Sepulang sekolah, Jeno merebahkan tubuhnya di sofa ruang tv. Ia belum mengganti seragamnya. Di mansion terlihat sepi, sepertinya daddy dan kakak-kakaknya belum pulang. Biasanya mommy-nya yang akan menyambutnya jika ia baru saja pulang dari sekolahnya. Mommy-nya pasti selalu menanyakan apa saja kegiatannya hari ini di sekolah. Mommy-nya pasti selalu menyuruhnya mengganti seragamnya dan segera turun untuk makan. Tapi sekarang, hanya kesepian yang ia rasakan di mansion sebesar ini.
"Jeno, sebaiknya kamu ganti pakaianmu dulu. Dan jika ingin beristirahat, sebaiknya di kamar yang lebih nyaman jangan di sini. Nanti badanmu bisa sakit kalau tiduran di sofa", ucap Johnny.
"Aku mau di sini dulu, kak. Aku masih malas ke kamar", ucap Jeno.
"Ya sudah, kalau begitu lepas dulu sepatunya. Nanti tasnya biar saya bawakan ke kamar sekalian bawa sepatu kamu", ucap Johnny.
Jeno melepas sepatunya lalu memberikan sepatu dan tasnya pada Johnny.
"Makasih, kak", ucap Jeno.
"Sama-sama", ucap Johnny lalu beranjak membawa tas dan sepatu Jeno ke kamar tuan mudanya.
Jeno lalu merebahkan tubuhnya lagi di sofa ruang tv itu. Hingga ia lama-lama tertidur di sofa itu. Johnny kembali ke lantai bawah. Ia melihat tuan mudanya ternyata sudah tertidur di sofa. Bersamaan dengan itu, Jevier pulang dari kampusnya. Ia melirik adiknya kini sedang tertidur di atas sofa ruang tv.
"Tidur?", tanya Jevier pada Johnny.
"Iya, tuan muda", ucap Johnny.
"Bawa ke kamar aja, kak", ucap Jevier.
"Baik, tuan", ucap Johnny.
Johnny lalu mengangkat tubuh Jeno, hingga membuat tidur Jeno terusik.
"Eughh.. kak, aku masih ngantuk", gumam Jeno dengan mata masih tertutup.
"Iya, nanti dilanjut tidur di kamar saja", ucap Johnny.
Jevier lalu menghampiri kursi roda Jeno yang berada di dekat sofa dan membawanya ke kamar adiknya.
Setelah sampai di kamar adiknya, Jevier melihat Johnny membaringkan tubuh Jeno ke atas kasurnya pelan.
"Kak Johnny boleh keluar sekarang", ucap Jevier.
"Baik, tuan", ucap Johnny.
Jevier lalu menghampiri adiknya yang kini sedang tidur pulas di ranjangnya. Jevier mengelus rambut adiknya lembut yang sedikit berkeringat. Ia memandang wajah adiknya yang sedang tertidur. Entah kenapa, setiap melihat wajah adiknya, membuatnya selalu semakin merasa bersalah. Ia lalu menempelkan telinganya ke dada sang adik. Ia mendengarkan suara degup jantung sang adik. Ia menangis namun ia menahan suara tangisnya agar tidak terdengar oleh adiknya yang sedang terlelap tidur. Ia benar-benar takut suara jantung adiknya tidak bisa ia dengar lagi. Ia tahu, adiknya itu tidak baik-baik saja. Jantungnya bisa saja meledak kapan saja sampai bisa menghilangkan nyawa adiknya kapan saja.
"Dek, maafin kak Jev", ucap Jevier dalam hati.
Jevier lalu bangkit dari duduknya, lalu mencium kening adiknya. Setelah itu, ia pergi dari kamar adiknya. Jevier sebenarnya rindu dengan masa-masa bersama adiknya. Ia ingin sekali semuanya kembali seperti dulu. Tapi, rasa bencinya selalu muncul ketika ia melihat wajah adiknya. Seakan rasa benci itu selalu menghentikan niatannya yang ingin mengembalikan senyum adiknya lagi.
•••
Di dalam mansion.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Novela JuvenilDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...