✧39 | Sama-sama Munafik✧

1.1K 124 2
                                    

"Rumit banget," timpal Laskar setelah lama terdiam.

Masa lalu yang baru saja diceritakan Diana sungguh rumit, dan semuanya dimulai karena Panji. Ayahnya Arsel. Oh, mungkin bukan.

"Lalu, siapa sebenarnya orang tua kami?" tanya Marka kemudian.

Diana menghela napas panjang. "Mungkin aku bisa menjelaskannya. Ah, tapi lumayan panjang jika harus dijelaskan semuanya."

"Maka jelaskan yang penting-penting saja."

Diana tertawa. Marka itu sungguh mirip ibunya.

Apa ia harus menceritakan saja siapa sebenarnya orang tua dari kedua anak ini? Hmm, tapi ia sedikit ragu.

"Jika aku menceritakan semuanya, apakah kalian ingin berjanji satu hal?"

Arsel memutar bola matanya malas. Lagi-lagi dan lagi. Tapi baiklah jika memang itu mau wanita itu.

Mereka berdua mengangguk.

"Saat semuanya telah terbongkar, tolong tetap tutup mulut atas kebakaran Laboratorium IPA Odette School waktu itu! Jangan sampai kasus tersebut dibuka lagi!"

Semua orang yang berada di sana kini menatap Arsel serta Marka. Mereka cukup lama terdiam, sampai akhirnya mengangguk mantap.

"Baiklah. Lagian dosa mu harus kau tanggung sendiri. Kami tidak ada hubungannya."

Diana tersenyum puas. "Orang tua kalian sebenarnya...."

••• 2005, di rumah sakit sisifa  •••

Wanita itu mengelus kedua bayinya dengan lembut. Mata berbinar serta senyum di bibirnya sungguh menggambarkan kebahagiaan yang amat dalam. Namun, sedikit kesedihan juga tergambar pada raut wajahnya.

"Haruskah ku beritahu Heri tentang ini?" tanya Diana yang membuat wanita itu menggeleng cepat.

"Jangan! Dia tidak harus tahu."

Diana duduk di atas kursi yang terletak tepat di samping wanita itu. Ia ikut bahagia melihat kedua anak ini terlahir sehat, dan ibunya juga begitu.

"Lalu, setelah ini kau akan meninggalkan mereka dan akan pergi ke Belanda?" tanya Diana kemudian.

Kedua bayi itu sangat mirip dengan Ibunya. Diana sempat heran. Kenapa mereka tidak mewarisi satupun fisik dari sang ayah? Apakah anak-anak ini sangat membenci Heri?

"Mau bagaimana lagi. Aku dijodohkan dengan anak dari penguasa besar di sana. Ayah bilang, aku harus meninggalkan anak-anak ku di sini. Jika tidak, dia tidak segan akan membunuh mereka."

Diana merinding. Tapi ia berusaha untuk tidak heran, toh, ayah Annette memang begitu. Sangat sama seperti Panji. Ya, namanya juga keluarga.

"Setidaknya tinggalkan mereka berdua pada Heri!"

Annette tersenyum hambar. "Panti Sisifa 'kan milik Heri. Jika mereka di sana, mereka pasti akan baik-baik saja."

Setetes air mata lolos dari mata indah Annette. Wanita cantik itu segera menyekanya. Berusaha tetap tegar walaupun sebenarnya, hatinya sedang sangat kacau.

Selama sembilan bulan mengandung, Annette bersembunyi dari dunia luar. Hanya Diana dan ayahnya yang tahu tentang kehamilan serta siapa yang menghamilinya.

Namun, ayahnya jelas-jelas menolak saat tahu kalau Heri adalah ayah dari anak-anak ini. Heri merupakan direktur Eris grup yang merupakan saingan terbesar Lomera saat itu.

MarSel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang