Sepulang dari rumah sakit, Meira hanya duduk termenung di balkon kamarnya yang langsung menghadap taman belakang.
Pikirannya jauh menerawang pada apa yang akan terjadi di masa depan.Sanggupkah ia bertahan?
Siapa nanti yang akan mengurus putrinya?Meski sebisa mungkin ia berfikir positif tapi tetap saja, segala kemungkinan bisa terjadi. Termasuk kemungkinan terburuknya.
Sesekali wanita itu menyeka air mata yang membasahi pipinya.
Hingga sebuah tangan memeluknya dari arah belakang, di susul kecupan hangat pada pipi nya.
"Kenapa?" Tanya Taehyung yang nampaknya baru saja pulang dari kantor.
Meira menggelengkan kepalanya pelan, kemudian ia menuntun tangan Taehyung untuk duduk didepannya.
"Kapan kau pulang?" Tanya wanita itu kemudian.
"Aku baru saja tiba, kau terlalu asik melamun. Hingga tak sadar suami tampan mu sudah pulang." Canda Taehyung.
Wanita dihadapannya tersenyum ringan, senyum itu amat manis terlihat dari sudut pandang Taehyung.
"Kenapa bumil ku? Ada yang sedang kau pikirkan. Atau perlengkapan bayi yang kemarin kurang, ayo kita beli lagi. Jika perlu tokonya kita beli." Goda Taehyung kembali.
"Kau ini." Meira menepuk tangan Taehyung pelan.
Kemudian ia menggenggam tangan lelaki itu, hingga mengarahkan pada perut buncitnya.
"Kau merasakan itu?" Tanya Meira pada Taehyung saat sang bayi langsung memberikan respon pada sentuhan tangan sang ayah.
"Dia aktif sekali." Mata Taehyung berbinar, saat bisa merasakan bayi dalam perut Meira terus bergerak.
Taehyung kemudian menekuk lututnya di hadapan meira dan mendekatkan wajahnya pada perut wanita itu.
"Hai baby, tak akan lama lagi kita akan bertemu. Ayah tak sabar ingin melihat wajah putri ayah ini, kau pasti cantik seperti ibu." Ucap Taehyung pada janin dalam kandungan Meira.
Tanpa Taehyung sadari, Meira sekuat tenaga menahan air mata yang telah menggantung pada sudut matanya.
"Ayah yakin, kau juga pasti ingin segera melihat wajah ayah mu yang tampan ini kan." Lanjut Taehyung kemudian.
Hingga Meira tak lagi dapat membendung air matanya, tangisnya pecah dengan bahu yang berguncang.
Taehyung segera bangkit, saat menyadari istrinya tengah menangis.
"Kau kenapa Mei?" Tanya lelaki itu sembari membawa Meira dalam dekapannya.
"Tidak, aku hanya masih tak menyangka bahwa aku akan menjadi seorang ibu." Bohong Meira.
Karena pada kenyataannya, ia tengah menangisi nasib buruknya.
"Tuhan, aku tahu hubungan ku dan Taehyung tak terlalu baik. Terlalu banyak rintangan yang harus ku lalui untuk sampai pada titik ini. Aku ikhlas, jikapun kau akan membawaku secepat ini. Tapi ijinkan putriku hidup di dunia ini dengan berlimpah kasih sayang dari orang di sekitarnya. Aku ingin, putri ku bahagia bersama ayahnya." Batin wanita itu.
_________
Jenie lagi-lagi berdecak kesal, entah untuk ke berapa kalinya ia terus membolak-balikkan badannya di atas ranjang.
Malam kian larut namun matanya tak kunjung mau terpejam.
"Tae, kau menyebalkan." Ucap wanita itu.
Sebelumnya, Taehyung berjanji jika malam ini lelaki itu akan tidur bersamanya. Tapi hingga larut malam lelaki itu tak kunjung datang dan membuat Jeni kian marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Pembalasan Dendamku (Revisi)
Fiksi Penggemar"kau milikku! Aku tak memberikan penawaran tapi sebuah keputusan!" _kim Taehyung _