Seorang wanita berpakaian formal berjalan melewati setiap ruang dalam mansion milik keluarga Eris.
Heels berbenturan dengan lantai marmer yang indah, menimbulkan suara beraturan sampai membuat dua pemuda yang sedang asik dengan kegiatan masing-masing kini menoleh. Mereka kompak kaget, namun akhirnya berdiri dari duduk dan menyambut kedatangan Annette. Sang ibu.
Rambut hitam legam yang tampak terawat itu sedikit berterbangan dengan adanya angin sepoi-sepoi yang masuk lewat celah-celah jendela. Mata Annette terlihat berair saat menatap kedua laki-laki yang kini sudah tumbuh besar di depannya.
Mereka terlihat baik-baik saja, ya, batin Annette dengan senyuman samar.
Awalnya, tidak ada suara di antara mereka. Ketiga manusia itu tampak lebih nyaman dengan keheningan sembari menatap wajah masing-masing dengan perasaan 'tak karuan. Arsel belum pernah melihat Annette secara langsung, selama ini ia hanya tahu wanita itu dari foto. Ternyata, wajah Annette memiliki kesamaan dengan wajah mereka berdua.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya Annette kemudian. Wanita itu menyeka air matanya, lalu duduk di sofa tanpa menunggu jawaban. "Maaf, bunda baru sempat berkunjung," ujarnya lagi.
"Ada banyak masalah, tapi karena kami bersama, semuanya jadi baik-baik saja."
Annette tertawa mendengar jawaban Marka. Anak itu persis dengannya, seperti melihat dirinya versi laki-laki.
"Mungkin kalian memang canggung, tapi bunda tidak seperti itu. Bagaimanapun juga, di mata ini kalian tetaplah dua bayi kembar yang baru saja bunda lahirkan."
Mereka berdua kemudian duduk, mencoba terlihat tidak terlalu canggung. Akan tetapi kecanggungan tidak bisa langsung hilang. Apalagi saat mata Annette masih menatap mereka dengan tatapan sendu. Seperti menyimpan banyak emosi di dalam sana.
Annette tersenyum kecil, ia mengambil selembar foto dalam tas bermerek miliknya. Saat sudah mendapatkan barang yang diperlukan, ia kemudian menyerahkan foto kepada kedua anaknya, berharap mereka melihat hal tersebut.
"Itu foto kalian saat masih bayi. Hanya itu yang bunda simpan dan satu-satunya kenangan kalian."
Mereka berdua melihat foto tersebut. Seorang wanita, yang diketahui adalah Annette tidur menghadap ke samping kanan, memeluk dua bayi laki-laki, yang tak lain adalah mereka berdua.
"Foto itu diambil Diana, sebelum akhirnya kami membawa kalian ke panti asuhan."
Tidak ada suara dari anak kembar itu. Mereka masih menatap lembar foto tersebut dengan serius. Arsel terpaku untuk sesaat, ternyata itu memang dirinya. Soalnya kain yang membalut tubuhnya masih ada di mansion Lomera sampai saat ini.
"Kalian mungkin sudah mendengar ceritanya dari Diana, ya. Jadi tidak ada yang harus bunda ceritakan lagi, 'kan?"
Marka mengalihkan tatapannya kearah Annette. Wanita itu tersenyum kepadanya dan juga kepada Arsel. Marka tidak tahu perasaan ini, walaupun belum pernah bertemu langsung dengan Annette, tetapi rasanya begitu tidak asing. Ia nyaman walau awalnya sempat sedikit canggung.
"Bunda memang bukan orang baik, tapi bunda harap kalian bisa jadi anak-anak yang baik," ujar Annette sembari menyeka setetes air mata yang baru saja jatuh dari matanya. Rasa bersalah begitu menguasainya saat ini. Ingin sekali ia memeluk kedua anak dihadapannya sambil menguatkan mereka. Tetapi, ia tidak berhak sama sekali. Ia, hanya seorang ibu yang jahat.
"Jangan salahin diri sendiri, bun. Arsel paham kok situasi bunda waktu itu." Tangan Arsel bergerak, menyimpan foto tersebut di atas meja yang berada di hadapannya. Ia tersenyum kecil, memberi tatapan hangat kepada orang di depannya itu. "Aku denger, bunda udah berkeluarga di sana, ya. Kita jadi punya saudara baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
MarSel [END]
Fiksi RemajaPertemuan 'tak terduga antara kedua remaja laki-laki itu membawa banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Marka menolak fakta bahwa Arsel adalah kembarannya. Bertemu setelah 17 tahun harusnya membuat mereka terharu dan saling merangkul, tetapi tida...