Hati Meira kian hancur saat ia melangkah memasuki rumahnya, tidakkah Taehyung mau untuk mendengarkan sedikit saja penjelasan darinya.Tubuh wanita itu meringkuk di atas ranjang, tangannya mengelus sang jabang bayi dalam perutnya yang sedari tadi terus bergerak.
"Jangan sekarang nak, ayahmu sedang marah pada ibu. Ibu tahu kau merindukan ayahmu kan." Ucap wanita itu dengan derai air mata.
Untuk kesekian kalinya hidupnya kembali terlihat miris."Tuhan, apa lagi ini? Belum cukupkah ujian dalam hidupku?" Batin wanita itu.
Bolehkah ia menyerah?
Dengan semua ini, penyakit yang mendera tubuhnya, masalah yang tak kunjung hilang dalam rumah tangganya membuat ia sangat lelah. Batin Meira."Ahh." Ringis Meira saat bayi dalam kandungannya menendang kuat.
"Oh tuhan, apa yang aku pikirkan aku sedang berjuang untuk putri ku mana mungkin aku mengatakan itu."
"Maafkan ibu nak." Ucap Meira pada jabang bayi dalam perutnya.
Meira seperti manusia yang tengah mengharapkan keajaiban semesta, bagaimanapun ia seorang ibu yang ingin melihat putrinya tumbuh, dan menemani anaknya hingga mereka menemukan kebahagiaan mereka sendiri.
"Aku tahu keajaiban itu nyata." Batin wanita itu.
Sembari menahan sakit pada tubuhnya yang mulai mendera._______
"Tae, anakku." Jeni tak berhenti menangis dalam dekapan Taehyung.
Sementara Taehyung hanya bisa menenangkan nya, lelaki itu mengelus lembut Surai wanita dalam pelukannya. Berharap ia bisa sedikit menenangkan wanita itu.
"Tidak apa Jen, tuhan lebih sayang pada anak kita." Ungkap lelaki itu.
"Ini semua salah Meira, dia yang mendorong ku Tae." Jeni terus menangis histeris. Kehilangan calon bayinya bersama Taehyung menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya.
"Tenangkan dirimu." Taehyung beberapa kali mengecup pucuk kepala wanita itu.
Ia tahu, kondisi ini berat baginya terutama Jeni.
.
.
.
.Taehyung memasuki rumahnya, terlihat beberapa pelayan yang sedang bertugas seperti biasa, ceceran darah Jeni telah di bersihkan sepenuhnya.
Hingga rumah itu nampak seperti biasa, seolah tak pernah terjadi kejadian mengenaskan yang baru saja terjadi.Sementara Meira baru saja keluar dari kamarnya, dengan wajah yang terlihat lebih pucat dari sebelumnya.
Meira segera mendekat pada sang suami, berniat menyambut kedatang lelaki itu.
"Kau baru pulang?" Tanya wanita itu, nada suaranya terdengar lemah.
Taehyung nampak tak peduli, lelaki itu lebih memilih mengabaikan Meira begitu saja.
"Aku minta maaf. Aku bisa jelaskan semuanya." Teriak Meira pada lelaki yang mulai menjauh.
Taehyung berbalik tanpa kata, lelaki itu perlahan kembali mendekat pada sang istri yang masih berdiri pada tempatnya.
"Aku minta maaf, aku bersumpah tak pernah melakukan itu. Aku hanya sedang membela diriku sendiri." Ucap Meira.
"Untuk apa kau minta maaf, maaf mu tak akan mengembalikan anakku. Kau tahu jeni sangat syok saat ini?" Ucap Taehyung dengan nada dingin.
" Tapi aku benar-benar tak melakukan itu. Jeni yang akan mendorong ku tapi aku mengelak, dan aku tak tahu kalau Jeni yang justru terjatuh." Meira terus berusaha meyakinkan lelaki di depannya itu.
"Cukup!" Bentak Lelaki itu.
Hingga membuat Meira seketika terdiam dan tertunduk.
"Seharusnya aku tahu darah pembunuh mengalir pada tubuhmu." Ucap lelaki itu tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Pembalasan Dendamku (Revisi)
Fanfiction"kau milikku! Aku tak memberikan penawaran tapi sebuah keputusan!" _kim Taehyung _