Masih bisakah?

1.4K 139 36
                                    

Di dalam kamarnya, Jeno terbaring lemas dengan masker oksigen yang masih terpasang di hidungnya. Di dahinya tertempel plester penurun demam. Di sebelah kanannya, ada Danish yang berbaring menemani nya tidur malam ini. Danish mengelus dada putranya pelan. Jeno masih belum mau tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul 23.34 malam. Putranya itu sedari tadi hanya diam menatap langit-langit kamarnya.

"Jeno, kenapa belum tidur? Sudah malam", ucap Danish.

Mendengar suara daddy-nya, Jeno lalu memiringkan badannya menghadap ke arah daddy-nya, lalu tangan kirinya yang terpasang jarum infus merangkul tubuh daddy-nya.

"Nanti nafasnya susah kalau miring begitu. Daddy aja yang peluk, Jeno tidurnya terlentang aja", ucap Danish.

Jeno malah semakin menduselkan wajahnya pada dada bidang Danish.

"Kenapa, hm?", tanya Danish sambil membenarkan masker oksigen Jeno yang sedikit miring. Ia lalu mengelus punggung putranya.

"Jeno kenapa? Tidur, ini sudah malam. Kamu harus istirahat", ucap Danish.

"Ngga bisa tidur..", ucap Jeno.

"Memangnya kenapa ngga bisa tidur?", ucap Danish.

"Mataku rasanya panas, dad..", ucap Jeno.

"Itu karena kamu masih demam. Makannya matanya rasanya panas. Di paksa merem aja, dek. Nanti lama-lama juga tidur", ucap Danish.

"Ngga bisa..", ucap Jeno.

"Terus sekarang mau apa? Jeno mau daddy bikinin susu coklat?", ucap Danish.

"Jeno mau mommy, dad.. Jeno kangen mommy..", lirih Jeno terhalang masker oksigen.

Danish terdiam mendengar suara putranya yang meminta mommy-nya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana caranya memberitahu putranya kalau dirinya tidak bisa mengabulkan permintaan putranya itu. Hubungannya dengan Tiffany sekarang sudah tidak sebaik dulu. Bagaimana mungkin ia meminta Tiffany kembali ke mansion sedangkan ia sudah memberikannya surat persetujuan cerai. Tiffany pasti sangat kecewa padanya.

"Daddy.. Jeno mohon, jangan cerai sama mommy. Daddy sayang kan sama Jeno? Jangan pisahin Jeno sama mommy, dad..", ucap Jeno.

"Jeno, sudah malam sebaiknya kamu tidur", ucap Danish.

"Tap......", ucap Jeno.

"Ssstttt....!, Sudah, tidur. Besok lagi kita bicara, ya? Bisa nurut ngga? Kalau ngga mau nurut daddy tinggal. Jeno tidur sendirian di kamar, mau?", ucap Danish memotong ucapan Jeno.

Mendengar ucapan daddy-nya, membuat Jeno lalu menutup matanya menuruti perintah Danish. Danish mengelus rambut kepala Jeno dengan lembut hingga Jeno pun tertidur.

Danish memandang wajah putranya yang pucat itu. Jeno tertidur, namun bibirnya yang terhalang masker oksigen terlihat melengkung ke bawah seakan rasa sedih yang ia rasa itu tidak mau lepas bahkan saat dia sudah tertidur. Sebenarnya, Danish tidak tega melihat putranya yang setiap hari selalu menanyakan mommy-nya. Ia bahkan sering mendengar putranya tidur sambil menggumam memanggil mommy-nya.

"Jeno, maafkan daddy, nak. Tapi daddy ngga punya pilihan lain selain pisah dengan mommy. Daddy mencintai mommy kamu, tapi daddy tidak bisa kalau harus berpisah dengan anak-anak daddy", gumam Danish.

•••
Di kamarnya, Devian tengah duduk di tepi ranjang. Ia tidak bisa tidur malam ini. Bayangan adiknya saat ia temui di kamar mandi dengan wajah yang pucat pasi dan tubuh yang bergetar masih bersarang diingatannya. Lalu saat daddy-nya menekan dada adiknya sampai memberikannya nafas buatan, semuanya masih terbayang hingga saat ini. Wajah adiknya begitu terlihat sangat kesakitan tadi. Apa sesakit itu rasanya? Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya bertukar posisi dengan adiknya itu. Apa ia bisa sekuat itu menahan sakitnya dan bertahan hingga sekarang?

The Little Angel✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang