(13) 𝙨𝙚𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙖𝙡𝙫𝙞𝙣

32 26 3
                                    


"Sudah jelas cintanya menepuk angin, tetapi masih saja terampil untuk merindu."

- zada fadila -










- 𝙍𝙪𝙢𝙖𝙝 𝙕𝙖𝙙𝙖 -

"Zada, ini ada seseorang yang menunggu mu dibawah" pekik diah nyaring hingga terdengar sampai lantai atas.

Zada yang merasa namanya dipanggil oleh ibunya kebingungan. "Ha siapa? Rasanya aku tidak memiliki janji dengan seseorang" ucap zada bermonolog dalam hatinya.

"Iyaa bu sebentar" jawab zada seadanya.

Seketika zada menuruni tangga dan melihat ibunya sedang berbicara dengan seseorang dengan wajah yang membelakangi dirinya. Dari postur tubuhnya terlihat seperti tidak asing.

Belum sempat zada duduk, ibunya tiba tiba berdiri pamit ke dapur. "Ibu ke belakang duluu ya" ucapnya kepada zada dan alvin.

Zada dan alvin pun menganggukkan kepala sembari tersenyum.

Kini hanya tersisa mereka berdua, tanpa sengaja manik mata itu bertemu lagi entah ke beberapa kalinya , dan siapa lagi kalau bukan kakelnya yang sinting itu.

"Lo ngapain kerumah gue?" ucap zada ketus membuka pembicaraan.

"Lagipun kita ngga ada janji juga buat ketemuan" lanjutnya.

Benar sekali, tidak ada janji bahkan kalau pun ada, zada tidak ingin.

"Kangen kamu" ucap alvin sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

Zada memutar malas kedua bola matanya "Dih najis" ucap zada tak suka.

"Lo, kalau ngga ada hal penting buat dibicarain lebih baik pulang" ucap zada sambil hendak berdiri dari sofa.

Namun, alvin segera mencekal tangan gadis itu. Tanpa sengaja rupanya cekalan nya terlalu kuat.

"Sa... sakit bego" pekik zada kesakitan, bagaimana tidak, tangan lelaki itu sangat kuat mencekal pergelangan tangannya.

"Ma... maaf aku ngga sengaja" seraya menundukkan kepalanya. Benar saja, alvin tak sengaja melakukannya, bahkan tak ada sekali pun niat untuk menyakiti gadis kesayangan nya itu.

Zada yang mendengar nya pun merasa tidak tega. "Ngga papa aelah, gausah merasa bersalah gitu lah" gadis itu merasa tidak enak hati kepada lelaki itu.

"Ngga akan lagi aku nyakitin kamu zaa, aku beneran sayang sama kamu, ngga pernah sama sekali ada niatan untuk menyakiti kamu zaa, kalau kamu keganggu dengan kehadiran aku, aku bener bener minta maaf, tapi aku gabisa ninggalin kamu. aku bakalan nunggu kamu sampai berubah pikiran" ucap alvin dengan nafas yang memburu, kini dia mengusap lembut tangan zada yang memerah akibat ulahnya

Zada yang mendengar nya pun ikut bingung, apa yang sebenarnya dimaksud kak alvin kepadanya? Namun pikirnya zada, lelaki itu sedang banyak masalah dan dia sedang mengeluarkan uneg uneg nya. MUNGKIN.

"Aku udah nunggu lama untuk hari ini, aku baru bisa ungkapin nya sekarang, zada maukah kamu...."

"KAK ALVIN WOI, KERASUKAN LO? MAKANYA SIH JANGAN KEBANYAKAN MELAMUN" pekik zada nyaring sambil memukul punggung lelaki itu.

Teriakan gadis itu membuyarkan lamunannya. "ASTAGFIRULLAH ZAA, KENAPA?" ucap alvin yang terkejut karna teriakan zada. Ia baru sadar ternyata daritadi hanya berhalusinasi saja.

"Lah, harusnya yang ditanya kan dia ya kenapa malah jadi gue?" bingungnya.

"Gapapa, ayuk jalan bareng" kini alvin mengalihkan topik pembicaraannya.

"Gamau, lagian mau kemana juga" zada sama sekali tak berminat untuk sore ini. Kalau malam sabilah hehe.

"Kehatimu sayang" goda alvin ke gadis nya. Apa? Gadisnya? Yang benar saja.

Cuman kak darez yang menempati hatinya. Tak ada yang lain bahkan kak alvin sekalipun. Zada sangat merindukan masa masa itu, dimana hanya ada dareza dan bahagia. Bukan seperti sekarang, darez zada dan luka.

"Ayo jalan udah diizinin sama ibu tadi" entah kapan alvin mengatakan nya dan harusnya ibunya tidak mengizinkannya.

"Eh gue gamau, maksa bgt sih" ucap zada ketika alvin memegang tangannya.

"Ayo sayanggg, cepetan jangan bengong terus ntar kesambet loh" selalu saja lelaki di depan nya itu menggoda seperti ini.

"Arghh, gue tampol lama lama lu" mau tidak mau zada menurutinya, walau karna terpaksa.

-  𝙅𝙖𝙡𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙮𝙖 -

"Kita mau kemana sih, aelah" keduanya kini sudah berada di atas motor.

"Ketempat kesukaan kamu sayang"

"Apaan sih, bisa gasih manggil nama aja" zada tak terima dipanggil sebutan itu ketika tidak ada hubungan apa pun. Jika pun ada, ia tak akan mau memulai hubungan.

"Sebentar lagi bakalan terbiasa kok" ucap alvin dengan di akhiri kekehan.

Zada memutar malas kedua bola matanya. Hari ini dia kesal sekali dengan tingkah laku lelaki di depannya ini.

"Pegangan, nanti jatuh cantik" ucapnya menggoda seraya melirik gadis di belakang nya yang terlihat kesal.

"No, gue gamau ya jangan maksa" zada nyerah.

Tiba tiba alvin mengambil kedua pergelangan tangan zada tanpa izin dan langsung meletakkan nya tepat di pingang nya. Apa apaan alvin, dasar.

Daripada zada terus mengoceh sepanjang jalan lebih baik kali ini dia diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Daripada zada terus mengoceh sepanjang jalan lebih baik kali ini dia diam. Membiarkan tangan nya mendekap pinggang pria itu, daripada nanti beneran jatuh yaa kan, pikirnya.

Alvin yang sedari tadi tersenyum tipis, ia ingin sekali dunia berhenti sekejap, agar bisa terus menghabiskan waktu bersama kesayangan nya itu.









Jika kalian menyukai bab ini, silakan pertimbangkan untuk memberikan vote.

terima kasih🙌

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang