Tidur Zema tidak bisa lagi senyaman seperti sebelum pernikahannya kacau balau. Meski dia terlihat sangat santai dan tidak membuat drama tangis berlebihan, tapi di dalam dirinya tetap saja rapuh dan merasakan sesak bukan main. Jika ingin menangis, dia akan menjadikan tangis itu untuk dirinya sendiri. Semakin Zema menunjukkan sisi lemah, semakin dirinya akan lambat berpikir untuk mengambil tindakan.
Zema berniat untuk mandi, dan dirinya mau tak mau harus keluar karena hanya kamar tamu yang memiliki kamar mandi di dalam. Pada sepagi ini, Zema tidak berharap menemukan siapa pun untuk menanyakan kondisinya atau lain hal. Zema tahu matanya cukup bengkak untuk perempuan yang tidur dengan nyenyak sendirian, dan itu akan menimbulkan banyak tanya dari orang rumah—khususnya sang ibu.
Doanya memang terkabulkan untuk tidak berpapasan dengan siapa pun. Namun, dia terkejut melihat pemandangan di halaman depan. Bapaknya sedang mencuci mobil, dan Hugo berada di sana. Zema bisa melihat betapa tidak akurnya mereka saat ini, lebih tepatnya Zaka yang tak mau akur dengan menantunya itu. Zema tidak bisa memungkiri bahwa pemandangan itu malah membuatnya ingin meneteskan air mata. Kenapa kamu sebodoh ini, sih, Hugo?
Zema bisa melihat Hugo yang terkejut disirami air oleh Zaka dengan sengaja. Meski mata bapaknya itu tidak terarah kesal pada Hugo, tapi tangannya yang bergerak sengaja menyiram Hugo adalah hal jelas untuk mengusir Hugo pergi. Ngapain masih disitu!? Bapak nggak mau kamu disitu, Hugo! Ingin sekali Zema meneriakan semua kalimat yang menandakan rasa peduli itu, tetapi keinginan itu ditahan karena Hugo sepertinya memang menggunakan cara itu untuk mendekati mertuanya lagi.
Jika saja kondisi mereka normal. Zema pasti akan menarik Hugo dan memandikan pria itu agar tidak lagi memaksakan diri. Zema tidak tega melihatnya, tapi dia harus memaksakan diri untuk menjadi sangat tega. Terlebih lagi pria itu juga belum menjelaskan yang sebenarnya dari sudut pandang yang Hugo miliki. Zema tahu dirinya waktu itu juga terlalu gegabah untuk mengikuti Hugo. Bagaimana lagi, dia sudah terlanjur marah karena pesan masuk dari Cinta mengajak suaminya bertemu di hotel.
"Go, ada yang telepon!" Zema berseru saat suaminya sibuk mandi.
"Angkat aja!"
Zema tahu hubungan mereka tidak sibuk untuk saling menutupi. Hugo adalah pria yang tidak banyak menunjukkan gelagat aneh dengan berdekatan dengan wanita lain. Sejujurnya Zema tidak memiliki prasangka buruk pada suaminya, tapi Zema langsung memiliki prasangka buruk kepada perempuan yang mengirimkan chat pada suaminya.
Niat semula mengangkat telepon dari nomor yang tidak ada namanya jadi berhenti karena pesan masuk dari kontak bernama 'Jacinta SMP'.
[Jacinta SMP] Aku ajak Emil buat ikut. Udah booking di Dandelion Hotel, kamarnya B13.
Pemikiran utama di kepala Zema tentu saja untuk apa mengadakan pertemuan di kamar hotel? Meski suaminya memang tidak memiliki gelagat mendua, tapi Zema yakin ada kegiatan tidak benar di sana. Melihat dari profil picture yang Cinta gunakan, Zema sudah tak suka. Memang benar Hugo pernah menceritakan mengenai temannya sejak SMP yang kembali bertemu dengannya, tapi Zema tidak mendengar apa pun lagi setelah itu dari mulut suaminya.
"Siapa yang telpon, Em?" tanya Hugo yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Nggak tahu, nggak ada nama kontaknya. Habis bunyi langsung mati begitu aku mau angkat. Terus chat dari temen SMP kamu langsung masuk."
Zema dengan terang-terangan menunjukkan isi chat yang dibacanya. "Aku nggak sengaja baca."
Hugo dengan santai menganggukkan kepala. "Itu Cinta, temen SMP yang pernah aku ceritain."
Hugo mengambil pakaian yang Zema siapkan.
"Ngapain dia ngajakin kumpul di hotel?"
"Emil, laki-laki yang lagi dia deketin nggak mau dateng kalo aku nggak ikut."
Zema mengernyit tidak mengerti dengan apa maksud dari ketiganya. Apa hubungan ketiganya sampai saling mengandalkan Hugo seperti itu?
"Jangan mikir aneh-aneh."
Zema hanya diam dan memilih meninggalkan kamar tanpa bicara apa-apa lagi.
Setelah itu, Zema mengikuti dan memergoki suaminya yang malah berduaan dengan si Jancok itu. Katanya adala Emil-Emil, tapi kenyataannya hanya ada Hugo dan Cinta saja. Lebih parahnya adalah Hugo malah mengungkapkan curhatan mengenai sikap Zema yang tidak disukai pria itu. Amarah Zema jelas mencapai ubun-ubun. Bukannya dibicarakan langsung pada Zema, ini malah diceritakan pada teman SMP-nya yang sudah pasti orang luar dari pernikahan mereka.
"Kamu ngapain bengong di sini?"
Zema dikejutkan oleh ibunya yang membawa handuk dan sepertinya akan memberikannya pada Hugo.
"Mau mandi, Bu."
"Mau mandi, kok, malah bengong?"
Windu melihat ke arah luar dan bisa menangkap apa yang membuat putrinya termenung di tempat.
Dengan cepat wanita itu menyerahkan handuk pada Zema. "Nih! Kasih suamimu yang basah kuyup disiram bapakmu."
"Ibu aja!" Zema menyerahkan kembali handuk itu pada ibunya. "Aku mau mandi."
"Heeehh, anak itu!"
Zema tak mau suasana hatinya semakin kacau antara kasihan, kesal, kecewa, dan sedih. Zema ingin mengembalikan kewarasannya di kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tidur [TAMAT]
General Fiction[Baca lengkap di Karyakarsa 'kataromchick'] Kashihugo Bijaksana dan Zemaya November adalah pasangan yang unik. Keduanya memiliki nama yang akan menjadi bahan perbincangan-ejekan-orang. Orang tua yang saling melengkapi; orang tua Hugo begitu ramai, d...