20/2 ; Kashihugo

3.6K 798 28
                                    

[Baca duluan sampai tamat plus ekstra ekstranya di Karyakarsa kataromchick, yes. Happy reading ❤️]

Hugo tahu dirinya pasti bisa mendapatkan kalimat rindu dari istrinya. Apalagi Jakti yang bisa dipercayanya melakukan tugas dengan baik. Dia sudah berterima kasih pada lelaki muda yang penuh semangat itu. Hugo tahu bahwa Jakti memang lelaki yang bisa bekerja dan pegawai pabrik akan semakin melihat Jakti dengan iri karena setelah ini Hugo akan memikirkan cara memberikan kesempatan bagi Jakti untuk bisa mendapatkan pekerjaan begitu lulus. Anggap saja karena Jakti yang begitu cekatan melakukan tugas dan membuat Zema senang karena mie ayam pesanan Jakti tidak dingin atau mekar sebelum sampai tujuan. Membuat hati Zema senang sama saja membuat Hugo bahagia dan lega.

Begitu dirinya menyelesaikan pekerjaan yang membuatnya berjarak dari sang istri, hal pertama yang Hugo lakukan adalah mencari perempuan itu dan menciumi seluruh wajahnya hingga Zema tertawa dan bahkan menjadi kesal.

"Ampun, deh, Go! Kamu baru pulang dari perjalanan jauh, bukannya langsung mandi malah cium aku. Kamu bau tahu, nggak?!"

Hugo tertawa dengan protes yang istrinya layangkan dan tetap memberikan ciuman di bibir Zema. Meski protes, nyatanya perempuan itu tidak menolaknya sama sekali. Inilah yang dinamakan cinta. Tidak akan ada rasa beban untuk menerima kekurangan pasangan yang memilih menjalani hidup bersama. 

"Aku udah pulang ini, Em. Kangen kamu udah terobati belum? Aku bisa cium kamu lebih lama dari ini kali kangen kamu belum terobati."

Zema mendorong pipi suaminya untuk menutupi salah tingkahnya. Perempuan itu tentu saja masih ingat betapa manja dirinya ketika menyatakan rasa rindu melalui sambungan telepon. Ketika melihat langsung pria yang diinginkannya untuk menunjukkan batang hidung, pipi Zema merona bukan main.

"Mandi dulu. Kita makan malem bareng."

Hugo melakukan gestur hormat kepada istrinya seolah Zema adalah komandan yang harus selalu pria itu patuhi.

"Mandi yang bersih."

"Kalo nggak bersih nggak dapet jatah, ya, Em?" goda Hugo yang langsung kabur karena istrinya bersiap mengambil remot AC di nakas dekat sofa.

"Ampun, bos!"

"Hugo! Ngeselin banget, sih! Dasar bapak-bapak freak!"

***

Makan malam hari ini semua menunya dibuat dengan spesial. Zema tentu saja begitu antusias untuk menyambut kepulangan suaminya hingga memasak dengan seluruh jiwa dan raganya. Melihat Hugo yang semangat untuk menyantap makanan yang istrinya sajikan membuat Zema tidak berhenti tersenyum bangga. 

"Go, kamu kenal anak kuliahan itu kampusnya?" tanya Zema pada sang suami.

"Hm, iya. Aku waktu itu ngisi seminar di kampusnya, terus dia antusias banget minta kontakku. Aku kasih aja akun sosmed yang aku punya."

"Kayaknya dia dari awal ngotot banget pengen ketemu dan kerja sama kamu. Apa dia ada sesuatu, ya?"

"Sesuatu apa?"

"Ya, kayak misalnya dia ternyata tertarik sama kamu sebagai sesama jenis. Mungkin dia pengen deketin kamu karena dia suka sama kamu, Go."

Hugo tersedak dengan makanan yang masuk ke mulutnya. Hidung dan matanya perih karena tersedak. Zema memang tidak pernah gagal membuat Hugo terkejut dengan pemikirannya yang ajaib.

"Pelan-pelan, sih, Go. Makan rusuh banget."

"Gara-gara kamu, Em! Lagian kamu ada-ada aja nuduh Jakti punya kelainan segala. Tebakan kamu nggak ada yang lebih kreatif apa?"

Zema menaikkan kedua bahunya dan merasa apa yang disampaikannya bukan apa-apa.

"Kenapa, sih, kamu curiga Jakti begitu?" tanya Hugo.

"Nggak tahu. Dia terlalu rajin aja, aku aneh lihatnya."

Hugo tidak merasa itu aneh. Hugo justru senang memiliki pegawai yang meski hanya magang sudah bisa bekerja dengan rajin.

"Ah, udahlah. Nggak usah aneh-aneh nuduh anak orang. Kalo suka sama aku itu aneh namanya, tapi kalo suka sama kamu, baru itu aku akan pikirkan matang."

Zema menyupkan makanan dan mengunyahnya beberapa kali sebelum menjawab suaminya. "Suka sama aku? Ngapain? Aku nggak cantik, badan makin melebar, ini hormon kehamilan aja bikin muka aku ada jerawat. Ngapain suka sama aku yang biasa banget begini? Dulu, kalo kita nggak dijodohin kamu pasti cari yang lebih cantik."

"Kata siapa? Kamu, tuh, hobinya berspekulasi sendiri, Em."

"Kata aku-lah! Aku tahu aku nggak cakep, ya, Go. Nggak usah kamu puji sebaliknya."

Secara fisik, Zema memang bukan perempuan yang bisa menarik minat laki-laki dalam sekali lihat. Hugo juga tidak akan memilih Zema jika bukan dijodohkan. Namun, lama-lama mengenal Zema rasa nyaman dan cocok langsung muncul. Sifat perempuan itu yang tidak banyak menuntut dan lebih banyak menerima adalah faktor tertinggi. Zema juga bukan perempuan pencemburu jika saja teman Hugo memang benar-benar hanya berteman. Kasus Cinta menjadi pengecualian karena Zema merasa Cinta sudah mengusik.

"Jangan suka rendahin diri sendiri, Em. Kalo bukan fisik kamu yang cantik, yang terpenting hati kamu yang cantik. Itu udah cukup buatku."

Zema mendengkus dan menancapkan garpunya pada daging ayam dengan lebih keras, hingga menimbulkan bunyi dan membuat Hugo terkejut.

"Oh, jadi kamu memang mengiyakan fisik aku nggak cantik, ya. Bagus!"

Ya Allah! Susah amat ngomong sama makhluk Tuhan yang paling sensi.

Teman Tidur [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang