Mulai nakal

1.6K 158 45
                                    

Sore itu, Jeno sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Ia akan melakukan check up rutinnya hari ini. Kali ini ia ditemani daddy-nya. Danish sengaja pulang lebih awal untuk menemani putranya check up.

Seperti biasa, mereka diantar supir ke rumah sakit. Johnny duduk di sebelah supir, sedangkan Danish dan Jeno duduk di belakang kemudi. Danish juga membawa beberapa bodyguard lain yang mengikutinya dengan mobil lain dibelakang. Sesampainya di rumah sakit, Jeno langsung disambut oleh para staff rumah sakit. Danish mendorong Jeno yang berada di kursi rodanya, di belakangnya ada Johnny dan beberapa bodyguard lain yang mengawal.

Jeno lalu masuk ke dalam ruangan poli jantung ditemani daddy-nya. Di ruangan itu hanya ada dokter Hendra. Dokter Juan sedang ada operasi, jadi tidak bisa ikut memeriksa Jeno.

"Jeno, apa kabar? Sekarang makin sering sakit apa malah jarang?", tanya dokter Hendra sambil memeriksa bunyi jantung Jeno dengan stetoskop.

"Ngga sakit", ucap Jeno.

"Bener? Coba sinih dicek dulu", ucap dokter Hendra menempelkan elektroda pada dada Jeno.

"Em, bener ngga sakit? Kok grafiknya gini?", ucap dokter Hendra.

"Bener, kok", ucap Jeno.

Dokter Hendra lalu fokus melihat garis yang ada di mesin EKG. Ia juga mencatat beberapa hal di catatan kecilnya.

"Jeno, kamu boleh keluar dulu. Tunggu saja seperti biasa di sana, ya? Om mau bicara dulu sama daddy kamu", ucap dokter Hendra.

"Ok", ucap Jeno.

Jeno lalu keluar dari ruangan poli jantung dan saat ia keluar sudah ada Johnny yang menunggunya di kursi tunggu. Ada pula beberapa bodynya lainnya yang berdiri berjajar di depan ruang poli jantung itu.

"Kak, boleh pinjem hpnya bentar ngga? Jeno mau main game bentar boleh, ya? Daddy pasti lama. Jeno bosen kalo cuma duduk nunggu daddy keluar", ucap Jeno.

"Boleh, tapi sebentar saja, ya. Nanti kalau tuan besar tahu, saya akan dapat masalah", ucap Johnny.

"Iya, kak. Tenang aja", ucap Jeno.

Saat Jeno sedang asik memainkan ponsel game di ponsel Johnny, tiba-tiba dadanya terasa nyeri. Ia memijitnya pelan dengan tangan sebelahnya, sedangkan tangan satunya masih memegang ponsel Johnny. Ia terlihat menggigit bibir bawahnya menahan sakitnya. Johnny yang melihat tuan mudanya sepertinya kesakitan pun akhirnya menghampiri tuan mudanya dan menanyakan apakah tuan mudanya itu baik-baik saja atau tidak.

"Jeno, kamu tidak apa-apa?", ucap Johnny.

"Sssshhhh... Akhh... Aku ngga pa-pa, kak", ucap Jeno masih memijit pelan dadanya sambil mengatur nafasnya.

"Sebaiknya kamu kembali ke dalam. Saya akan bicara pada tuan besar kalau kamu sakit", ucap Johnny.

"Jangan, kak! Udah, udah baikan kok", ucap Jeno.

"Tapi kenapa berkeringat sekali? Jangan menutupinya, Jeno", ucap Johnny.

"Aku beneran udah ngga pa-pa kok, kak. Nih, hpnya. Makasih ya, kak", ucap Jeno mengembalikan ponsel milik Johnny.

"Jeno, kamu beneran ngga pa-pa? Wajah kamu pucat sekali", ucap Johnny.

"Iya, kak. Aku baik, kok. Tenang aja. Aku mau ke toilet dulu", ucap Jeno.

"Mari saya antar", ucap Johnny.

"Ngga usah, kak. Aku cuma mau ke toilet, kok. Deket", ucap Jeno.

"Saya antar saja, Jeno", ucap Johnny.

"Ya udah, terserah", ucap Jeno.

Johnny lalu mendorong Jeno yang duduk di kursi rodanya sampai ke depan toilet.

The Little Angel✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang