bab 22

895 168 9
                                    

Aku tak pernah menyangka, bahwa mencintaimu akan semenyakitkan ini. Aku tak tahu akan sejauh mana aku bertahan. Mungkin akan ada saat dimana aku lelah dan menyerah.

Tapi jika boleh aku meminta, bisakah kau menatap ku sejenak, dengan tatapan tulus tanpa benci dan dendam. Tak lama, hanya sejenak saja.

🌙🌙🌙🌙🌙

Meira mengetuk pintu kamar Taehyung berulang-ulang, berniat membangunkan lelaki yang masih betah bergelut dengan selimutnya.

Sementara itu, Taehyung berdecak kesal kala suara itu menyeret paksa dirinya dari alam mimpi.

Dengan malas, lelaki itu berjalan ke arah pintu.

Meira tersenyum kala pintu itu terbuka, menampakan wajah Taehyung yang baru saja bangun tidur.

"Baru bangun?" Tanya wanita itu lembut.

"Ada apa?" Bukannya menjawab Taehyung balik bertanya pada Meira dengan nada yang terdengar ketus dan dingin.

"Jimin bilang, ini jadwal mu periksa dengan dokter Lee." Ucap Meira sembari mengingat kembali ucapan Jimin tempo hari.

"Aku tidak mau." Jawab Taehyung singkat, lelaki itu hendak menutup kembali pintu kamarnya sebelum tangan Meira menahan pintu itu.

"Tae, kau harus meneruskan pengobatan mu?" Sang wanita terus berusaha membujuk.

"Siapa kau mengaturku, hah?" Bentak Taehyung.

Meira memejamkan matanya kala suara Taehyung menggelar pada rungunya.

"Tae aku-"

"Pergi dari kamarku." Ucapan Meira terputus kala Taehyung kembali membentaknya.

Meira masih mematung diambang pintu, mengapa lelaki Kim itu  kembali pada sifatnya yang dingin dan tak tersentuh?

Brak...

Sang pria menutup pintu dengan kasar, sementara tubuh Meira perlahan mulai menjauh dari tempat itu.

Air matanya kembali menetes.
Setumpuk pertanyaan mulai berjajar memenuhi ruang pada otaknya.
Alasan mengapa Taehyung kembali bersikap seperti itu padanya?

Sementara itu, Taehyung mengacak rambutnya merasa prustasi.

"Kau mau menjadikan putri dari wanita yang membuat ibumu bun*h diri sebagai ratu." Ucapan Jeni kembali melintas dalam pikirannya.

Ada rasa sakit yang tertoreh pada hatinya, di satu sisi Meira mampu memberikan kenyamanan pada dirinya yang lama tak ia dapatkan dari siapapun.

Tapi disisi lain, Meira adalah putri dari wanita yang membuat ibunya pergi.

Prang....

Taehyung memukul cermin rias dihadapannya, hingga pecahan cermin itu bercecer menghambur memenuhi lantai.

Darah segar mengalir pada sela-sela jarinya, tapi ia abaikan. Saat ini ada yang lebih perih daripada sekedar luka yang terlihat. Luka pada tangannya tak lebih sakit dari hatinya.

_________

Sementara Meira menumpahkan segala tangis di atas ranjang miliknya.

Tubuh wanita itu meringkuk, dengan wajah yang terlihat sembab.

Ini bukan kali pertama Taehyung membentak dirinya, tapi mengapa kali ini begitu terasa sakit hingga terasa ada sayatan pada hatinya.

Mungkinkah karena ia telah melihat sisi lain dalam diri Taehyung, hingga ia seolah tak terima pada sikap Taehyung yang kejam.

Gadis Pembalasan Dendamku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang