✧43 | Menjadi Bagian Eris Family✧

1.4K 134 7
                                    

Tujuh hari berlalu secepat itu, dan sekarang, hari kedelapan setelah kepergian Heri.

William membawa Marka dan Arsel ke rumah ayahnya. Rumah besar yang selama ini hanya ditinggali ayahnya sendiri. Toh, William biasanya tinggal di rumahnya sendiri bersama keluarga kecilnya. Jadi, Heri hanya tinggal sendiri di sini.

William merupakan anak pertama Heri dari istri sahnya. Namun, ibu William sudah lama meninggal. Mungkin saat melahirkan William, sang ibu pergi. Itulah kenapa Heri selalu sendiri.

Kemudian saat bertemu dengan Annette, wanita yang ternyata seumuran dengan William itu, Heri jatuh cinta lagi. Dimulailah hubungan mereka yang ternyata akan berkahir dengan cepat. Namun menghasilkan dua anak kembar.

Saat itu Annette berusia 22 tahun, dan Heri berusia 44 tahun. Selisih umur yang cukup jauh di antara mereka membuat salah satu alasan kenapa ayah Annette tidak setuju dengan hubungan mereka.

"Mulai sekarang, rumah ini jadi milik kalian."

Marka menatap rumah besar itu dengan muka 'tak enak. "Kenapa bisa?" tanyanya memastikan.

"Ayah nyuruh kalian tinggal di sini sebelum pergi."

Arsel menatap sekeliling. Rumah ini besar, namun sepi. "Selama ini ayah tinggal sendirian di sini?"

William mengangguk kecil. "Sesekali abang sama anak-anak abang datang buat jenguk ayah."

Tidak ada respon setelahnya. Mereka berdua hanya mengangguk kecil dan kemudian masuk ke dalam sana.

"Kalau ada perlu apa-apa kabarin abang aja," pinta William.

Huh, sebenarnya, mereka masih sangat canggung memanggil William dengan embel-embel Abang? Bagaimanapun juga, William itu ayahnya Sindi. Di mata mereka, William lebih layak dipanggil Om. Akan tetapi apa boleh buat, mereka sendiri saja sudah dipanggil Om oleh Sindi.

Entah kenapa terasa mengerikan dan sedikit merinding.

"Welcome om!"

Baru saja dipikirkan, yang bersangkutan sudah muncul saja dari dapur. Di sana, Marka bisa melihat anggota YoungTeam serta Sakura yang juga datang.

"Jangan panggil om, Sin! Gue merinding!" protes Arsel tidak suka.

"Terus gue panggil apa? Eum, uncle?"

"Ogah!"

Mereka tertawa.

Setidaknya, dalam tujuh hari sebelumnya, tawa yang tidak pernah terlihat itu akhirnya kembali lagi. Mereka semua sudah bangkit dari berduka dan jadi saling menguatkan satu sama lain.

Marka dan Arsel belum berbicara dengan Annette. Setelah wanita itu menangis tersedu-sedu di rumah duka waktu itu, Annette dipanggil suaminya untuk segera kembali ke Bali. Mungkin mereka dan keluarga sedang menghabiskan liburan di pulau itu.

Ya, sebenarnya tidak apa-apa lagi sih. Mereka sudah mengetahui siapa sebenarnya orang tua kandung mereka, dan sekarang semuanya telah baik-baik saja. Setidaknya mereka tidak lagi kepo dan menghabiskan waktu untuk mencari tahu hal ini lagi.

Tes DNA telah dilakukan, dan 99% benar, Heri memang ayah mereka.

Sementara itu, kasus Sakura belum selesai juga. Namun tampaknya gadis itu tidak lagi memusingkan hal tersebut. Terlihat dari wajahnya yang sudah rela dan ikhlas apapun yang terjadi di hidupnya.

Tok ... tok

Ketukan pintu dari belakang sana membuat semua menoleh. Diana tersenyum sembari membawa satu amplop kepada Marka.

MarSel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang