Di malam hari yang dingin, terlihat Jeno sedang berada di balkon kamarnya. Ia sedang menatap langit malam, entah apa yang ada dipikirannya saat itu hingga tanpa ia sadari, sudah ada Jevier di sampingnya hendak mengajaknya makan malam bersama.
"Ngalamunin apa sih, dek? Serius banget", ucap Jevier.
Mendengar suara kakaknya, Jeno sontak membuyarkan lamunannya.
"Eh, kak Jev? Ngapain ke sini?", ucap Jeno.
"Harusnya kakak yang tanya kamu ngapain di sini sendirian? Udara malam ngga bagus buat kesehatan kamu. Masuk, yuk!", ucap Jevier.
Bukannya mengikuti saran kakaknya untuk masuk ke dalam, Jeno malah tetap berdiri di sana menikmati angin malam yang semakin menusuk kulit.
"Dek, ayo masuk!", ucap Jevier.
"Kak.. aku takut meninggal", ucap Jeno.
"Siapa yang ajarin kamu ngomong kaya gitu, Jeno? Ngga usah mikir aneh-aneh", ucap Jevier.
"Kak, kalo aku ngga kuat gimana?", ucap Jeno.
"Diem, dek! Ayo masuk! Kak Jev ngga suka kamu bahas kaya gituan", ucap Jevier.
"Kenapa? Kayaknya waktu aku tinggal dikit yah, kak?", ucap Jeno.
"Makin ngaco kamu, dek! Cepetan masuk! Di sini dingin, nanti kamu sakit lagi, gimana?!", ucap Jevier kesal dengan perkataan Jeno yang mulai melantur.
"Sakit lagi? Bukannya aku ini udah sakit dari lahir, kak? Mana pernah aku sehat?", ucap Jeno.
"Kamu kok ngomongnya gitu, sih?!", ucap Jevier.
"Tapi bener kan, kak? Kenyataannya aku emang ngga pernah di kasih kesempatan buat hidup sehat layaknya orang normal lainnya. Emang aku salah apa? Apa aku ini lahir karna sebuah kesalahan? Kenapa Tuhan kasih aku sakit kaya gini bahkan sejak aku baru merasakan hembusan nafas pertamaku di dunia. Mommy bilang aku ini istimewa. Mommy bilang Tuhan kasih aku jantung yang unik karna Tuhan sayang sama aku. Tapi kenapa rasanya sakit sekali? Apa untuk disayang Tuhan harus merasakan sakit dulu? Sebenarnya, aku ini disayang atau dibenci?", ucap Jeno dengan air mata yang tidak bisa ia bendung lagi.
Melihat Jeno menangis dan bicara soal apa yang dia rasakan selama ini membuat Jevier tertegun. Ia sedih, kenapa adiknya harus merasakan hidup semalang ini.
"Dek, jangan bilang gitu. Jangan menyalahkan Tuhan! Tuhan tahu mana yang terbaik buat umatnya. Itu semua sudah takdir yang harus kamu terima. Jeno, tetaplah jadi adeknya kakak yang kuat. Kamu boleh mengeluh, tapi jangan pernah nyerah. Kamu pasti bisa lalui semuanya. Kamu ngga sendirian, ada mommy, daddy, kak Dev, kak Jev, oma, opa, kak Johnny, semuanya sayang sama kamu. Jangan kecewakan semua yang udah perjuangin dan semangatin kamu. Kamu harus bisa bertahan. Kak Jev janji akan selalu ada buat kamu dan ngga akan pernah tinggalin kamu", ucap Jevier.
"Tapi kak, om Hendra bilang sakitku ngga bisa disembuhin. Kak Juan juga bilang gitu. Malah mereka bilang kalo umur aku mungkin ngga akan panjang. Katanya semua penyakit ada obatnya, tapi kenapa penyakitnya Jeno ngga bisa disembuhin?!", ucap Jeno sambil menahan sesak yang ada di dadanya. Ia mengeluarkan unek-uneknya pada kakak keduanya itu.
Jevier ikut sakit mendengar ucapan Jeno. Ia lalu merengkuh tubuh adiknya dan memeluknya. Ia juga menangis karena perkataan Jeno barusan. Adiknya itu ragu akan bisa bertahan atau tidak. Adiknya sedang menuntut kesembuhan. Bagaimana ia akan menjawab pertanyaan adiknya itu, sedangkan kenyataannya semua yang dikatakan adiknya memang benar adanya.
"Kamu ngga boleh nyerah, dek. Hanya Tuhan yang tahu umur manusia. Kamu pasti bisa berumur panjang. Buktinya kamu masih bertahan sampai detik ini. Itu tandanya kamu orang yang kuat dan hebat", ucap Jevier mencoba menghibur dan menyemangati Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...