(23) 𝙥𝙚𝙡𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩

28 17 1
                                    

"𝙔𝙖𝙝, 𝙙𝙞 𝙨𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙠𝙪 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙥𝙚𝙡𝙪𝙠𝙖𝙣. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙩𝙖𝙠 𝙖𝙙𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙝𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙥𝙚𝙡𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞𝙢𝙪."

- 𝙯𝙖𝙙𝙖 𝙛𝙖𝙙𝙞𝙡𝙖 -




- 𝑺𝒂𝒅 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈 -

Kini, zada sudah sadar dari pingsannya. Ia berpikir yang terjadi hanyalah sebuah mimpi. Namun, alvin datang menghampirinya untuk memberikan penjelasan.

"Zada, besok pagi kita harus bersiap siap untuk menguburkan kedua orang tuamu, kakak akan ikut membantu memandikan jenazah om danu" ucap alvin yang membuat zada terkejut bukan main.

"Jadi, ini benar kak? Kasih tau aku kak, kalau ini cuman sekedar mimpi" zada mengoyangkan bahu alvin memaksanya untuk mengatakan sesuatu.

Dengan tak enak hati, alvin harus menyampaikannya. "Ini bukan mimpi zada, om danu dan tante diah sudah pergi meninggalkan kamu" alvin mengusap lembut kepala zada untuk menenangkannya.

Zada termenung sebentar. "Kak boleh antar aku kesana?" lirih zada seraya menunduk.

"Aku mau ketemu mama papa" lanjutnya.

Alvin langsung menganggukan kepalanya. Dan merangkul lembut gadis itu. Alvin tau gadis itu bersikap seolah kuat padahal hatinya sedang terluka. Pintar sekali Ia menutupi kesedihan, pikir alvin.

- 𝙆𝙖𝙢𝙖𝙧 𝙅𝙚𝙣𝙖𝙯𝙖𝙝 -

Sesampainya disana, alvin menunggu diluar, ia tau gadis itu sekarang butuh waktu sediri.

Sedangkan di dalam ruangan jenazah, zada melihat sekelilingnya mencari dua sosok yang ia sangat cintai.

"Mama, kenapa ninggalin zada secepat ini? Apa zada berbuat kesalahan sama mama, zada minta maaf maa, zada cuman mau mama sama papa kembali lagi sama zada. Zada sama sekali ngga pernah kefikiran kalau harus ditinggal mama papa secepat ini" ucap zada yang kini berada di sebelah kasur jenazah milik mamanya.

Ia mengambil pergelangan tangan mamanya yang rasanya lemah sekali. Sekarang ia tak akan bisa lagi, merasakan usapan kasih sayang dari mamanya lagi.

"Maa, mama pernah bilang kalau suatu hari nanti kita pasti akan merasakan yang namanya kehilangan, siapapun itu. Sekarang, giliran aku. Mama juga pernah bilang, jangan hanya fokus pada kesedihan yang datang, cobalah untuk mencari celah bahagia walaupun itu tak mungkin. Aku ngga bisa ma, bahagia cuman sama kalian berdua. Tanpa kalian, aku hampa" kini ia mencium lembut tangan mamanya, mencium pipi kanan kiri serta bibir mamanya.

Sebelum benar benar ia tak bisa lagi melakukan hal itu. Setelah itu, ia berbalik untuk melihat kondisi ayahnya. Keadaan nya yang mengiris hati zada, kepala nya terbentur jalan hingga menyebabkan keretakkan pada bagian otaknya.

"Papa, maafin zada. Zada ngga ada disana waktu papa benar benar butuhin zada. Papa bilang, tahun ini mau ngerayain ulang tahun bareng zada bahkan papa rela ngambil cuti untuk itu" ya memang benar danu sengaja mengambil cuti untuk seharian bersama putri kecilnya.

Namun, takdir ternyata tak berpihak untuk itu. Semua nya kini hanya sekedar kenangan yang takkan bisa terulang.

- 𝙋𝙚𝙢𝙖𝙠𝙖𝙢𝙖𝙣 -

Hari menjelang pagi, orang tua zada akan segera dipindahkan menuju liang lahat. Zada dengan baju hitam nya, matanya yang sembab, mencoba tersenyum kepada khalayak ramai walau hatinya sedang dalam suasana hancur lebur.

Alvin senantiasa berada di samping zada, ia merangkul gadis yang bersikap tegar itu. Alvin tak pernah terbayangkan kalau gadis yang ia cintai akan mengalami hal ini.

Kini kedua gundukan tanah itu sudah dipenuhi oleh bunga. Zada meringkuk kan badannya, untuk mencium nisan kedua orang tuanya seraya berdoa.

"Sekarang, mama papa tinggal disini sedangkan zada harus sendiri. Kalau memang takdir, kita kelak akan dipertemukan kembali" ucap zada putus asa.

Orang yang berziarah pun, mulai pulang satu persatu. Sekarang hanya tersisa alvin dan zada di pemakaman. Zada enggan melangkahkan kakinya untuk pergi dari kedua gundukan tanah yang sekarang menjadi tempat beristirahat kedua orang tuanya.

Hingga suara lembut alvin mengalihkan tatapan kosong zada.

"Zada, masih mau disini?" tanya alvin khawatir, karna sejak malam tadi zada belum ada makan sesuatu.

"Kakak bisa pulang duluan, kak. Zada masih mau disini" jawab zada pilu.

Alvin malah memposisikan dirinya berada di samping zada, sebisa mungkin alvin menguatkan gadis itu. Ia membawa zada dalam dekapannya yang hangat.

"Makasih, kak. Sudah selalu ada disamping zada" ucap zada dengan nada rendah. Apa cinta nya alvin terbalas? Ah, alvin tak mau memikirkannya.





Jika menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote.

Terima kasih🙌

DAREZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang