18.1 ; Kashihugo

3.4K 782 64
                                    

[Baca duluan sampai tamat di Karyakarsa kataromchick, ya😉.]

Hugo merasa tidak akan tepat jika melakukan apa pun. Jika dia mandi seperti biasa, maka dia bisa saja memberikan waktu bagi Zema untuk tidak menepati janjinya. Jika dia tidak mandi seperti biasanya, maka Zema akan mengetahuinya. Hugo benar-benar tidak mengerti bagaimana caranya sang istri selalu mengetahui bahwa dia tidak mandi dengan benar ketika muncul dan bersiap menaiki ranjang. Perempuan itu selalu saja memiliki radar yang tidak akan pernah Hugo pahami. 

Kini dia hanya bisa berpasrah apa yang akan dirinya dapatkan begitu keluar dari kamar mandi dan berusaha mandi sebersih mungkin hingga tidak diusir istrinya ketika sedang menginginkan sesi bercinta terlaksana. 

"Semoga dia nggak ngerjain gue lagi," gumam Hugo yang beberapa saat setelahnya bisa menyelesaikan agenda mandinya. 

Kakinya melangkah dengan yakin dan tidak memperkirakan kejutan dari istrinya. Dia hanya yakin Zema akan kabur dan menguncinya di kamar agar tidak bisa mengejar perempuan itu. Bayangan buruk itu sudah mengganggu isi pikiran Hugo, dia yakin Zema tidak akan berbaik hati padanya setelah insiden mie goreng anak SD. 

Pandangannya fokus ke lantai karena dia harus memastikan kakinya kering sebelum mencari keberadaan istrinya. Jika tak mau kena masalah, maka dia tidak boleh melakukan kesalahan.

Hugo bersiap melangkah dengan pasti jika saja dia tidak terkejut dengan keberadaan istrinya yang mengejutkan.

"Ya Allah!"

Hugo hampir terjungkal jika saja pintu kamar mandi tidak tertutup rapat. Tubuh pria itu oleng ke belakang dan kedua tangannya berusaha mencari pegangan pada masing-masing dinding. Wajah Hugo pucat seketika karena ulah istrinya.

Butuh beberapa waktu sebelum akhirnya Hugo bisa menguasai diri dengan ketenangan yang kembali datang terkumpul. Matanya terpejam untuk sesaat sebelum dia berusaha berdiri tegak sembari membenarkan handuk di pinggang.

"Sayang?" tanya Hugo dengan nada ragu.

Ya, siapa yang akan percaya dengan apa yang dilihat Hugo saat ini? Hugo hanya merasa takut jika ini hanyalah halusinasinya karena begitu takut dikerjai oleh sang istri. Atau lebih parahnya, Hugo bisa saja beranggapan setan yang sedang berbaring telanjang dengan makanan di atas tubuhnya ini berusaha melakukan perangkap dengan menyerupai istrinya yang selama ini sangat pasif.

Meski Zema memang tidak menolak untuk melakukan percintaan yang panas di ranjang, tapi belum ada sejarahnya Zema melakukan semua tindakan aktif yang terkesan liar semacam ini.

"Ema? Sayang? Ini beneran kamu?" tanya Hugo dengan wajah yang sangat bingung dan pucat.

Zema berdecak di posisinya yang kaku karena jika perempuan itu bergerak, maka makanan yang sudah ditata sendiri itu akan terjatuh.

"Siapa lagi kalo bukan istri kamu, sih, Go? Kamu jangan bikin aku kesel dalam posisi begini kalo nggak mau gagal!"

Hugo ingin sekali tertawa dengan keras melihat usaha yang dilakukan Zema saat ini. Namun, dia tidak bisa melakukannya karena takut jika sang istri akan marah dan berakhir benar-benar meninggalkannya dalam kondisi begitu mendamba perempuan itu.

"Kakinya nggak sekalian dibuka aja, Em? Biar kebuka tanpa—"

"Kamu komen lagi aku gigit kemaluan kamu sampe lecet, ya!" ucap Zema kesal.

Zema merasa rencana ini bukannya berjalan dengan sensual malah menjadi lucu. Hugo bukan langsung paham dengan inisiatif Zema, tapi terkejut dan merasa terhibur dengan usaha istrinya.

"Oke, oke. Aku nggak bakalan komen."

"Ya, udah! Buruan bertindak, jangan malah lihatin aku terus pake nahan ketawa gitu!"

Hugo merasa sia-sia menahan tawa karena ketahuan juga dengan Zema.

"Boleh aku foto dulu, nggak? Sayang aja kalo momen yang nggak pernah kamu lakuin bisa kejadian, Em."

Meski berdecak tidak suka, Zema pada akhirnya hanya bisa menyuruh suaminya cepat melakukan keinginannya itu.

"Cepetan kalo mau foto! Badan aku pegel kalo kamu kelamaan!"

Hugo segera bergerak untuk mencari ponselnya dan memotret tubuh istrinya yang luar biasa seksi dalam posisi seperti ini.

"Masukin ke galeri yang kamu kunci! Awas aja kalo ada yang tahu foto aku begini."

"Iya, Sayang. Cuma buat aku, kok. Mana rela aku ada yang pegang hapeku?"

Zema setidaknya bisa tenang karena memang Hugo adalah orang yang tidak suka ponselnya disentuh orang lain, kecuali Zema. Setidaknya persoalan ini aman.

"Udah," ucap Hugo setelah meletakan kembali ponselnya. "Aku mulai dari mana, Em? Aku bingung."

"Katanya kamu mau kenyang. Habisin makanan yang udah aku tata di badan aku, Go."

"Hm. Jadi aku nggak boleh makan kamu langsung, ya?"

"Cerewet, deh! Kalo mau, kamu harus makan dulu. Kalo nggak aku mendingan udahan—"

"Jangan! Jangan!" Hugo tidak mau menjadi orang yang ditinggalkan dalam posisi ingin.

"Aku mulai dari ...."

"Makanan pembuka. Tuh, ada di deket leher aku, nih!"

Tiba-tiba saja Hugo berdegup kencang. Jika begini ceritanya, dia pasti bisa kehilangan akal dalam sekejap.

Teman Tidur [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang