Andai aku bisa kembali pada masa lalu, akan ku ulang dan ku susun secara apik pertemuan kita.
Kan aku persembahkan segenggam hati penuh cinta pada sosok bidadari yang entah bagaimana bisa berada di dunia.Krekk... Krek...
Suara yang di timbulkan dari gesekan persendian untuk mengurangi rasa pegal yang secara perlahan seolah siap menghancurkan tubuhnya.
Taehyung menatap lelah pada setumpuk berkas yang seolah tanpa surut terus menggunung di atas meja kerjanya, mengantri untuk segera di selesaikan satu persatu.
Sementara jam sudah menunjukkan bahwa sebentar lagi sang mentari akan menyelesaikan tugasnya hari ini.
Ah, sekarang Taehyung tahu. Bahwa untuk membuat satu perusahaan sukses itu ternyata tak mudah.
Satu tahun sudah ia menjalankan perusahaannya, tapi ternyata belum juga menunjukkan perkembangan pesat.Ibaratnya perusahan yang ia kelola sedang berusaha merangkak secara perlahan, bahkan tak jarang sesekali hampir drop.
Semoga saja tuhan memberikan ia kesabaran dan kegigihan ekstra kali ini.Merasa bosan, dengan pekerjaan yang tiada akhirnya. Taehyung memilih untuk mengakhiri hari ini, toh percuma juga ia terus memforsir tubuhnya besok juga ia jamin akan datang lagi.
Jadi ia memilih untuk pulang sekarang dan mengisi tenaganya kembali untuk hari esok.Ah mengingat tentang pulang, Taehyung tak jarang membayangkan bagaimana bahagianya ia saat menginjakkan kakinya di rumah dengan sambutan hangat anak dan istrinya.
"Ish." Ia mendesis, membayangkan hal itu kian membuat rindunya semakin membuncah.
"Aku semakin merindukan mereka. Kapan semua ini akan berakhir?" Monolognya sembari terus mengemudikan mobilnya membelah jalanan kota Busan.
Hingga beberapa menit kemudian ia sampai pada rumah sederhana yang ia tempati sejak satu tahun lalu. Kehidupannya benar-benar terasa kontras sekarang.
Tapi matanya membulat sempurna saat menyadari siapa yang tengah berdiri di depan rumahnya sekarang.
Lama ia tak bertemu dengan presensi itu."Hyung." Gumamnya sembari berjalan cepat mempersempit jarak diantara keduanya.
Sang pria masih berdiri dengan menampilkan eye smile yang Taehyung rasa tak pernah berubah.
Secepat kilat keduanya saling memeluk menyalurkan rasa rindu yang lama keduanya pendam.
"Apa kabar Tae?" Ucap Jimin setelah mengurai pelukan keduanya.
Plak...
Bukannya menjawab, Taehyung justru memberikan pukulan kecil pada kepala bagian belakang lelaki itu hingga membuat Jimin meringis kecil.
Satu tahun tak bertemu, ternyata Taehyung tak berubah."Kau brengsek park Jimin. Apa kau tak menganggap aku sebagai adikmu lagi hah?" Ucap Taehyung terkesan menyebalkan, padahal ia amat merindukan lelaki di hadapannya ini.
Sementara Jimin tersenyum samar, membiarkan Taehyung terus mengumpati dirinya. Dan ia bisa menyimpulkan sendiri bahwa adiknya ini baik-baik saja.
"Ngomong-ngomong perjalanan dari Seol ke Busan jauh bung. Kau tak berniat membawa aku masuk." Ucap Jimin kemudian.
Taehyung berdecak malas.
"Tidak! Pergi saja sana kau, aku tak butuh dirimu." Ucap Taehyung yang sangat kontras dengan tubuhnya yang merangkul Jimin memasuki area rumahnya.
"Kau tinggal sendiri?" Tanya Jimin sembari mengamati seisi rumah yang baru ia masuki.
"Lalu kau pikir aku tinggal dengan siapa Hyung?" Ucap Taehyung sembari berjalan menuju dapur untuk mengambil minum dan makanan kecil yang ia punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Pembalasan Dendamku (Revisi)
Fanfiction"kau milikku! Aku tak memberikan penawaran tapi sebuah keputusan!" _kim Taehyung _