Angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka yang kini basah akan keringat. Koridor kelas XI Odette School sangat panjang, membuat mereka kelelahan.
Marka menatap sekeliling mencoba mencari ruang yang Weren maksud. Namun, saat Sindi berhenti tiba-tiba, Marka menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa?"
Gadis itu berbalik. Wajahnya yang sedikit berkilau karena keringat membuatnya terlihat lebih cantik. Genta sangat bahagia, kapan lagi ia bisa melihat gadis itu dengan jarak yang berdekatan seperti ini. Sungguh kesempatan yang sangat langka.
"Sebenarnya, gue cuma bisa bantuin Lo sampai di sini. Bukan karena gue gak mau, tapi karena gue gak bisa." Terdengar helaan napas dari Sindi.
Keluarganya memang memiliki hubungan yang baik dengan keluarga Odette. Namun, hubungan itu tidak bisa membawa mereka ke dalam 'ruang data' Odette School. Ruang yang menyimpan data-data dari awal berdirinya sekolah internasional ini, sampai sekarang.
"Orang dalam aja gak bisa sembarang masuk. Apalagi kita," lanjut Sindi pasrah. Ia ingin membantu Marka. Akan tetapi, hanya sampai di sini saja.
Lagian, ia juga sudah membuat Marka bisa masuk ke sini dengan mudah. Apalagi saat satpam di depan meminta ini itu untuk bukti kalau Sindi benar-benar anggota keluarga Eris. Sangat mengesalkan. Bisa-bisanya orang seperti Sindi harus dicurigai.
"Ya terus bagaimana? Rugi aja kalau kita udah sampai di sini tapi gak bisa ke ruang data." Perkataan Omar memang ada benarnya.
"Yang mau gue cari gak ada di ruangan itu."
Mereka bertiga kini menatap Marka heran. Apa maksudnya?
"Ruang data cuma pengecoh. Gue yakin mereka nyimpen data-data penting di ruang lain. Ruang yang gak bikin orang lain curiga."
"Yang gak bikin curiga?" tanya Genta penasaran.
"Perpus."
Marka yakin. Odette School juga sama seperti Mutiara high school. Entah itu dari segi positif maupun negatif.
Beberapa bulan lalu, Marka menemukan kontrak kerjasama antara orang tua dari siswa korban perundungan dan orang tua pelaku. Di sana, tercatat 20 juta uang diberikan kepada orang tua dari siswa korban perundungan itu untuk menutup mulut agar tidak melaporkan dan membesar-besarkan masalah.
Sekolah tahu, dan mereka tidak bertindak tegas. Hanya mengamankan bukti di tempat yang tidak dicurigai. Perpustakaan. Biasanya hal-hal seperti itu berada di rak paling berdebu, atau bisa dibilang rak yang berisi buku-buku rusak. Rak yang tidak pernah disentuh siapapun.
Sebenarnya, sekolah bekerjasama dengan anggota OSIS.
Ya, yang ditugaskan untuk mengamankan bukti-bukti tersebut adalah Weren itu sendiri. Si ketua OSIS Mutiara high school. Ia tidak bisa menolak, karena dari OSIS sebelumnya pun, hal seperti ini sudah menjadi kewajiban mereka.
"Kenapa kok bisa perpus?" tanya Sindi saat mereka sudah berada di dalam Perpustakaan.
Aroma wangi dan tenang ini sungguh membuat siapa saja yang masuk akan betah. Bagi orang yang suka ketenangan serta suka membaca, perpus merupakan tempat terbaik untuk mereka di sekolah.
"Karena orang-orang kayak Lo," jawab Marka yang masih memfokuskan pandangannya, menatap satu-satu rak yang berada dalam perpustakaan Odette School.
Perpustakaan ini terlalu luas. Raknya juga sangat panjang-panjang. Terdapat tangga khusus yang diletakkan untuk orang-orang yang tingginya tidak cukup mencapai atas rak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MarSel [END]
Teen FictionPertemuan 'tak terduga antara kedua remaja laki-laki itu membawa banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Marka menolak fakta bahwa Arsel adalah kembarannya. Bertemu setelah 17 tahun harusnya membuat mereka terharu dan saling merangkul, tetapi tida...