Mobil yang dikendarai oleh Joshua untuk mengantar Jeno dan Juna ke sekolah semakin memasuki jalan sepi. Johnny tentu semakin curiga dengan Joshua. Apa Joshua benar-benar akan mengantar kedua tuan mudanya ke sekolahnya?
"Sebenarnya kamu mau bawa kami kemana, Joshua?! Biarkan saya saja yang menyetir mobilnya! Apa kamu tidak tahu jalan?!", ucap Johnny sedikit mengeraskan suaranya.
"Iya om, nanti bukannya jadi cepet malah tambah telat karena nyasar. Ini tuh kayaknya jalannya emang salah, sih. Arahnya aja berlawanan. Jalannya juga sepi banget. Balik lagi aja om, lewat jalan kayak biasanya. Ngga pa-pa kalaupun macet, kok", ucap Juna.
Joshua tidak menjawab ucapan Johnny dan juga Juna. Ia tetap melanjutkan menyetir ke jalan yang semakin sepi itu.
"Apa kamu tidak dengar?! Kamu sudah mengabaikan perintah dari tuan muda. Tuan muda Juna meminta untuk berbalik saja lewat jalan biasa", ucap Johnny sedikit kesal pada Joshua hari ini. Tidak biasanya Joshua bersikap acuh seperti ini.
"Diam kamu, Johnny! Aku memang bukan ingin mengantar mereka ke sekolahnya!", ucap Joshua dengan suara keras.
Hal itu membuat semua yang ada di dalam mobil terkejut dengan ucapan Joshua. Apa maksud dari ucapannya itu? Lalu akan kemana Joshua mengajak mereka pergi jika bukan ke sekolah? Jeno yang sedari tadi sudah gelisah menjadi semakin gelisah. Apa yang akan terjadi? Joshua akan membawa mereka ke mana?!
"Om! Kita tuh mau sekolah! Balik buruan, om!", ucap Juna sedikit mencondongkan kepalanya ke depan agar supirnya mendengarnya.
"Kembali duduk dan diamlah, Juna!", ucap Joshua.
"Apa? Kamu berani memanggil tuan muda hanya dengan namanya? Kamu baru bekerja 1 bulan di mansion tuan besar, tapi sudah berani berlaku semaumu sendiri", ucap Johnny.
Jeno bingung dengan situasinya sekarang. Ia merasa takut dan wajahnya terlihat pucat sekali. Ia benar-benar takut jika nanti apa yang ada dalam pikirannya itu benar-benar terjadi.
"Jen, lu pucet banget? Lu baik-baik aja, kan?!", tanya Juna khawatir.
"Jun.. gua mau pulang aja", ucap Jeno.
Juna semakin khawatir setelah mendengar jawaban Jeno. Adiknya itu tiba-tiba saja ingin pulang? Bukankah sedari tadi malam adiknya itu ingin sekolah? Kenapa tiba-tiba sekarang ingin pulang? Apa adiknya sekarang sedang menahan sakitnya lagi?
"Jen, lu ngga pa-pa, kan?! Lu sakit lagi? Apanya yang sakit, Jen?!", ucap Juna khawatir. Ia lalu menyentuh pipi dan dahi Jeno dengan punggung tangannya. Dan benar, tubuh adiknya kembali panas seperti tadi malam. Ia tentu menjadi semakin khawatir dengan kondisi adiknya sekarang.
"Om! Anterin Jeno ke mansion, om! Jeno sakit. Badannya panas lagi! Dia minta pulang aja", ucap Juna khawatir.
Johnny yang mendengar itu segera menolehkan kepalanya ke belakang. Ia melihat Jeno sudah bersandar di kaca jendela mobilnya. Ia melihat tuan mudanya itu dengan wajah pucat dan bibirnya sedikit bergetar karena tubuhnya menggigil.
"Joshua, tuan muda Jeno harus pulang sekarang. Aku saja yang menyetir! Hentikan mobilnya!", ucap Johnny.
Namun, Joshua bukannya menghentikan mobilnya, ia malah tertawa mendengar ucapan Johnny.
"Apa kau sudah gila?!", ucap Johnny.
Tapi tiba-tiba, Joshua mengeluarkan pisau tajam dari sakunya dan menusukkan pisau itu pada perut Johnny.
Jlebb!!!
Akhhh!!
Hal itu tentu membuat kedua remaja yang duduk di belakang terkejut dan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...