13/1 ; Zemaya

4K 913 78
                                    

Siapa yang bisa menerima kedatangan seorang perusak di dalam rumah tangga sendiri? Apa akan ada perempuan yang menyambut perebut laki orang dengan sangat bahagia, lapang dada, dan tersenyum senang? Jika ada, Zema yakin orang itu sudah sinting. Bahkan dirinya yakin tidak ada yang bisa ditolong jika ada orang yang menyambut perempuan berhati busuk masuk ke rumah. 

"Hugo ...."

Zema muak sekali dengan nada bicara yang dikeluarkan oleh perempuan itu. Mendengarnya membuat Zema ingin muntah tepat di wajah si Jancok itu. 

"Cinta? Kamu ngapain di sini?" tanya Hugo dengan wajah yang pias. 

Wajar jika pria itu pias, karena Zema sudah mulai bersedekap dan menatap mereka berdua dengan tatapan menilai. Sejauh apa, sih, FTV gadungan ini akan berjalan? 

Zema tidak akan membiarkan perempuan manapun menyentuh teritorialnya. Namun, bukan dengan cara yang akan langsung menyakar secara brutal. Zema tahu apa yang dirinya lakukan untuk membuat perempuan malu lagi. Zema ingin apa yang dilakukannya tidak hanya membuat kapok, tapi menarik perhatian banyak orang tanpa harus sibuk berteriak memanggil kerumunan.

Zema ingin semua orang mengerti bahwa kemarahannya yang sampai puncak kepala adalah bentuk yang tidak bisa ditahan-tahan dan akan dituntaskan dengan cara yang tidak akan pernah ditebak orang. Dimanapun dirinya berada saat ini, Zema tidak akan menunggu suaminya untuk bertindak. Meski, ya, Zema juga harus mencoba memberikan kesempatan bagi Hugo untuk bisa menunjukkan taring ketegasan pada temannya yang gila itu. 

"Hugo, udah aku bilang aku mau minta maaf sama kamu dan istri kamu."

Istri kamu? Dia bahkan sengaja nggak sebut namaku? 

"Minta maaf sama istrinya Hugo? Siapa, sih, istrinya Hugo? Kenapa nggak sebutin namanya, Mbak? Alergi? Gatel-gatel kalo nama istrinya Hugo disebut dari bibir Mbaknya?" 

Zema menjadi tak sabar untuk memberikan komentarnya. Menatap Cinta yang terlihat mengemis atensi dari Hugo saja sudah membuat Zema ingin memukul kepala perempuan itu dengan batu super besar. 

"Sayang, tenang. Marah-marah cuma bikin kandungan kamu kenapa-napa nanti."

Zema bisa mendapati tatapan Cinta langsung mengarah padanya dengan cepat begitu mendengar kata kandungan dari bibir Hugo.

"Kenapa? Kamu nggak nyangka kalo anak Hugo masih ada di dalam perutku? Kamu nggak nyangka kalo aku pulang ke sini dengan anak Hugo, iya?"

Cinta tidak langsung membalas sarkasme Zema dan hanya menatap istri dari Hugo itu dengan maksud yang hanya bisa ditangkap sesama perempuan saja. 

Hugo mulai sibuk untuk melindungi Zema. Pria itu menyentuh perut istrinya bertujuan untuk menenangkan Zema dan memastikan anaknya di dalam perut sang istri baik-baik saja.

"Aku nggak sepicik itu untuk berharap kamu menggugurkan anak Hugo."

"Anak Hugo!? Kamu ini beneran perempuan nggak tahu diri, ya? Kalo memang niatmu baik dan untuk minta maaf aja, nada sinismu itu harusnya nggak dipakai di sini! Kurangajar!" Zema tidak lagi bisa menahan emosinya. 

"Aku minta maaf membuat kamu tersinggung, tapi aku ke sini memang untuk minta maaf. Aku sama sekali nggak bermaksud untuk menyakiti kamu dan Hugo, Zema."

Iblis yang Cinta tunjukkan dalam wujud malaikat sungguh membuat Zema muak. Manusia satu itu tidak akan pernah menyerah hingga Hugo mengubah pendiriannya. Hanya Hugo yang nantinya harus bisa menjaga dirinya sendiri. Untuk saat ini, Zema bisa saja mencegah suaminya dipengaruhi, tapi diwaktu yang lain ... siapa yang akan tahu?

"Cinta, kamu lebih baik pergi dari sini!" Hugo menghadang istrinya dan meminta Cinta pergi. 

"Kenapa kamu halangi aku, Go? Biarin aku denger langsung apa permintaan maaf yang teman kamu maksud itu! Dia pasti punya tujuan yang nggak akan pernah kita pahami kalo dia nggak bicara sendiri."

Cinta menatap Hugo dengan leluasa disaat seperti ini, padahal pria itu sibuk menoleh ke belakang dan memastikan istrinya tidak akan mengalami masalah. Zema yang bisa melihat bagaimana Cinta mengamati Hugo dengan tatapan mupeng itu mendorong suaminya ke samping dan kembali berhadapan dengan Cinta.

"Ema, please, Sayang."

"Katakan permintaan maaf apa yang kamu maksud tadi?  Permintaan maaf jenis apa yang kamu sampaikan ke sini?"

Cinta menarik napasnya ketika menghadapi Zema. "Aku minta maaf karena kamu jadi salah paham dan kekanakannya pergi meninggalkan suami kamu sampai mengalami luka yang nggak ringan. Aku minta maaf karena menyebabkan hal seperti itu dan membuat semua orang menilai buruk pada Hugo."

Jadi cuma Hugo yang dia pikirin? 

"Dari mana kamu tahu semua informasih soal Hugo? Kamu punya mata-mata yang selalu mantau Hugo?!" Zema semakin sinis.

"Ema sayang, udah. Jangan begini, please."

"Kamu diem!" Zema melarang suaminya bicara. "Jawab Jacinta, kenapa kamu tahu semua soal Hugo? Kamu terobsesi sama Hugo sampai melakukan semua ini. Iya, kan?!"

"Hugo aku rasa istri kamu ... nggak baik-baik saja."

Sialan iblis ini! Zema tidak akan membiarkan mulut Cinta mempengaruhi  Hugo. Jadi, serangan yang Zema lakukan pastilah bisa membuat Hugo sepenuhnya memperhatikannya. Jangan main-main sama saya, Jancok. Siap-siap kamu! 

[Bab 15 dan 16 udah bisa kalian baca duluan di Karyakarsa, ya.]

Teman Tidur [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang