✧02 | Ada Dua Marka✧

4.1K 320 59
                                    

Tawa riang anak-anak terdengar jelas menyapa telinga. Mereka berlari tanpa memikirkan beban apapun, bermain seolah-olah tak ada lagi hari esok. Tingkah anak-anak itu tak luput dari tatapan Weren. Pemuda dengan almamater berwarna merah bata yang menempel di badannya itu ikut menyunggingkan senyuman saat melihat hal yang menyenangkan di depannya. Ia suka anak-anak, ia suka melihat mereka tertawa tanpa beban. Menikmati indahnya dunia yang membosankan ini.

"Nak Weren kok nggak masuk? Mau ketemu Marka, 'kan?" tanya Bu Rukiah, Ibu panti.

Weren tersenyum ramah. Sekilas ia mengangguk dan menatap ke belakang punggung Bu Rukiah yang menghadapnya. Namun, seseorang yang ia cari tampak tidak berada di sana. "Emangnya Marka dari tadi nggak keluar kamar?" tanya pemuda itu kemudian.

"Seperti biasa, Marka sibuk belajar. Tadi pun dia keluar buat shalat dan makan aja. Habis itu balik ke kamar lagi," jawab Ibu Rukiah yang tak pernah melepaskan senyuman dari wajah yang sudah berkeriput itu. Beliau memang terkenal ramah. Mungkin karena itulah beliau masih menjadi ketua pengasuh Panti Asuhan SISIFA ini. Karena memiliki jiwa seorang Ibu dan jiwa pemimpin dalam waktu bersamaan.

"Padahal ujian baru aja selesai." Weren masih heran dengan tingkah Marka yang gila belajar, walau sebenarnya ia sudah tahu hal itu sedari mereka kelas 10.

Ujian sudah selesai beberapa hari lalu dan sekarang waktunya untuk istirahat. Sekolah memang tidak diliburkan. Namun, tidak ada pelajaran khusus dan mereka akan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler beberapa hari lagi.

Bu Rukiah manggut-manggut, paham dengan kebingungan Weren. Beliau tidak lagi heran, sudah dari bayi merawat Marka sampai tumbuh menjadi remaja seperti ini. Beliau tentu saja tahu apa yang Marka mau dan yang Marka tidak mau. Apalagi tentang kegilaan Marka terhadap belajar.

"Yasudah, masuk aja tuh ke kamar Marka, Nak." Bu Rukiah mempersilakan Weren masuk sebelum akhirnya beliau pergi dari sana. Sebenarnya Weren memang sering ke sini. Bukan hanya untuk bertemu Marka, Ia kesini karena ingin bertemu dengan anak-anak panti juga.

Weren Rainden adalah ketua OSIS SMA Mutiara. Ia merupakan salah satu keturunan keluarga konglomerat generasi keempat, Rainden Group. Ayahnya merupakan pemimpin PT RainGP utama. Itulah mengapa Weren begitu di kenal. Namun, terlepas dari siapa dia dan bagaimana Ia terlahir. Weren adalah salah satu siswa di kelas A yang tidak memandang rendah Marka. Mungkin karena itu mereka selalu bersama-sama.

"Ka, keluar yuk! Gue ada keperluan di sekolah."

Pemuda tampan yang sedang asik berkutat dengan buku-bukunya kini menoleh. Iris matanya memperhatikan kedatangan Weren yang tak terduga ke dalam kamarnya. "Buat bantu kegiatan ekstrakurikuler?" tanya Marka yang langsung paham maksud kedatangan sahabat terbaiknya itu.

Weren mengangguk kecil. Ia kemudian memilih duduk di ranjang Marka. "Iya. Harus ke gedung dua sih. Soalnya persiapannya 'kan di gedung itu. Lumayan jauh lah dari sini."

Tanpa banyak protes, Marka menutup buku-bukunya dan diletakkannya pada tempat biasa. Tak lupa juga beberapa peralatan menulis yang tadi Ia gunakan. Tanpa menunggu lama, Ia sudah selesai beres-beres dan segera mengambil almamater merah bata yang tergantung di kursi-nya itu. "Kalau gue jadi panitia bareng Lo, gue gak harus ikut lomba 'kan?"

"Bebas. Kalau Lo mau ikut ya ikut aja. Tapi panitia gak diwajibkan sih."

"Bagus deh. Gue gak minat soalnya."

Weren terkekeh kecil. "Lo minatnya mah olimpiade."

***

Kedua pemuda itu kini telah tiba di gedung ke-2. Gedung paling luas di SMA Mutiara, karena memiliki siswa yang paling banyak. Namun, terlepas dari besarnya gedung ini, fasilitasnya ya biasa-biasa saja. Berbanding terbalik dengan fasilitas gedung utama karena memang lebih diistimewakan oleh pihak sekolah.

MarSel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang