Di depan ruang ICU, oma dan opa tampak melihat cucunya yang kini sudah sadar. Mereka melihat melalui kaca jendela ruang ICU. Tiffany dan Danish sudah berada di dalam ruangan itu dengan mengenakan pakaian khusus. Oma dan opa tampak ingin juga masuk ke dalam ruangan cucunya, tapi karena yang menjenguk harus dibatasi, mereka akhirnya memutuskan untuk bergantian.
Jeno tampak masih kesulitan hanya untuk berbicara. Dadanya masih terasa sesak dan sedikit nyeri. Tiffany terus memegang tangan putranya itu dan sesekali menciumnya. Ia senang, akhirnya putranya sudah kembali sadar. Jeno terlihat membuka mulutnya guna merasakan aliran udara yang masuk ke dalam dadanya dari masker oksigen yang ia kenakan.
"Mom...hhh", lirih Jeno.
"Iya, sayang. Mommy kan di sini. Jeno ada apa panggil mommy?", tanya Tiffany sambil mengelus tangan putranya pelan.
"Kakak..hh", ucap Jeno lirih
"Iya, nanti kakak ke sini. Kamu tunggu saja. Sebentar lagi mereka pasti sampai. Jeno kangen yah sama kakak?", ucap Danish pada putranya itu.
Jeno hanya mengedipkan kedua matanya tanda ia membenarkan ucapan Danish.
Tak lama, yang ditunggu akhirnya datang. Danish dan Tiffany melihat Devian dan Jevier sudah berada di luar ruang ICU sekarang.
"Dek, kakaknya sudah sampai tuh. Mommy sama daddy keluar dulu, ya?", ucap Tiffany.
Namun, Jeno malah semakin menggenggam erat tangan Tiffany. Ia seperti tidak ingin mommy-nya pergi.
"Mommy di luar, sayang. Nanti mommy ke sini lagi, kok. Mommy harus keluar, kan katanya Jeno mau ketemu kakak? Harus gantian jenguknya. Ngga pa-pa, ya?", ucap Tiffany.
"Ngga pa-pa, lah. Kan ada kakak di sini temani Jeno sebentar. Nanti kalau kakak sudah selesai jenguknya gantian lagi tuh opa sama oma kan juga mau ketemu adek udah nungguin dari tadi di luar", ucap Danish.
Jeno akhirnya melonggarkan genggamannya dengan mommy-nya. Ia tampak menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan perkataan daddy-nya.
"Ya sudah, mommy sama daddy keluar dulu ya, sayang?", ucap Tiffany lalu mencium kening putranya, begitu juga dengan Danish yang juga mencium putranya sebelum keluar dari ruangan itu.
Di luar ruangan, tampak Devian, Jevier, dan Juna tengah bersiap-siap mengenakan baju khusus sebelum memasuki ruangan Jeno.
"Jadi ini Juna yang kamu ceritain ke opa kalau dia anak dari Jessie? Adik kamu?", tanya opa pada Devian.
Devian memang sudah menceritakannya pada semua keluarganya termasuk mommy Tiffany, tentang Juna yang ternyata adik satu ibu dengannya.
"Iya, opa", ucap Devian.
"Ya sudah, kalian cepat ke dalam. Opa sama oma sudah ngga sabar ini mau ketemu adek", ucap opa.
Ketiganya mengangguk menjawab perkataan opa lalu memasuki ruangan di mana Jeno berada. Juna tampak ragu untuk ikut masuk, tapi karena Devian dan Jevier yang memaksanya untuk ikut masuk ke dalam, akhirnya ia pun mengikuti kedua kakaknya untuk masuk menemui Jeno. Ia pasrah, jika nantinya Jeno tahu dan akan membencinya, ia akan menerimanya.
Setelah masuk, mereka berjalan menghampiri brankar Jeno. Devian menggenggam tangan Jeno dan mengelus rambut kepala adiknya pelan.
"Hai.. adek apa kabar? Ini kak Dev..", ucap Devian.
Jeno tidak menjawab pertanyaan Devian, ia hanya membalas genggaman tangan Devian dan pandangan Jeno menatap ke arah Devian.
"Jeno, kamu mimpi apa dari kemarin ngga bangun-bangun? Kak Jev sampai bolak balik lihat kamu tapi kamu ngga mau bangun. Giliran kak Jev tinggal kuliah kamu baru mau bangun. Sengaja banget ngerjain kak Jev, padahal kak Jev pengen liat kamu buka mata untuk pertama kalinya setelah tidur seharian kemarin", ucap Jevier.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...