Siang itu, Tiffany sedang bersiap-siap untuk menjemput kedua putranya di sekolah. Ia keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju dapur. Di dapur, terlihat bi Inah dan beberapa maid sedang memasukkan beberapa bungkus snack box ke dalam kardus.
"Sudah selesai, bi?", ucap Tiffany.
"Sudah, nyonya. Sudah siap", ucap bi Inah.
"Terimakasih, ya Bi. Terimakasih juga mba, sudah bantu menyiapkan semuanya. Itu snack yang ada di meja panjang, silahkan di makan buat bibi dan mba semuanya. Boleh di makan saja silahkan. Yang di sana memang sengaja saya beli untuk bibi dan mba semuanya", ucap Tiffany sambil tersenyum pada maid yang ada di sana.
"Terimakasih, nyonya. Nyonya baik sekali. Semoga nyonya dan keluarga nyonya selalu diberi kesehatan, perlindungan, dan rezeki yang mudah", ucap bi Inah mewakili teman-teman maid yang lain.
"Sama-sama, bi. Saya juga terimakasih bi Inah dan semuanya sudah banyak membantu di sini. Semoga kalian semua betah ya kerja di sini", ucap Tiffany.
"Tentu saja kami semua betah kerja di sini, nyonya. Nyonya dan tuan baik sekali pada kami. Bahkan nyonya seperti tidak menganggap kami pembantu. Nyonya memperlakukan kami seperti keluarga. Kami benar-benar merasa sangat berterimakasih pada nyonya dan tuan", ucap bi Inah.
"Saya senang mendengarnya. Terimakasih pujiannya, bi. Saya memang sudah menganggap kalian semua seperti keluarga. Apalagi bibi paling lama bekerja di sini. Terimakasih karena sudah membantu saya mengurus putra saya sejak mereka masih kecil hingga mereka tumbuh besar seperti sekarang. Saya minta maaf, kalau putra saya sering merepotkan bibi dan mungkin mereka sedikit nakal. Apalagi putra saya yang paling kecil, Jevano. Dia sering sakit dan bahkan mungkin sering sekali rewel karena dia sakit. Saya harap, bibi memaklumi, ya. Maaf ya bi, kalau ada perlakuan keluarga saya yang kurang berkenan di hati bibi dan teman-teman semua", ucap Tiffany.
"Sama-sama, nyonya. Saya sama sekali tidak merasa kerepotan mengurus semua putra nyonya. Saya sudah menganggap mereka seperti putra saya sendiri. Meskipun kecilnya sedikit nakal, mereka nakalnya masih wajar dan itu sama sekali tidak memberatkan saya untuk mengurus mereka, nyonya. Dan untuk tuan muda Jevano, nyonya tidak perlu meminta maaf pada saya. Saya jelas memakluminya, karena memang tuan muda Jevano itu sedikit berbeda dengan putra nyonya yang lain. Hatinya begitu lembut. Saya benar-benar iri pada nyonya karena berhasil melahirkan dan memiliki putra sepertinya. Tapi saya merasa sedih saat tuan muda kembali sakit. Saya hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk tuan muda. Semoga tuan muda Jevano bisa segera diberi kesembuhan dan kebahagiaan", ucap bi Inah.
"Aamiin. Terimakasih, bi. Saya juga beruntung karena memiliki pekerja seperti bibi di sini. Semoga bi Inah sehat selalu, ya bi", ucap Tiffany.
Tak lama, Joshua berjalan menghampiri mereka.
"Permisi, nyonya. Apa nyonya sudah siap?", ucap Joshua.
"Oh, iya saya sudah siap. Tolong bawakan kardus itu, ya? Hati-hati bawanya karena isinya ada snack untuk teman-teman Jevano di kelasnya. Nanti tolong bawakan ke dalam mobil, ya?", ucap Tiffany.
"Baik, nyonya", ucap Joshua lalu mengangkat kardus berisi snack box itu dan membawanya ke dalam mobil.
"Bi, saya ke sekolah Jeno dulu, ya? Nanti kalau Jevier sudah pulang tolong siapkan makan siang untuk dia. Do'akan Jeno ya, bi. Hari ini dia akan melakukan kemoterapi pertamanya di rumah sakit. Do'akan, semoga semuanya lancar, ya bi", ucap Tiffany.
"Iya, nyonya. Nanti saya siapkan makan siang untuk tuan muda Jevier. Pasti nyonya, saya pasti selalu do'akan tuan muda Jevano", ucap bi Inah.
"Ya sudah, kalau begitu saya pamit, ya bi?", ucap Tiffany.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Angel✓
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!! ❌ (𝐿𝐸𝑁𝐺𝐾𝐴𝑃 !!) "Daddy emang punya segalanya, semuanya Daddy bisa beli. Tapi apa Daddy bisa beli apa yang aku butuhin? Aku ngga butuh mobil mewah keluaran terbaru, aku ngga butuh kapal pesiar, aku ngga butuh itu semua!". ...