngerecos mulu. Pusing gue dengernya."

Bukannya marah, bagas malah kegirangan. "Gila akhirnya salah satu cita-cita gue terwujud. Bisa dikatain admin lambe turah sama sahabat sendiri."

"Otak lo geser deh, Gas. Mau kita berdua temenin ngecek?." ucap Alvin bercanda.

"Eum--." belum sempat menyelesaikan ucapannya, alvino memotongnya.

"Gue mau balik."

"Oke, bareng aja."

Ketiganya menaiki motor masing-masing, dan mulai meninggalkan tempat yang sepertinya akan menyimpan banyak sekali kenangan.

___

"Makasih banyak kak untuk tumpangannya." ucap zada yang kini sudah turun dari motor.

"Zada duluan masuk yaa, kak." Baru saja ingin melangkah kan kakinya untuk masuk, darez mengeluarkan suaranya.

"Jaket gue sekalian aja dibawa ke kamar." ucap darez menyindir.

Zada yang tersadar pun menepuk pelan dahinya. "Astaga zada, pikun bgt sihh."

"Ehm ini jaketnya kak." zada menyondorkan jaket yang sejak 10 menit lalu terlilit sempurna di pinggang nya.

"Hm." Darez mengambil jaketnya dari tangan mungil perempuan di depannya itu dan langsung memakai nya.

Zada tanpa sengaja terkekeh kecil melihat rambut darez yang acak-acakan tertimpa angin. Sungguh, itu sama sekali tidak menghilang kan ketampanan darez.

"Gue mau ngajak lo keliling nanti malam, lo mau?." tanya darez yang sontak membuat zada terkejut.

Tidak langsung menjawab, zada memikirkan dengan matang untuk menerima ajakan darez atau menolaknya. Lagi pula semenjak ditinggalkan kedua orang tuanya, zada sendiri jarang keluar rumah. Bahkan hampir tidak pernah.

Melihat zada yang tengah mempertimbangkan ajakan nya, darez pun berucap. "Gue ngga maksa, kalau lo sibuk ngga papa. Bisa lain waktu."

Mendengar ucapan Darez, seperkian detik itu juga Zada langsung memberikan jawabannya.

"Ngga... ngga lagi sibuk kak." sebenarnya zada ingin menolak ajakan laki-laki di depannya sekarang, namun entah mengapa ucapan nya tidak sinkron dengan hatinya.

"Oke, jam 9 gue jemput." Darez pun menyalakan motornya, menutup wajahnya dengan helm full face sembari tersenyum tipis yang sama sekali tidak bisa zada lihat.

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang