Di ruang rawat Jeno, terbaring remaja laki-laki di atas ranjang pesakitan. Di sana, ada banyak keluarga dan para sahabatnya yang menemaninya di dalam. Remaja yang terbaring itu terlihat banyak melamun menghadap ke arah jendela ruang rawat itu. Ia terlihat meneteskan air matanya. Apa yang terjadi? Kenapa dia ada di sini? Tidak seharusnya dia ada di sini, kan?
"Juna..", panggil Tiffany.
Juna tidak menyahut. Ia masih menangis menatap jendela ruang rawat Jeno.
"Juna, jangan nangis, sayang..", ucap Tiffany menghapus air mata Juna.
"Hiks.. Jeno mana, mom? Juna gagal jagain adek.. hiks.. harusnya Juna ngga di sini.. Juna harusnya lindungin Jeno.. hiks.. maafin Juna, mom..", ucap Juna.
Tiffany menangis mendengar ucapan Juna.
"Engga, Juna.. ini bukan salah Juna. Juna ngga salah", ucap Tiffany.
"Juna harusnya ngga biarin Jeno dipukulin waktu itu, mom.. hiks.. Juna harusnya bisa lindungin Jeno.. hiks.. Juna masih inget waktu Jeno bilang dia sakit ke Juna.. hiks.. Jeno ngadu dia sakit, tapi Juna ngga bisa tolongin dia.. hiks.. Juna ngga pantes jadi kakak buat Jeno, mom.. hiks.. salahin aja Juna! Hiks.. ini salah Juna! Hiks.. ini salah Juna!", ucap Juna.
"Engga! Hiks.. ini bukan salah Juna.. hiks.. mommy ngga salahin Juna.. hiks.. mommy yang terimakasih sama Juna.. hiks.. terimakasih sudah berusaha lindungi Jeno.. mommy minta maaf, gara-gara Juna belain Jeno, Juna jadi ikutan sakit kayak gini.. hiks.. mommy yang salah. Mommy yang ngga bisa jaga putra mommy.. hiks.. hiks.. mommy yang ngga bisa jaga kalian.. hiks.. Tuhan lagi hukum mommy karena mommy ngga bisa jaga anak-anak mommy.. hiks..", ucap Tiffany sambil menangis.
Tidak tahukah bahwa di sini Tiffany lah yang paling sedih karena putra satu-satunya itu kini harus mengakami koma? Tiffany yang paling sakit melihat kondisi putranya seperti sekarang. Putranya itu disiksa sedemikian rupa hingga nyawanya kini berada di tengah-tengah antara hidup dan mati. Dia benar-benar tidak menyangka hal itu terjadi pada putranya. Jessie, sahabatnya adalah kehancuran baginya. Sejak awal Jessie merebut kebahagiannya bersama suaminya. Dia bahkan menghina putranya karena terlahir cacat, bahkan suaminya sendiri pun pernah menyesal menikahinya karena ia tidak bisa memberinya anak yang sempurna. Tapi apa salah putranya? Kenapa putranya harus semenderita ini?! Kenapa harus putranya yang mengalaminya?! Tidak tahukah bahwa dia begitu menyayangi putranya itu?
"Hiks.. mom.. Juna minta maaf.. hiks.. maafin Juna, mom..", ucap Juna.
Juna teringat saat tubuh Jeno dipukul berkali-kali hingga tubuhnya dibanting sebegitu kerasnya. Ia ingat betul saat Jeno menatapnya dengan raut kesakitan yang ia sendiri tidak bisa bayangkan bagaimana sakitnya. Ia melihat darah yang keluar dari hidung dan mulut Jeno saat itu. Dan yang paling menyakitkan baginya adalah saat Jeno mengadu padanya bahwa ia kesakitan. Ia benar-benar menyesal karena sebagai seorang kakak, dia tidak bisa melindungi adiknya. Ia juga teringat saat Jeno memanggilnya dengan sebutan kakak. Masih terekam jelas di telinganya suara adiknya yang begitu menyakitkan. Ia memang senang jika Jeno memanggilnya dengan sebutan kakak. Tapi bukan dengan ia mendengar suara Jeno yang sepertinya susah sekali mengucapkannya. Ia merasakan ada banyak kesakitan yang dirasakan Jeno saat itu.
Flashback on :
Jeno menatap Juna dengan mata sayunya. Ia terus saja memegangi dadanya yang sakit itu.
"Hh.. kak..hh... Kak Juna..hh", ucap Jeno lirih namun masih terdengar oleh Juna.
Juna menangis saat mendengar Jeno memanggilnya dengan sebutan itu. Ia benar-benar merasa bersalah karena gagal menjaga adiknya. Ia bukan kakak yang bisa diandalkan untuk Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...