Untuk sesuatu yang tidak bisa dikabulkan, sikap Zema sungguh berbanding terbalik untuk membuat Hugo menahan diri. Ditengah kegiatannya menatap dan mengamati semua aktivitas istrinya, semakin malam naik, semakin Zema mengikis kemampuan Hugo untuk bersabar. Bagaimana bisa Hugo bersabar jika istrinya yang sehabis mandi keluar dengan memakai handuk, dan berganti pakaian di depan mata Hugo?
Hugo menebak semua yang dilakukan oleh istrinya pasti sengaja, tapi Zema tidak memasang raut menjengkelkan. Hugo juga yakin istrinya ingin melakukan hal yang sama—bercinta, tapi entah kenapa raut wajah Zema selalu sama datarnya. Hugo benar-benar tidak mengerti dengan apa yang diinginkan istrinya.
"Kenapa kamu susah payah melakukan segalanya?" tanya Hugo dengan wajah begitu pelas.
Hugo tidak bisa menahan diri untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya. Sibuk menebak hanya membuat sakit kepala bagian atas dan bawah.
"Susah payah melakukan apa? Usaha online?" balas Zema.
"Bukan. Tapi semua hal yang kamu lakukan dari tadi buat bikin aku makin berdesir, Em."
"Hah?"
Zema benar-benar terlihat bingung. Semakin Hugo melayangkan pendapat semakin Zema kelihatan bingung. Hugo jadi tak yakin bahwa Zema menginginkannya jika memasang reaksi demikian.
"Kamu ngomong apa, sih, Go?" tanya Zema sembari mengambil body lotion yang perempuan itu bawa.
Zema duduk di pinggir ranjang dan membalur tubuhnya dengan cairan putih di atas kulitnya. Hugo hampir menjatuhkan bibirnya ke lantai jika saja tak menempel dengan rahang. Zema yang membalurkan body lotion ke tangan yang hanya menggunakan gaun tidur tanpa lengan membuat Hugo kelimpungan.
"Kamu ... astaga, Ema! Kamu memang sengaja, kan?"
"Sengaja apaan? Kamu kenapa juga nggak bisa diem gitu, kayak cacing kepanasan aja." Zema sibuk dengan kegiatannya, tak peduli dengan Hugo.
"Cacing aku memang kepanasan, Ema! Gara-gara kamu yang mancing. Padahal kamu bilang kamu peduli sama kondisi kesehatan aku, tapi kamu malah sengaja mancing-mancing aku! Makin kamu bergerak, makin aku nggak kuat nahan diri!"
Zema hanya menatap suaminya dengan mata yang tidak benar-benar tertarik. Perempuan itu bahkan semakin sibuk untuk menggosok kakinya, hingga ke pangkal paha.
"Oh. Kamu masih kepengen dari tadi ternyata? Kamu lihat aku gosok kaki sama tangan begini aja kamu ngerasa terpancing?"
Hugo yang sudah sangat frustrasi memilih mengambil bantal dan menutupi wajahnya dan berteriak dengan keras. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana lagi kepada sang istri yang memang tak peka atau sengaja tidak peka dengan keinginan Hugo.
Telinga Hugo bisa mendengar suara tawa dari istrinya dan menatap Zema semakin tak percaya.
"Kamu seneng banget nyiksa aku, Em." Hugo menyibak selimut yang dipakai pria itu untuk menutupi kejantanannya yang menjadi tegak. "Lihat, nih! Aku udah nggak tahu lagi harus jelasin ke kamu apa, tapi ini adalah bukti aku nggak bisa nahan diri lagi."
Zema tidak langsung melakukan apa pun. Perempuan itu menatap suaminya dengan lembut, tangannya mulai bergerak ke depan, dan Hugo menjadi begitu percaya diri bahwa Zema akan memberikan apa yang pria itu butuhkan.
"Kamu tahu apa yang paling aku suka selama menjadi teman tidur kamu, Go?" tanya Zema.
"Kamu pasanganku, bukan teman tidurku, Em."
Zema tidak menggubris koreksi yang dilakukan oleh Hugo. Perempuan itu masih belum ingin mengganti sebutan diantara mereka karena memiliki tujuan sendiri.
"Aku suka jadi teman tidur kamu karena kamu nggak pernah mikirin kepuasan diri sendiri sewaktu kita melakukannya."
Hugo menahan suaranya sendiri saat tangan Zema mengusap sesuatu yang mengeras di balik celana pria itu.
"Jangan sampe kamu juga nggak bisa memberikan aku kepuasan disaat kondisi kamu baru pulih dari pukulan brutal bapakku."
"Aku bisa!" seru Hugo tak mau dinilai lemah. "Aku bisa kasih seperti yang biasanya aku kasih buat kamu, Em. Kamu tenang aja, aku bisa-- owh!"
Hugo tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena terhalang oleh gerakan Zema meremas milik pria itu.
"Please, Ema. Please."
Memohon pada istri sendiri untuk diberi kepuasan bukan hal yang dilarang, kan? Hugo terus memohon dalam geraman. Pria itu tidak akan membiarkan Zema untuk menghentikan apa pun yang sudah mereka lakukan saat ini. Diantara banyak hal, Hugo hanya mau hubungannya dan Zema membaik. Salah satu caranya adalah dengan bercinta. Hugo yakin kegiatan ini akan membuat mereka semakin dekat dan Zema bisa sedikit demi sedikit memaafkan Hugo.
"Kamu suka?" tanya Zema yang masih sengaja memberikan hand job kepada suaminya.
"Sangat suka, bukan cuma suka, Ema."
Hugo sudah tidak bisa berpikir jernih untuk menghadapi godaan yang diberikan oleh sang istri. Dia menikmatinya dan berharap lebih.
"Ema—"
"Ups, aku lupa kalo udah bersiap buat tidur. Kayaknya kamu harus menyelesaikan tugas sendiri, Go."
Hugo dipermainkan. Istrinya sengaja menggoda dan berniat meninggalkan Hugo ditengah rasa yang ingin diberikan penuntasan. Dengan seluruh rasa frustrasi, Hugo menarik tangan Zema dan menciumnya dengan keras.
Jangan harap ini akan berakhir tanpa apa-apa, Ema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tidur [TAMAT]
Ficción General[Baca lengkap di Karyakarsa 'kataromchick'] Kashihugo Bijaksana dan Zemaya November adalah pasangan yang unik. Keduanya memiliki nama yang akan menjadi bahan perbincangan-ejekan-orang. Orang tua yang saling melengkapi; orang tua Hugo begitu ramai, d...