bab 57

599 45 1
                                    

Tuhan itu maha adil, bahkan teramat adil pada semua makhluk yang telah ia beri kehidupan.
Tak peduli ia menyembahnya atau tidak, karena itu tak akan menggugurkan sedikitpun Ia dari keagungan Nya.

Hanya manusia itu terlalu tamak dan terlena akan dunia. Hingga menuhankan dzat dunia di atas segalanya.
.
.
.
Tubuh yang masih terlihat lemah itu berusaha mengunyah makanan yang mau tak mau harus masuk kedalam perutnya.
Meski sulit, tapi ia berusaha memasukkan sebanyak mungkin makanan itu agar tenaganya kembali terisi.

Diliriknya sang bayi yang tengah tertidur pulas di dalam box bayi seolah tak terganggu dengan hilir mudik orang-orang yang sedari tadi keluar masuk ruangan itu.

Setidaknya sekarang Meira punya alasan kuat agar ia tetap bertahan di dunia ini.
Makhluk kecil itu menanti pelukan hangat dari dirinya.

"Silahkan obatnya nyonya." Suster yang sedari tadi melayaninya menyerahkan beberapa pil obat untuk Meira telan.

"Kapan aku bisa menggendong bayi ku?" Tanya Meira terlihat tak sabaran.

Suster bernama Hana itu tersenyum manis pada wanita yang kini berpredikat sebagai ibu muda itu.

"Nanti jika nyonya sudah benar-benar memiliki tenaga ekstra untuk membawanya dalam dekapan mu." Ucap sang suster kian terdengar ramah.

Bahu Meira merosot, pertanda bahwa ia kecewa.
Tapi ia berusaha menerima, toh saat sekarang ini lebih dari cukup jika di bandingkan kemarin.
Jangankan untuk berada di dekat putrinya seperti saat ini, hanya untuk menatap wajahnya pun tak bisa karena harus berada dalam ruangan yang berbeda dengan bayi mungilnya.

"Nyonya sudah memberinya nama?" Tanya suster itu sembari membereskan alat makan bekas Meira.

Sang wanita yang di beri pertanyaan terdiam sejenak seolah berpikir.
Benar, sudah satu Minggu bayinya lahir tapi ia belum sempat memberinya nama.

"Kim- taera." Ucapnya terdengar ragu pada marga yang ia sematkan.

Sang suster tersenyum manis, itu nama yang indah menurutnya.

"Nama yang cantik, seperti rupanya." Puji sang suster.

"Baiklah nyonya, saya harus pergi dan akan kembali satu jam lagi untuk memberikan Taera kecil susu. Sekarang nyonya istirahatlah." Ucap sang suster sebelum tubuhnya benar-benar beranjak.

Usai kepergian sang perawat, Meira masih betah memandangi wajah lelap bayinya.
Ada rasa bersalah yang terselip dalam hatinya untuk sang bayi.

Dimana ia tak mampu memberikan asi pada bayi mungilnya. Bukan ia tak mau, tapi itu terlalu beresiko. Karena ia harus mengonsumsi obat-obatan keras yang justru akan berdampak buruk pada bayi mungilnya.

"Mari kita sama-sama berjuang sayang." Lirihnya.

_________

"Oma, aku mohon Oma." Untuk kesekian kalinya Taehyung seolah tanpa lelah terus mendatangi sang nenek untuk memohon.
Lelaki itu rindu, pada istrinya. Atau mungkin tepatnya pada wanita yang telah ia sia-siakan.

Sementara sang nenek terlihat jengah dengan kalimat yang entah untuk ke berapa kalinya Taehyung ucapkan tanpa mengenal waktu.

Sejenak ia amati penampilan cucu yang dulu selalu ia bayangkan.
Dan sekarang ia tahu sudah Sehancur apa cucu nya itu.

Saat ini Taehyung terlihat tak jauh berbeda dengan gelandangan yang pernah ia temui di pinggir jalan.
Dengan rambut yang acak-acakan terasa menambah pas kemirisan yang ia lihat.

Tapi bukan berarti ia akan luluh kembali, Taehyung pantas mendapatkan pelajarannya kali ini.
Dan ia pun penasaran akan sejauh mana Taehyung memperjuangkan Meira dalam hidupnya.

"Om-"

"Baiklah-baiklah Taehyung." Kalimat Taehyung sudah ia potong terlebih dahulu. Bosan rasanya ia mendengar kalimat yang sama kembali.

"Satu kesempatan terakhir." Ucap wanita itu final.

Bingo...

Taehyung bersorak dalam hati.

"Tapi jangan senang dulu." Ucap wanita itu menyudahi efforia yang tengah Taehyung rayakan.

"Sudah berapa kali kau merenungi kesalahan mu?" Tanya sang nenek kemudian.

Taehyung hanya terdiam, entah ia pun tak dapat menghitungnya. Yang jelas ia sekarang amat menyesal dengan apa yang ia lakukan dan kali ini ia bersungguh-sungguh. Jadi reader tak perlu khawatir.

"Oma beri kau satu kesempatan lagi, dan Oma pastikan ini akan menjadi kesempatan terakhir mu. Oma, ingin kau menyelesaikan masalahmu dengan jenie sampai benar-benar selesai. Oma tak ingin ia jadi pengganggu dalam hidupmu lagi." Ucap wanita itu.
Bahkan tanpa di mintapun Taehyung akan menyelesaikannya.

"Dan- pergilah ke Busan." Ucap wanita itu kemudian.

"Busan? Untuk apa?" Taehyung tak mengerti.

"Kau lupa? Kau tak memiliki apapun untuk saat ini."

Ah iya Taehyung terlalu larut dalam kesedihannya karena di tinggal Meira hingga ia lupa kalau sekarang ia tak lebih dari seorang pecundang pengangguran.

Tapi apa hubungannya dengan Busan?

"Urus anak perusahan cabang yang berada di Busan. Jika kau bersungguh-sungguh lakukan hingga perusahaan itu sukses dan cukup untuk kau kembali membawa anak dan istrimu kembali hidup bersamamu dengan layak. Tak peduli berapa tahu kau berusaha, perbaiki dirimu menjadi lebih baik. Dan jangan pernah putus berdoa, agar Meira dan anakmu mau menerimamu kembali." Ucap wanita itu.

Taehyung terdiam sejenak, syarat yang sang nenek berikan memang berat. Mengingat bagaimana ia harus mengembangkan sebuah perusahaan kecil yang bahkan baru sebulan ini di resmikan.

Tapi itu semua tak mengurangi tekadnya untuk berjuang agar bisa kembali bersama keluarga nya. Satu, dua, bahkan lima tahun pun Taehyung akan terus berjuang.
Mari berdoa saja, semoga Meira juga masih sabar menunggu dan saat nya tiba wanita itu mau menerimanya kembali.

Taehyung mengangguk pasti, seolah tak ada keraguan dalam dirinya.
Mari kita mulai untuk berbenah menjadi lebih baik.

"Bagus, pergilah besok." Putus wanita itu.

Taehyung beranjak dengan membawa harapan penuh dalam dirinya. Tak lupa doa-doa yang terus terpanjat berharap sang pencipta masih berpihak pada dirinya.

Sang nenek menatap kepergian sang putra dengan senyum tipis pada wajahnya.
Berharap esok hari ia dapat menyongsong situasi yang lebih indah.

Tak banyak yang ia minta, ia hanya ingin kehidupan cucunya menjadi lebih baik. Meninggalkan sikap pongah yang sayangnya diturunkan oleh anaknya pada sang cucu.

Ia hanya melakukan apa yang harus ia lakukan, tentang hasilnya ia serahkan semuanya pada tuhan.

Dan mari berdoa juga, semoga Meira mau menerima dan menunggu Taehyung menjadi sosok yang lebih baik lagi.

Ia tak akan memaksa apapun pada wanita itu, semua keputusan akan ia serahkan padanya.

.....






Semoga gak ngaco susunannya cape, banget acak"an Mulu.

Versi sebelumnya hanya sampai 60 bab. Mungkin kali ini bakal sedikit lebih panjang karena author rubah total alur endingnya. Tp dengan ending yang sama.

Gadis Pembalasan Dendamku (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang