10/2 ; Kashihugo

4.8K 859 17
                                    

[Cerita ini sudah bisa dibaca hingga tamat di Karyakarsa 'kataromchick'. Bisa dibeli bab satuan atau harga paket yang lebih efisien dan terhitung lebih murah. Terima kasih :) ]

Hugo tidak akan rela membiarkan apa pun terjadi tanpa penyelesaian. Dia tak mau merasakan sesuatu yang jelas-jelas sangat tanggung. Zema tidak bisa membohonginya atau membuatnya menjadi orang linglung, karena monster dalam diri Hugo sudah muncul dan tidak bisa ditekan lagi.

Zema juga sebenarnya bukan tipikal perempuan yang tidak menyukai seks. Zema hanya sedang bermain-main dengan Hugo. Sengaja untuk menjahili pria itu karena kondisi mereka memang sedang berbanding terbalik saat ini. Tentu saja kondisi Zema yang sedang berada di atas dan bisa memanfaatkan apa yang ada untuk membuat Hugo merasa tertekan.

Lihat saja, ketika bibir Hugo menyentuh setiap jengkal kulit perempuan itu, Zema asyik menjilat bibir bawahnya dan menggigitnya untuk menggantikan keinginan mendesah yang sangat kuat. Tangan Zema bahkan menjambak rambut suaminya bukan untuk menarik lepas kegiatan Hugo yang sibuk menginvasi daratan tubuh Zema, tapi untuk menekan kepala pria itu semakin dalam.

"Kamu juga menginginkannya, Ema."

Kalimat Hugo terdengar seperti tuduhan di telinga Zema yang terlalu sensitif. Tidak ada persetujuan yang perempuan itu berikan, tapi sudah jelas bahwa Zema memang menyukai apa yang suaminya lakukan. Mungkin memang ini ada andil dari janin di dalam perut Zema yang masih belum Hugo ketahui. Mungkin juga memang Zema juga sebenarnya sudah terbiasa dengan sentuhan dari Hugo.

"Jangan banyak bicara!" Zema membuat wajah Hugo menyentuh dada perempuan itu.

Hugo menyeringai melakukan semua kegiatannya karena merasa bahwa istrinya bisa bersikap sangat labil juga. Tadi sibuk untuk menggoda Hugo yang bergairah, kini malah perempuan itu sendiri yang lebih bergairah. Tanpa mengatakan apa pun, Zema seolah menyatakan dengan kuat melalui cengkeraman di rambut Hugo, bahwa perempuan itu ingin dipuaskan dengan baik.

"Apa kamu suka setiap kali aku menaklukkan kamu dengan jemari aku, Em?"

Zema mengangguk. "Aku nggak pernah protes kamu melakukan apa pun untuk membuat aku puas, kan?"

"Ya, tapi mulai sekarang aku akan meminta persetujuan dan bertanya apa kamu memang nyaman dengan perlakuan dariku di atas ranjang."

Zema menarik wajah suaminya hingga mereka kembali berhadapan dan mencium bibir Hugo tanpa aba-aba. Perempuan itu berkata serupa bisikan di depan bibir Hugo. "Kamu bisa melihat respon tubuh dan mimik wajahku. Segalanya tercetak jelas dan kamu nggak perlu bertanya hanya untuk memotong waktu bercinta kita."

Hugo tahu istrinya termasuk perempuan yang mengatakan hal apa adanya. Bahkan tanpa bicara Zema selalu bisa menunjukkan jati dirinya dengan baik. Hugo sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan ucapan istrinya ini, karena dia tahu Zema selalu menginginkan keintiman tanpa banyak bicara.

Hugo selalu mantap untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan hubungan dewasa. Zema akan mengakui bahwa kemampuan suaminya untuk yang satu ini memang selalu sangat maju. Meskipun tadi sempat oleng saat bergaya melakukan push up, nyatanya sekarang pria itu terlihat sangat sehat.

Napas Zema kembang kempis merasakan apa yang Hugo lakukan. Sesi utama yang lembut dan perlahan justru membunuh Zema. Perempuan itu lebih bisa merasakan diri Hugo di dalamnya, efek dari setiap dorongan yang diberikan oleh suaminya juga mampu menggetarkan tubuh Zema hingga rasanya sesuatu di bawah sana sudah begitu basah dan tidak bisa dielak lagi. Zema lebih dulu mendapat pelepasan daripada suaminya. 

Meski istrinya lebih dulu mendapatkan pelepasan, Hugo merasakan kebahagiaan karena janjinya bisa dilaksanakan. Zema meragukan kemampuan Hugo pasca dari rumah sakit, sekarang pria itu bisa menunjukkan betapa hebat kemampuannya meski sempat babak belur dan tidak bisa melakukan apa-apa.

"Aku belum selesai, Ema." Hugo mengusapi pipi sang istri. "Kamu masih kuat, kan? Jangan bilang kamu lebih payah dari ejekan kamu kepadaku tadi?"

Hugo bisa menggoda perempuan itu saat ini. Meski begitu Zema tidak akan menyerah, karena memang permainan mereka belum selesai.

"Siapa bilang aku payah? Kamu tunjukkan aja berapa kali bisa bertahan dan membuat aku kewalahan. Kita lihat berapa babak kamu bisa bikin aku nggak terkendali di bawah kamu."

Hugo menyeringai. "Kamu masih aja sombong. Aku mau minta sesuatu kalo salah satu diantara kita menang."

Zema mengernyit, tapi perempuan itu tetap mengangguk setuju. "Aku akan minta apa yang aku mau sepuasnya, begitu juga kamu. Deal?"

Hugo tentu saja mengangguk dengan antusias meski dirinya masih berada di dalam sang istri. Mereka tidak langsung menentukan apa yang dimau satu sama lain, dan memikirkannya nanti setelah tahu hasilnya. Padahal, sudah jelas itu tidak akan benar-benar berguna. Kegiatan panas yang mereka lakukan tidak akan mempedulikan siapa pemenangnya. Sebab mereka selalu terjebak dalam kenikmatan sendiri dan melupakan perlombaan apa pun yang berkaitan dengan percintaan. 

Yang jelas juga, Hugo sudah di atas angin mengingat jam terbangnya selama tiga tahun bersama dan juga sudah memenangkan satu skor dari Zema. Hanya satu kesempatan yang akan Hugo gunakan untuk bisa membawa istrinya kembali ke Jakarta dan membangun kembali pondasi rumah tangga mereka dengan lembaran baru secara perlahan.

[Bab 13 dan 14 udah bisa dibaca duluan di Karyakarsa, ya. Happy reading!]

Teman Tidur [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang