Di ruang televisi, terlihat seorang remaja laki-laki yang sedang menonton televisi ditemani mommy-nya. Ia nampak sedang fokus melihat televisi sambil mengemut sesuatu di mulutnya. Pipi kanannya terlihat mengembung.
"Jeno.. makannya jangan diemut terus, dong. Di kunyah, sayang.. nanti dingin nasinya kalo Jeno makannya kelamaan.. mommy memang ingetin Jeno kalau makan jangan buru-buru, tapi jangan diemut gitu, dong.. nanti makin lama jadinya.. nasi sama supnya jadi dingin kalo Jeno makannya diemut terus ngga selesai-selesai. Apa nasi merahnya masih kurang lembut? Ini mommy juga sudah banyakin air supnya, kok", ucap Tiffany.
Jeno lalu mengunyah makanannya setelah mendengar ucapan mommy-nya. Ia mengunyahnya pelan lalu sesekali ia meminum air putih yang sudah disiapkan untuknya dengan menggunakan sedotan agar ia tidak tersedak jika meminumnya langsung menggunakan gelas.
"Jeno, minumnya mau lagi? Mommy ambilin dulu, ya?", ucap Tiffany.
"Ngga usah, mom. Jeno minumnya kan sedikit-sedikit. Ini juga masih banyak", ucap Jeno.
"Ya sudah, sinih A lagi, dong? Buka mulutnya, dek..", ucap Tiffany.
Jeno lalu membuka mulutnya untuk menerima suapan dari mommy-nya itu.
Tiffany tersenyum saat melihat putranya kini masih berada di sampingnya dan sedang makan masakannya. Ia tidak tahu lagi jika waktu itu tidak ada orang baik yang dikirim Tuhan untuk menyelamatkan putranya waktu itu. Jika putranya tidak operasi malam itu, mungkin putranya tidak akan bersamanya hari ini. Kini ia dan semua keluarganya yang sebelumnya sudah bersikap lembut dan sangat memanjakan putra bungsunya itu, setelah kejadian 1 tahun lalu di mana mereka hampir saja kehilangan Jeno, mereka menjadi lebih memanjakannya dan bersikap lebih lembut lagi sekarang padanya.
"Mommy..", panggil Jeno.
"Iya, sayang? Ada apa? Jeno mau apa, hm?", ucap Tiffany.
"Kakak kok belum pada pulang, sih?", ucap Jeno.
"Paling masih di jalan. Jeno tunggu saja, ya? Sebentar lagi pasti pulang", ucap Tiffany.
"Hem, lama banget. Di mansion sepi, oma sama opa kenapa harus balik ke Swiss, sih? Jeno kan jadi ngga ada temen di mansion", ucap Jeno.
"Kan ada mommy?", ucap Tiffany.
"Iya, sih", ucap Jeno lesu.
"Kok ngga semangat gitu jawabnya? Jeno bosen yah main sama mommy-nya?", ucap Tiffany dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
"Bukan gitu mommy.. Jeno ngga bosen kok main sama mommy. Jeno seneng tiap hari ditemenin sama mommy", ucap Jeno.
"Bener, nih?", ucap Tiffany.
"Iya, beneran mommy cantik", ucap Jeno.
"Em, kalo gitu makannya harus habis, ya? Kan mommy udah masakin supnya buat Jeno. Sinih buka lagi mulutnya?", ucap Tiffany.
Saat Jeno membuka mulutnya lagi dan menerima suapan dari mommy-nya, tiba-tiba ada Juna dan para sahabatnya yang keluar dari pintu lift. Mereka lalu berhenti saat melihat Jeno sedang asyik menonton televisi sambil disuapi makan siang oleh mommy-nya.
Jeno yang terlalu fokus menonton televisi tidak sadar dengan kedatangan para sahabatnya itu. Saat mereka hendak berjalan menghampiri Jeno, Tiffany tersenyum ke arah mereka dan berucap lirih pada mereka.
"Jangan dikagetin, ya?", ucap Tiffany lirih pada mereka. Jeno memang tidak boleh dikejutkan dengan sesuatu yang membuatnya terkejut. Meskipun jantungnya sudah diganti, tapi tetap saja dia masih sering kambuh seperti sebelumnya hanya saja tidak sesering dulu. Penyakitnya itu sudah tidak bisa sembuh, namun meskipun begitu, setidaknya dengan jantungnya yang baru, Jeno masih ada harapan untuk berumur panjang. Oleh karena itu, keluarganya tentu semakin menjaganya untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...