"Berarti yang tanding itu Arsel, terus yang nonton di barisan kelas A itu, Marka?"
"Kok bisa semirip itu sih?"
"Kayak anak kembar aja."
"Bisa jadi emang anak kembar."
Bisik-bisik terus terdengar dari seluruh barisan. Keenam member YoungTeam tanpa Arsel, kemudian bergabung dengan penonton dan sedikit melirik ke arah lapangan. Walau tak bisa melihat dengan jelas karena berada di urutan belakang, mereka tahu kalau yang sedang bermain dan menjadi sorotan adalah Arsel.
"Lo udah telepon dia semalam kan?"
Manalu menatap Laskar yang kini terlihat sedikit khawatir. "Udah. Dia tidur di panti si Marka."
Semuanya terdiam. Mereka kemudian sama-sama menatap Arsel yang lihai di lapangan. Tak ada yang bersuara, semuanya sibuk dengan pemikiran masing-masing.
"Nekat banget tu anak kabur dari rumah," ujar Natalia dengan raut yang tak biasa. Gadis itu menghela napas panjang dan kemudian duduk di barisan kelas E.
"Nat, kita salah kelas." Manalu menarik tangan Natalia agar segera bangun dan duduk di barisan yang benar.
"Gue mau di sini aja, Lu," keluh Natalia sembari menarik pergelangan tangannya yang di pegang Manalu. "Gue bakal nunggu Arsel di sini."
Manalu tak lagi memaksa. Laki-laki itu pun ikut duduk di samping Natalia, begitupun dengan yang lainnya.
"Mending nanti Arsel tidur di rumah gue aja gak sih?" Omar akhirnya bersuara juga, membuat teman-temannya menoleh seketika.
"Boleh sih, Mar. Di rumah gue juga bisa. Di mana aja lah. Yang penting jangan sampe dia pulang ke rumahnya," gumam Genta menyetujui. Tampaknya mereka semua merasakan hal yang sama saat ini.
Seluruh tubuh mereka kini berkeringat dingin. Tangan Omar bergetar kuat, walau akhirnya laki-laki itu mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Mereka semua menutup mata, mencoba menghilangkan bayangan tentang masa lalu yang kembali menghantui. Saat mereka melihat Arsel dicambuk habis-habisan oleh ayahnya sendiri.
"Nat?" Manalu terkejut saat melihat setetes air mata lolos dari mata cantik sang tunangannya. Ia kemudian mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa. Ya, kejadian seperti ini memang membuatnya was-was. Ia tahu, Natalia tak bisa menahan tangisan.
"Arsel bakal mati kalau pulang ke rumahnya." Gadis itu berujar pelan. Tangannya terus-menerus bergetar, walau pada akhirnya Manalu memeluk gadis itu untuk tak lagi ketakutan seperti ini.
"Sttt, jangan gede suaranya, Nat! Yang lain gak boleh denger ini." Manalu menepuk punggung Natalia agar menyudahi tangisannya. Bagaimanapun juga, mereka tidak hanya berenam di sini. Banyak anggota kelas lain. Namun untungnya tak ada yang tahu apa yang terjadi.
Lintang ikut menepuk pundak sahabatnya. Ia sebenarnya juga sangat khawatir seperti yang lain. Bahkan kekhawatirannya lebih besar. Apalagi saat ingatan itu masih jelas terputar di ingatan.
Saat itu, 13 Desember 2017
Suara cambukan terdengar tak henti-hentinya. Keenam anak yang sedang menonton hanya bisa menangis terisak-isak tanpa suara di dalam sebuah ruangan gelap, di mansion Lomera.
KAMU SEDANG MEMBACA
MarSel [END]
Novela JuvenilPertemuan 'tak terduga antara kedua remaja laki-laki itu membawa banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Marka menolak fakta bahwa Arsel adalah kembarannya. Bertemu setelah 17 tahun harusnya membuat mereka terharu dan saling merangkul, tetapi tida...