(31) 𝙨𝙪𝙧𝙥𝙧𝙞𝙨𝙚 #2

20 9 0
                                    


"Kata-kata lebih menyakitkan daripada apapun, karena mereka bertahan,
kadang selamanya."

- zada fadila -



Kini keduanya sudah sampai di depan perkarangan rumah zada. Alvin turun dari motornya dan menyuruh zada untuk masuk terlebih dahulu.

Sebenarnya, alvin ingin menanyakan hal yang terjadi barusan antara zada dan darez, tapi rasanya ia harus mengubur pertanyaan-pertanyaan yang mengusik itu.

"Kak alvin ngga mau masuk dulu?." tanya zada memulai pembicaraan.

"Zada duluan ya nanti aku nyusul" jawab alvin seadanya. Ia memang sudah mempersiapkan hal ini, walaupun awalnya tidak berjalan sesuai rencana.

"Oh,,, yaudah kak. Zada masuk duluan yaa, kak." zada pun melenggang pergi menjauhi alvin, namun sebelum itu ia memberikan senyuman manis kearah alvin.

Sungguh senyuman zada sangat candu bagi alvin, andai alvin bisa terus ada diposisi seperti ini pasti rasanya akan membahagiakan sekali.

- 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙨 𝙙𝙚𝙥𝙖𝙣 -

Zada melangkahkan kakinya untuk segera membuka pintu rumahnya, ketika zada menekan knop pintu rumahnya, ia dikejutkan dengan para sahabat nya yang berdiri sejajar masing masing membawa hadiah dan kue.

[Ceklek]

"Happy birthday, dilaaa." ucap ketiga sahabatnya bersamaan, terkecuali salsa yang menatap sinis kearah zada.

Zada menatap sahabatnya satu persatu, ia bahkan tidak ingat kalau hari ini merupakan hari ulang tahunnya. Kali ini zada merasa sangat terharu hingga meneteskan air matanya.

"Happy birthday dilaa, happy birthday dilaa, happy birthday, happy birthday, happy birthday dilaa." ucap keempat sahabatnya bersamaan seraya menepukkan tangan.

"Happy seventeen my little angel, jangan pernah ngerasa sendiri zada, kami akan selalu berusaha ada untukmu." kini, bila yang berucap. Ia sangat paham dengan kondisi zada saat ini, zada sangat membutuhkan sosok pendengar disaat seperti ini.

"Gue sih ngga mau ya, kalian bertiga aja sono jagain si tuan putri." jawab caca mengdumel di dalam hati.

"Oh, iyaa. Btw dari mana aja lo, udah sejam an lo ngilang tanpa kabar. Bisa ngga sih ngga buat kami khawatir, zad?." sindir salsa, ya karna memang itu nyatanya.

Zada yang mendengar ucapan dari salsa, enggan membalas kejadian sebenarnya, ia tidak mau para sahabatnya semakin khawatir ketika ia mengungkap kejadian yang terjadi beberapa menit lalu.

"Maaf, aku keluar sebentar keliling komplek. Lagi pengen nyari angin aja." jawab zada bohong.

"Makasih banyak, gue ngga tau harus ngomong apa lagi selain makasih." ucap zada mengalihkan pembicaraan seraya memeluk para sahabatnya bergantian.

"Dilaaa jangan nangis terus,,, senyum dong." kini rischa mengusap pelan air mata zada yang sedari tadi keluar.

Zada mengangkat wajahnya, mengeluarkan senyuman kearah keempat sahabatnya. Ternyata, ia masih memiliki harapan untuk hidup.

"Kita punya sesuatu buat, lo. Tapi sebelum itu lo buka hadiah ini dulu, gimana?." zada menerima hadiah dari tangan rischa, entah kapan hadiah itu ada. Padahal rasanya tadi ia tidak melihat adanya hadiah itu.

Daripada kelewat penasaran dengan isinya, zada langsung membuka nya. Kado yang berukuran sedang, yang dibalut dengan pita merah muda.

Mata zada berbinar ketika mengetahui isi dari kado tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata zada berbinar ketika mengetahui isi dari kado tersebut. Camera instax mini yang sudah lama dia inginkan, yang baru bisa kesampaian sekarang.

"Very cute, this is a special gift I've ever gotten, love you guys." ucap zada dengan wajah ceria nya.

Nata yang paham langsung berucap. "Eitss, itu bukan hadiah dari kita kita, yaa"

Zada mengeryit kan dahinya. Kalau bukan keempat sahabatnya, siapa? Apa bi titin?

Ia langsung menatap bi titin yang sedari tadi tersenyum menatapnya. "Dari bibi yaa?."

"Bukan non, itu dari den alvin." jawab bi titin seraya menggelengkan kepalanya.

"Kak alvin?." tanya zada yang langsung dibalas anggukan oleh art nya.

Zada langsung menolehkan kepalanya ke belakang, namun ia tidak menemui sosok alvin disana. Kemana dia?

"Udah sejauh mana nih? Gopub dongg, ya ngga" ucap bila sambil menyenggol tangan salsa yang tepat berdiri di sampingnya.

"Apaan sih, lo" jawab salsa malas.

"Oh ngga, cuman sebatas temen aja. Gimana kalau kalian nginap disini malem ini, udah larut banget ini." ucap zada mengalihkan pembicaraan.

"Emang mau nginap kali, siapa juga sih yang mau pulang selarut ini. Gini gini juga, gue takut diculik kali" kini salsa yang menjawabnya dan langsung melenggang pergi menuju teras belakang rumah zada.

"Bisa dipercepat ngga, gue ngantuk parah." setengah berjalan, salsa menghadap ke belakang tepat kearah sahabatnya.

Zada sebenarnya tak merisaukan ucapan dari salsa, hanya saja zada merasa kalau sahabatnya itu kini berbeda.

"Sebenarnya salsa kenapa? Apa aku melakukan kesalahan besar kepadanya?." zada berucap dalam hati.

"Eh, kenapa pada bengong semua. Apa lagi dila nih, katanya mau ngelihat suprise dari kita-kita kan" rischa membuyarkan lamunan dari ketiga sahabatnya. Ia sebenarnya tau, mengapa salsa bersikap seperti itu. Hanya saja ia tidak ingin mengacaukan pikiran zada.

Zada tersenyum dan menggangukan kepalanya. Ketiga sahabatnya langsung menggandeng kedua tangannya menuntun zada untuk menuju ke teras belakang.








Jika menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote.

Terima kasih🙌

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang