Alunan musik dari handphone mengalun dalam ruangan kecil bernuansa abu-abu tersebut. Sang empunya kamar tampak berbaring di atas kasurnya dengan memejamkan kedua mata. Namun, sesaat kemudian, ia kembali membuka mata, menghela napas kasar, dan bergegas bangun dari tidurnya.
"Sebenarnya siapa sih Arsel itu?" Wajah Marka yang biasanya datar kini berubah masam. Memikirkan orang dengan nama 'Arsel' cukup membuat kepalanya pusing. Pasalnya, bukan hanya Kanaya yang sudah melihat si 'Arsel' tersebut, tetapi Weren dan juga Troya mengatakan hal yang sama. Sehingga membuat dirinya dituduh memiliki dua kepribadian. Sungguh tuduhan yang konyol.
Lagu dari ponsel Marka kemudian mati dan digantikan dengan suara getaran, pertanda ada yang meneleponnya. Pemuda itu mengambil ponsel dan mengernyitkan dahi saat melihat nama Weren tertera di layar.
"Halo?"
Lama tidak mendapat balasan. Membuat Marka lagi-lagi membuka suara. "Ren, Lo di sana?"
Helaan napas dari seberang terdengar jelas. Weren tampak berat mengucapkan kata-kata yang akan ia sampaikan kepada Marka saat ini.
"Maaf," ucapnya singkat.
"Buat?"
"Buat yang tadi."
Marka mengangguk kecil. Walau sebenarnya, anggukannya tak dapat dilihat Weren dari sebelah sana. "Gak masalah kok. Soalnya bukan Lo aja yang bingung. Gue sendiri juga gitu."
"Besok gue bakal coba panggil si Arsel. Dan, Lo harus sama gue terus besok! Awas aja Lo keluyuran sama Bita kayak tadi!"
"Kalau orang denger Lo berdua ngobrol begini, bikin salah paham aja." Suara seseorang dari seberang sana terdengar. Siapa lagi kalau bukan Troya.
Troya Gherano merupakan teman Weren yang sudah berteman sedari mereka SMP. Walau tidak sedekat Weren dan Marka yang kemana-mana selalu berdua, Troya lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-teman kelas XI-A-3.
"Salah paham?" tanya Marka dan Weren serentak.
"Emang Lo pada gak denger desas-desus selama ini?"
"Desas-desus apa lagi?" Weren lelah, setiap waktu, berita tentang mereka yang diluar nalar selalu menjadi trending topik di laman sosial media SMA Mutiara. Tak jarang ia menyuruh seksi bidang publikasi dan dokumentasi yang menjadi admin untuk menyaring konten, dan menghapus komentar yang dinilai tidak layak.
Namun, sudah dijaga sedemikian rupa oleh pihak OSIS, anak-anak lainnya malah menyediakan lapak lain diluar jangkauan pihak sekolah dan menyebarkan rumor tak penting di sana.
"Katanya sih, Lo berdua itu, gay."
"G-gay???"
***
Hari ini, merupakan hari kedua berlangsungnya perlombaan. Kemarin sudah dimulai dengan lomba antar band kelas, dan hari ini akan diwarnai dengan puisi dan pantun yang indah dari 40 peserta.
Marka sudah sibuk mengelilingi tenda yang menyediakan makanan untuk mengecek stock yang tersedia. Sementara Weren dan Kanaya sibuk mengatur keberlangsungan acara.
"Ka!"
Marka menoleh sekilas. Ia melihat kedatangan Bita sembari berlarian kearahnya. Gadis itu membawa satu kantong snack seperti biasa. "Ini buat Lo."
"Kebiasaan banget bagi-bagi snack," ucap Marka sembari terkekeh. Namun, tak lama setelah itu, ia mengambilnya juga.
"Anggap aja sedekah pagi-pagi ya 'kan," sahut Bita kemudian. Ditangannya kini, terdapat banyak kantong snack yang akan ia bagikan kepada teman-teman OSIS lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MarSel [END]
Fiksi RemajaPertemuan 'tak terduga antara kedua remaja laki-laki itu membawa banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Marka menolak fakta bahwa Arsel adalah kembarannya. Bertemu setelah 17 tahun harusnya membuat mereka terharu dan saling merangkul, tetapi tida...