Sore itu langit terlihat mendung, namun tidak menghalangi kegiatan ayah dan anak yang ingin bersepeda di taman dekat mansionnya.
"Pelan-pelan, dek. Kamu masih belajar, nanti kamu jatuh", ucap Danish.
"Iya-iya, tapi aku jago kan, dad? Baru juga diajarin bentar udah bisa. Cuman masih kurang seimbang aja", ucap Jeno sambil memelankan sepedanya.
"Cape ngga? Sinih duduk dulu", ucap Danish menunjuk bangku taman yang berada di dekatnya.
"Yah, baru juga sebentar", ucap Jeno.
"Nanti kan bisa lanjut lagi, dek. Sinih minum dulu", ucap Danish.
"Bentar lagi deh, daddy duduk situ aja kalau cape. Aku masih mau main bentar puterin taman sekali lagi nanti aku nyusul duduk situ",ucap Jeno.
"Tapi kamu hati-hati. Kalau susah ngimbangi sepedanya kamu turun dulu baru naik lagi biar ngga jatuh", ucap Danish.
"Siap, bos!", ucap Jeno lalu mulai mengayuh sepedanya pelan-pelan.
Baru saja Jeno mengayuh sepedanya setengah putaran, tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya. Jeno yang masih belajar menaiki sepedanya, tentu panik membuat ia tidak bisa mengendalikan sepedanya. Belum lagi suara klakson mobil yang terdengar jelas memekik telinganya membuatnya terkejut dan jantungnya terasa sakit.
Tittttttttttt!!!!!!!
"Daddy!", teriak Jeno.
Brakkkkk!!!!!!
Mendengar suara anaknya yang berteriak memanggil namanya, membuat Danish melihat ke arah sumber suara. Terlihat banyak orang yang berkunjung di taman itu mengerumuni korban kecelakaan yang baru saja terjadi di sana. Danish langsung berlari ke arah kerumunan itu. Hal-hal buruk tentu menghantui pikirannya, takut yang menjadi korban kecelakaan itu adalah putranya, pasalnya ia sempat mendengar suara putranya memanggilnya sebelum kecelakaan itu terjadi.
Setelah ia menerobos kerumunan itu, betapa terkejutnya Danish melihat apa yang terjadi di depan matanya sekarang. Sepeda yang baru saja ia belikan untuk putranya telah hancur tak terbentuk. Sedangkan putranya, putra kesayangannya itu kini tergeletak masih memeluk sepedanya dengan keadaan yang terbilang cukup mengenaskan. Tubuh anaknya dipenuhi dengan darah. Danish tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Putra kesayangannya terluka!
Dunianya seakan runtuh saat itu juga. Bagaimana bisa putra kesayangannya yang sangat ia jaga, sekarang terluka dipenuhi darah. Jeno masih sadar, namun darah di kepalanya terus saja mengalir tanpa henti. Ia melihat di sekelilingnya banyak orang. Hingga tiba-tiba ia merasa seseorang memanggil namanya.
"Jeno! Tidak, tidak.. ini tidak mungkin! Jeno! Kamu bisa dengar daddy, nak?", ucap Danish sambil menyanggah kepala putranya dan menepuk pelan pipi putranya untuk menjaga kesadaran putranya.
"Cepat panggil ambulance! Tolong putraku! Jangan diam saja!", ucap Danish.
Beberapa orang yang berada di sana langsung memanggil ambulance untuk menolong putra bungsu dari Danadiyaksa itu.
"Dad..", ucap Jeno lirih.
"Iya, sayang. Ini daddy, daddy di sini nak", ucap Danish tak bisa menahan air matanya melihat putranya dengan keadaan seperti ini.
"Sak..kith..", ucap Jeno.
"Iya, daddy tahu. Mana yang sakit? Kamu sabar ya, sebentar lagi ambulance akan datang. Adek jangan tidur, ya", ucap Danish.
"Se..muanya.. sak..kit, dad..dy", lirih Jeno.
"Iya nanti sakitnya hilang, Jeno sabar ya", ucap Danish masih menangisi putranya. Ia merobek kaos yang dikenakannya dan menempelkan potongan kaos itu pada kepala Jeno untuk menahan darahnya yang terus saja mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...