Pagi itu, di ruang rawatnya, Jeno sedang memakan sarapannya ditemani oleh mommy-nya. Di ruang itu hanya ada Jeno dan Tiffany, karena Danish, Devian, dan opa sedang berada di kantor polisi guna menanyakan soal perkembangan kasus pemberian racun pada Jeno. Mereka belum menemukan pelaku yang sebenarnya. Namun, bukti yang mereka temukan memang mengarah pada Jessie. Jessie harus ditemukan karena dia yang menjadi tersangka. Jessie harus memberikan penjelasan dahulu untuk mengetahui apakah benar ia yang memberikan racun itu pada Jeno. Sedangkan Jevier menemani oma yang pulang ke mansion. Mereka akan kembali ke rumah sakit siang nanti.
Sudah 3 Minggu, Jeno dirawat di rumah sakit. Racunnya sudah mulai dikurangi pelan-pelan. Berbagai macam metode sudah Jeno jalani. Ia menerima semuanya dengan baik. Meskipun untuk sembuh kemungkinannya sangat kecil, Jeno masih berusaha berjuang melawan sakitnya. Entah nantinya dia bisa bertahan atau tidak, ia serahkan semuanya pada sang Pemberi Hidup. Namun, ia masih tetap kesulitan menggerakkan tangan dan kakinya. Tubuhnya terasa kaku. Tapi itu tidak mematahkan semangatnya. Pagi itu, ia sedang memakan sarapannya sendiri tanpa di suapi. Meski kesulitan, ia tetap ingin berusaha melakukannya sendiri. Ia berusaha memasukkan bubur lembek itu ke dalam mulutnya, namun karena gerakkannya yang tidak seimbang membuat bubur itu berceceran kemana-mana. Tangannya kesulitan hanya untuk menyuapkan bubur ke dalam mulutnya.
Jeno sampai menundukkan kepalanya dan membuka mulutnya mendekat ke arah tangannya yang sulit untuk mengarahkan sendok berisi bubur itu ke dalam mulutnya. Tiffany sesekali membersihkan bubur yang ada di bibir putranya. Ia juga membersihkan piyama Jeno yang kotor terkena bubur.
"Jeno, mommy suapi saja, ya?", ucap Tiffany.
"Jeno bisa sendiri, mom..", tolak Jeno.
Tapi tiba-tiba, sendok yang dipegang Jeno jatuh ke lantai. Jeno memegangi dadanya yang terasa sakit.
"Jeno!", ucap Tiffany lalu segera bangkit dari duduknya dan memencet tombol yang berada di dekat ranjang putranya.
"Akh..! Sshh..", ringis Jeno. Ia berusaha menahan sakit yang menghujam dadanya. Ia juga mengatur nafasnya pelan karena ia tidak mau sampai pingsan dan berakhir tidur panjang. Ia harus mempertahankan kesadarannya.
Tak lama, dokter Juan dan rekan medisnya datang lalu menangani Jeno. Tiffany diminta untuk keluar ruangan dulu.
Jeno masih meringis kesakitan karena dadanya sakit sekali. Namun, sakitnya berangsur-angsur membaik setelah ditangani dokter Juan.
"Jeno, apa masih sakit dadanya?", tanya dokter Juan.
"Engga", ucap Jeno, namun masih mengurut pelan dadanya.
"Jeno, kamu sudah melakukan semuanya dengan baik. Jeno siap untuk operasi transplantasi jantung? 2 hari lagi kamu akan operasi. Kamu sudah siap?", ucap dokter Juan.
"Kak.. boleh ngga kalo Jeno ngga usah operasi?", ucap Jeno.
"Loh, kenapa? Kamu pengen sembuh, kan? Kesempatan ngga tentu bisa datang 2 kali, Jeno", ucap dokter Juan.
"Kalo nanti Jeno operasi, apa Jeno beneran akan sembuh?", tanya Jeno.
"Hm, Jeno masih harus minum obat dan tetep check up rutin seperti biasa. Tapi nyerinya pasti ngga akan sesering sekarang. Kalau jantungnya cocok dan Jeno menerimanya dengan baik, pasti semuanya akan baik-baik saja. Jeno mau dikasih kesempatan hidup lebih lama, kan?", ucap dokter Juan.
"Memangnya berapa lama masa kesempatan itu?", ucap Jeno.
"Kemungkinannya memang 4 tahun, tapi kalau....", ucap dokter Juan.
"Kalo gitu ngga usah dilanjutin, kak", ucap Jeno.
"Tolong tinggalkan kami dulu sebentar. Saya perlu bicara berdua dengan Jeno", ucap dokter Juan pada rekan medisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...