18.2 ; Kashihugo

3.7K 754 34
                                    

Hugo sudah mulai gila dengan gerakan lambat yang mau tidak mau dirinya lakukan karena jika terburu-buru maka istrinya akan marah. Susunan makanan di tubuh Zema akan kacau jika Hugo melakukan tindakan tak sabaran. Suasana akan menjadi kacau jika sudah begitu.

Suara desah lemah yang Zema keluarkan membuat Hugo tidak bisa menghindari keinginan untuk mengoyak makanan itu untuk segera habis. Ini baru makanan yang ada di dekat leher Zema. Gerakan lidah dan gigi Hugo memantik bara api dalam diri Zema untuk muncul hingga matanya terpejam dan kedua tangannya meremas bagian karpet seolah sedang dikoyak kulitnya oleh Hugo.

"Kalo kulit kamu ada yang kegigit, bilang sama aku, ya. Aku mungkin bakalan kehilangan kendali karena kegiatan ini."

Zema menarik napas menyiapkan diri. Perempuan itu tidak bisa menjawab begitu saja karena keinginan yang mendesaknya dengan gila.

"Hm ... iya."

Untuk menjawab begitu saja kelihatannya sulit sekali bagi Zema melakukannya. Hugo jadi terangsang lebih jauh lagi karena reaksi tubuh dan ekspresi wajah istrinya.

"Enak?" tanya Hugo yang membuat Zema langsung menatap suaminya.

"Harusnya aku yang tanya sama kamu. Enak nggak?" balas perempuan itu.

"Kamu nanya yang enak itu makanannya atau kamunya?"

"Makanannya, Go." Zema mendesis ketika Hugo menjilat tulang selangka perempuan itu.

Tubuh Zema bergelinjang luar biasa. Matanya menatap sang suami dengan setengah terpejam. Hugo dengan sengaja menggoda perempuan itu dengan berkata, "Kamu udah mau pipis dengan hal begini?"

"Shut up!" ketus Zema yang tahu dirinya digoda.

Hugo tidak tahu bahwa dirinya memiliki efek yang luar biasa pada Zema. Jaringa bahkan belum ada yang mengocok bagian bawah perempuan itu, tapi Zema terlihat akan mendapatkan pelepasan pertamanya.

Hugo kembali fokus untuk menghabiskan makanan yang istrinya siapkan. Dia takjub dengan Zema yang dengan kreatif menata dua donat berada di payudara perempuan itu. Puting Zema terlihat dari diameter lubang donat. Hugo melirik istrinya yang menjilat bibir karena sensasi.

"Aku makanan penutup, kan?" tanya Hugo pada Zema.

"Hm? Iya, di dadaku makanan penutup."

Hugo menyeringai dengan menjilat sekilas puting perempuan itu. "Astaga, Go!"

Pria itu tertawa singkat. "Kenapa? Kaget, ya? Tapi tenang aja. Aku nggak akan makan bagian penutup lebih dulu."

Pria itu meninggalkan dada Zema dan beralih ke perut perempuan itu. Ada satu slice piza yang sengaja dijadikan makanan utama. Hugo mengambil posisi di antara kaki Zema secara perlahan untuk menunduk dan memakan piza dari ujungnya malah runcing. Hugo bahkan sengaja membuat bibir dan lidahnya menyentuh kulit perut istrinya hingga Zema mendesah pasrah.

Sesungguhnya Hugo ingin melahap kewanitaan istrinya tanpa perlu fokus pada makanan, tapi dia menghargai usaha sang istri yang ingin percintaan mereka berjalan dengan teratur. Jadi, dengan usil Hugo menempelkan lututnya pada bagian sakral istrinya dan mengusapi pangkal paha Zema selama menghabiskan piza dan menggerakan mulut untuk menambah cobaan bagi Zema.

Pengalaman ini tidak akan pernah dilupakan oleh Hugo. Ini akan menjadi satu-satunya bayangan seorang wanita menyergapnya dengan makanan di tubuh telanjang. Hugo sepertinya harus menanyakan dari mana budaya seks Jepang ini diketahui oleh Zema. Seingatnya, dia pernah mengajak Zema menonton film dewasa bersama tapi ditolak mentah-mentah. Apa mungkin Zema menonton diam-diam sendirian?

"Donatnya boleh aku kurangin satu? Aku kayaknya bakalan kenyang banget, Em."

Zema sebenarnya sudah tidak fokus, makanya dengan mudah menganggukan kepala. Hugo menyingkirkan satu donat dengan menggigitnya untuk keluar arena. Sengaja melakukan hal itu karena dia ingin mengusik puting istrinya yang menegang sempurna dengan giginya.

Tangan Hugo tidak tinggal diam, digunakannya untuk mengusap sisi tubuh sang istri sembari fokus untuk menghabiskan donatnya.

"Nice donuts!"

Hugo tentu saja membahas hal lain yang bukan donat aslinya. Pria itu membahas bongkahan dada milik Zema yang semakin berisi.

Hugo menghabiskannya dengan cepat dan mengambil air minum yang sepertinya sengaja disediakan oleh sang istri. Segera setelah dahaganya terpenuhi, Hugo menatap istrinya dan mengatakan dengan cepat. "Aku udah nggak sabar makan kamu. Nggak ada tugas lain lagi, kan?"

Zema tersenyum dan mengaitkan tangannya di leher pria itu untuk berciuman. Mereka menahan diri untuk menyatukan bibir karena pria itu sibuk menyantap makanan agar segera selesai sedari tadi. Mereka tidak bisa tenang untuk menuntaskan dahaga kan cairan cinta.

Namun, tiba-tiba saja Hugo melepaskan tautan bibir mereka membuat Zema bingung.

"Kenapa, Go?" tanya perempuan itu.

"Aku lupa bilang sama anak kita."

Zema mengernyit heran. "Bilang apa?"

Hugo tidak langsung menjawab pertanyaan Zema, dia melepaskan tangan istrinya dan memposisikan wajah di perut perempuan itu.

"Nak, ayah mau jenguk kamu. Ayah bakalan berusaha nggak mengganggu kamu, ya. Tenang aja."

Zema tidak bisa menyembunyikan senyumannya dan langsung mendapatkan ciuman lagi dari Hugo. Mereka melanjutkan hidangan utama percintaan yang dibuka dengan sesi makanan di tubuh Zema tadi.

[Baca duluan di Karyakarsa kataromchick ❤️. Jangan lupa follow aku, ya. ]

Teman Tidur [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang