✧22 | Kastil Hantu Sialan!✧

1.3K 101 4
                                    

Kastil hantu ini lumayan luas. Banyak orang datang, tetapi terlihat sepi karena peraturannya, tidak boleh ada yang berbicara lantang.

Oke, kalau kalian bingung, mari kita lihat peraturan yang ditulis pada kertas yang kini dipegang Bita.

1. Tidak boleh ada yang berbicara lantang jika tidak mau dipisah dari kawanan!
2. Selesaikan misi yang dibagikan dalam waktu satu jam! (Misi tertulis dibelakang tiket masing-masing)
3. Setiap misi akan berbeda, tapi kalian harus menyelesaikan bersama-sama.
4. Jika satu misi gagal, maka kalian semua, akan dikurung ke dalam penjara suara selama 15 menit. (Penjara suara adalah penjara yang disediakan untuk menghukum kelompok yang gagal menyelesaikan misinya. Dalam penjara itu, akan ada suara-suara setan, dan teriakan orang ketakutan)
5. Jika misi berhasil, maka hadiah akan menanti kalian di gerbang finish.

"Guys, pokoknya misi kita harus kelar semua," bisik Troya serius.

"Awalnya gue gak takut, tapi sekarang kok jadi beda," lanjut Kanaya sembari menyeka keringatnya yang mulai bercucuran.

"Gue bilang tadi juga apa," timpal Troya kesal.

Sementara Marka dan Arsel kini saling pandang. Mereka tampak berbicara lewat batinnya, membuat Sakura yang melihat hal itu keheranan.

"Kalian harus serius kalau nggak mau dikurung di dalam penjara suara."

"Sttt, jarang ngobrol keras-keras! Nanti Lo dipisahin!" ujar Marka membuat Sakura berdecak kesal.

"Kalau ngobrol kecil-kecil oke aja, Sel," jelas Sakura kepada Marka yang berada di sampingnya.

Arsel yang melihat hal itu memutar bola mata malas. Namun, ia 'tak berhak marah, toh di sini ia menjadi Marka bukan dirinya sendiri. Kadang, ia sempat menyesal karena harus tukaran.

Laki-laki itu kemudian membaca misi yang tertulis dibelakang tiket miliknya.

'Temukan cincin merah jambu milik arwah Aini! Petunjuk: Dibawah waktu, di atas cahaya emas.'

"Ka, Lo paham maksudnya?" tanya Bita sembari mencolek pergelangan tangan Arsel.

Arsel hanya menggeleng cepat. Ia tak bisa memecah teka-teki seperti ini.

"Coba gue lihat."

Arsel memberikan tiketnya untuk Marka. Laki-laki itu tampak serius membaca sampai akhirnya ia berujar, "di bawah waktu itu di bawah jam gak sih? Terus, di atas cahaya emas? Lampu? Senter? Atau apa?" tanya Marka yang kini mendapatkan tatapan kagum dari yang lainnya.

"Lo beneran anak kelas E, Sel? Kok gue berasa gak pantas berada di kelas A, ya?" heran Weren sedikit meragukan kemampuannya.

Skakmat. Marka tak tahu harus beralasan seperti apa. Sementara Arsel hanya menampilkan wajah datar, tetapi tidak dengan batinnya.

Marka anying!

"Oke, misi pertama kita adalah misinya Marka. Kalau kita bisa nemuin cincin itu, kita lanjutkan ke misi Troya!" seru Weren yang tampak seperti pemimpin pasukan.

Ya, aura leader-nya memang sangat kuat. Pantas ia menjadi ketua OSIS.

Mereka mengangguk mantap. Suasana di lorong kastil tampak seram. Walau belum ada hantu yang muncul, tetapi mereka sudah terlihat sangat takut.

Suara nyanyian terdengar pelan. Sendu dan menggambarkan kesedihan yang amat dalam. Sakura meneguk ludahnya kasar, lalu memegang lengan Marka erat.

"Sel, Lo gak takut? Gue yang gak terlalu takut hantu aja sampe keringet dingin kalau ke sini," jujur Sakura yang terlihat sudah sangat lemas.

Sebenarnya Marka tak takut, namun ia harus pura-pura menjadi Arsel yang ketakutan. Lagian si Arsel itu sok keras selama ini, dengan makhluk halus aja takut.

"Takut sih, tapi karena rame-rame jadi gak terlalu."

Bohong! Mana mungkin Marka takut hal mistis? Ia bahkan pernah keluar panti saat dini hari cuma karena katanya ada suara kuntilanak di luar. Ya, dia dengan beraninya mengecek apakah itu benar ada atau tidak.

Sementara itu, Arsel memegang tangan Kanaya erat. Sebenarnya ia akan memegang tangan siapapun asal orang itu ada di sampingnya. Arsel sangat takut hantu, bisa dibilang kelemahannya adalah hantu. Pokoknya! Ia harus segera menyelesaikan misi dan keluar dari neraka ini.

"Ka, tumben Lo takut?" tanya Kanaya heran, namun gadis itu tersipu. Ia semakin erat menggenggam tangan Arsel--yang ia pikir adalah Marka, agar laki-laki itu tidak terlalu takut lagi.

Tidak ada jawaban dari Arsel, tetapi Kanaya tersenyum kecil. Ia yang awalnya ketakutan sekarang jadi tidak lagi. Toh, ini kesempatannya untuk menggenggam tangan Marka, pikirnya begitu. Padahal, tangan Marka yang sebenarnya malah sedang digenggam Sakura.

"Guys, itu ...." Ucapan Weren terhenti saat melihat rambut panjang menjuntai di sepanjang lantai. Hanya rambut, namun berhasil membuat mereka bergidik ngeri.

"Jangan ke ruangan itu, Ren! Pasti ada hantunya!"

Benar kata Troya, sosok berwajah seram kini terlihat berjalan ke arah mereka dengan langkah cepat.

"Lari woi!!"

Suara kekehan terdengar nyaring.

Bita sumringah sembari berlari dengan memakan snack-nya tanpa takut. Ia hanya ikut berlari karena teman-temannya berlari sih.

"Waktu kita gak banyak. Sementara waktu yang dikasih cuma satu jam, padahal misi kita ada 7," keluh Weren membuat Marka berhenti dari larinya.

"Lho Arsel? Kenapa berhenti?" tanya Sakura juga ikut berhenti.

"Gini! Gimana kalau kita mencar?"

"What?" tanya yang lainnya tak setuju.

"Biar misi kita kelar. Kita bagi 3 tim. Gue sama Sakura. Marka, Kanaya dan Weren satu tim, sisanya Bita sama Troya."

"Setelah misi selesai. Kita bakal kumpul di sini. Jadi jangan sampai telat!!"

"Jadi ... kita yang tiga anggota ini bakal nyelesain tiga misi gitu?" tanya Arsel sedikit emosi. Bagaimana jika mereka telat? Ia tau sih, ada Weren dan Kanaya yang sangat pintar di tim-nya. Akan tetapi ... tetap saja mereka akan kesusahan.

"Gapapa! Kalau lama-lama di sini, kita kehabisan waktu!" ujar Weren setuju dengan pendapat Marka.

***

"Marka, coba lihat misi Lo!"

Arsel segera menyerahkan tiketnya kepada Weren. Ia bisa melihat keuletan Weren dalam membaca kata demi kata dan menyimpulkan sesuatu.

"Gue tau sekarang. Ikut gue!" pintanya sambil berlari menyusuri koridor kastil yang diikuti Arsel dan Kanaya.

"Dibawah Waktu kata Arsel tadi, di bawah jam. Berarti di sini?"

Jam besar bergantung di sebuah ruangan yang mereka masuki. Jam kuno yang terlihat begitu elegan dan indah tetapi sudah sangat berdebu.

Di bawahnya Arsel melihat sedikit cahaya, ya, cahaya itu....

"Weren! Itu 'kan?"

Weren segera membuka laci yang mengeluarkan cahaya barusan. Lacinya ada tiga tingkat, di bawah sekali, lampu berukuran kecil menyala samar, cahayanya berwarna kuning keemasan.

"Ketemu!"

Arsel dan Weren menatap Kanaya yang kini memegang cincin bermata merah jambu di tangannya.

"Misinya lumayan mudah kalau kita bisa tau petunjuknya," jelas Kanaya yang mendapatkan anggukan dari mereka berdua.

"Oke, lanjut ke misi selanjutnya. Kanaya, tiket Lo!"

Kanaya merogoh sakunya dan memberi tiket itu kepada Weren.

'Buka pintu kamar 12! Namun, temukan kuncinya dahulu. Petunjuk: Empuk namun bau.'

Petunjuk apaan anjrit begini? Batin Arsel tak habis pikir.

MarSel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang