Disini mereka berdua berada. Di sebuah mansion yang diketahui adalah kediaman keluarga Lomera.
Arsel menatap Marka yang berada di sampingnya. Wajah kembarannya itu terlihat kaku, entah takut atau bagaimana? Arsel juga tidak tahu.
Mereka kemudian melangkahkan kaki memasuki pintu utama. Marka sudah pernah ke sini saat ia bertukar identitas dengan Arsel. Waktu itu ia sempat terpana, tetapi sekarang jadi biasa saja.
Yang membuatnya gelisah bukanlah hal tersebut. Laki-laki bertubuh jangkung itu mengikuti tubuh Arsel yang berjalan menuju ruang Panji.
Saat mendengar Jimmy menceritakan secuil tentang masa lalunya tadi siang, mereka pun memutuskan untuk bertanya langsung kepada Bundanya Arsel dan juga Panji. Entah orang-orang itu akan menjelaskannya. Yang penting mereka harus bertanya, daripada semuanya jadi semakin membingungkan.
Mereka berdua melewati beberapa maid yang kini terlihat begitu kaget.
"Ada dua tuan muda?"
Tentu saja, pertanyaan seperti itu lolos dari mulut salah satu maid yang sedang sibuk membersihkan perabotan rumah.
Arsel mengabaikan tatapan tersebut dan terus berjalan menuju ruangan Panji. Diikuti Marka yang tampaknya masih gugup juga.
"Santai, Ka."
Marka menggembungkan pipinya kesal. Jangan heran kenapa dia tiba-tiba berubah imut begini? Kalau kalian mengenal Marka, tentu saja hal itu sudah biasa. Saat gugup, Marka cenderung mengembungkan pipinya seperti anak kecil. Ia tidak sadar dengan kebiasaan itu. Hanya orang-orang sekeliling yang paham.
"Lo kenapa, anjay?" tanya Arsel sembari tertawa. Sementara Marka yang belum sadar hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Liat noh!" Arsel menunjuk sebuah cermin yang kebetulan ada di ruang keluarga. Hal itu membuat Marka menoleh dan....
"Ekhem." Laki-laki itu berdehem malu.
Arsel masih asik menertawakan Marka sampai tidak sadar bundanya sudah berada di belakang.
Yuki--ah, namanya sekarang sudah berganti menjadi Yunita. Wanita itu mengedip-ngedipkan matanya heran. Ia sempat bengong selama beberapa menit sebelum akhirnya tersadar juga.
"Arsel kok ada dua?"
Kenapa bundanya malah heran?
"Bunda nggak tau kalau Arsel punya kembaran?" tanya Arsel to the point.
Mata Yunita membulat seketika. Ia menggeleng cepat, 'tak tahu maksud dari perkataan putranya.
Arsel berusaha mencari kebohongan di mata sang Bunda, namun nihil. Wanita itu benar-benar kebingungan saat melihat keberadaan Marka.
Yunita mendekat. Meraba muka Marka yang sangat mirip dengan muka Arsel. Tidak ada bedanya.
Kenapa bisa begitu?
"Kamu siapa?"
Marka tidak menjawab. Ia juga tidak tahu harus bagaimana. Selama satu Minggu menjadi Arsel, ia sempat menikmati kasih sayang Yunita sebagai seorang Ibu, walau sebenarnya kasih sayang yang Yunita tunjukkan adalah untuk Arsel bukan untuknya.
"Arsel, dia siapa?"
"Kembaran Arsel, Bun."
Yunita mengerutkan keningnya heran. "Jangan ngaco kamu!"
"Dia juga anak bunda kayak Arsel!"
Tidak! Mana mungkin!
"Benar, 'kan, Bun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MarSel [END]
Teen FictionPertemuan 'tak terduga antara kedua remaja laki-laki itu membawa banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Marka menolak fakta bahwa Arsel adalah kembarannya. Bertemu setelah 17 tahun harusnya membuat mereka terharu dan saling merangkul, tetapi tida...