✧25 | Sedikit Kemajuan✧

1.2K 111 5
                                    

Marka buru-buru memasuki bangunan bekas toko dua pintu, yang sekarang menjadi markas baru YoungTeam.

Di dalam, semua orang sudah berkumpul. Mereka menatap Marka dengan tatapan heran. Toh biasanya laki-laki itu berwajah datar, kenapa sekarang jadi terlihat panik?

"Sel, dia siapa?" tanya Marka sembari menyodorkan sebuah foto kepada Arsel.

"Bunda sama temen-temennya," jawab Arsel singkat.

"Emang kenapa, Ka?" tanya Sakura mewakili pertanyaan mereka semua.

"Dulu orang ini sering banget datang ke panti." Marka menunjuk sesosok pria yang berada di samping bundanya Arsel.

"Om Jimmy? Dia udah lima tahun gak di Indo."

"Berarti emang dia! Soalnya dalam lima tahun ini dia gak pernah ke panti lagi."

Suasana di markas mendadak sunyi. Sepertinya, semua orang dalam markas memikirkan hal yang sama.

"Gak mungkin! Bunda nggak mungkin sama Om Jimmy!" elak Arsel tanpa respon dari yang lainnya.

"Bunda nggak mungkin kayak gitu!"

Masih tak ada respon.

Marka menatap foto itu lumayan lama. Dua gadis cantik dengan satu laki-laki tersenyum bahagia dengan background taman yang asri.

"Gue nggak mau nuduh, Sel. Tapi, dulu sebelum gue kenal sama Om Panji, gue sempet salah paham kalau Om Jimmy itu ayah Lo," ujar Genta hati-hati.

Benar. Semua anggota YoungTeam juga merasakan hal demikian. Dahulu, saat mereka masih berada di taman kanak-kanak, mereka selalu melihat Jimmy mengantar bahkan menjemput Arsel. Semua orang yang melihat mereka waktu itu, pasti akan menganggap mereka ayah dan anak.

"Masih belum ada bukti. Om Jimmy bukan ayah gue! Gue yakin."

"Berapa kemungkinan Lo yakin?" tanya Marka membuat Arsel terdiam seketika.

Bahkan ia tak tahu harus menjawab apa.

"Kita harus nyari tau tentang dia!" seru Marka serius.

Tidak semudah itu untuk menyimpulkan hasil akhir. Marka masih ragu untuk beberapa hal. Akan tetapi ia akan segera mengetahuinya.

Ia tahu Jimmy. Laki-laki itu selalu datang ke panti dahulunya. Bahkan Jimmy sering memberi Marka makanan enak serta membawa hadiah setiap Marka ulang tahun. Walau dahulu Marka pikir, itu hanya bentuk kasih sayang orang asing untuknya, karena ia anak yang tak lagi mempunyai orang tua.

Namun, sekarang jadi berbeda. Apa tujuan Jimmy sebenarnya?

"Kalau yang cewek satu ini siapa, Sel? Kayaknya aku gak pernah liat." Natalia menunjuk salah satu gadis yang juga berada di dalam foto yang sama.

"Gue gak pernah ketemu sama dia. Tapi kata bunda, namanya Annette."

"Wih, namanya kayak bule, ya. Gak Jimmy gak Annette."

"Bunda dulu emang sekolah di sekolah internasional."

"Sekolah inter yang mana?" tanya Marka memastikan.

"Odette School."

Marka tampak berpikir cukup lama. Odette School, ya? Ia bisa menggunakan Weren untuk mencari tahu tentang itu.

"Sel, telpon Weren!"

"Buat apa?"

"Minta data tahun bunda Lo sekolah! Kita bisa cari tahu di sana!"

***

Sudah seminggu semenjak mereka bertukar identitas. Selama itu juga, misi ini sudah mulai terlihat kemajuan. Ya, walau tidak banyak.

Arsel masih menjadi Marka, dan Marka masih menjadi Arsel. Yang tahu hanya YoungTeam dan tentu saja Sakura.

Sebenarnya, teman-temannya Marka sudah mulai sedikit curiga. Namun, Arsel sebisa mungkin menghilangkan kecurigaan mereka agar apa yang ingin ia lakukan berjalan sesuai rencana.

Ia tahu, membohongi anak-anak pintar seperti Weren, Troya, Kanaya serta Bita akan cukup menghabiskan tenaga. Namun, jika ia tidak terlalu lama-lama menghabiskan waktu bersama mereka, mereka pasti tidak akan tahu akan hal ini.

Tentang Odette School. Ia berhasil membujuk Weren untuk meminta data-data angkatan bundanya. Walaupun Weren bertanya-tanya kenapa 'Marka' meminta hal tersebut. Akan tetapi karena lelah berdebat, Weren akhirnya setuju juga.

"Lo gak boleh lengah, Sel! Weren pasti bakal nyari tahu semuanya habis ini!" seru Marka mengingatkan.

"Gue tau, Ka. Tinggal pinter-pinter ngelak aja."

Terdengar suara kekehan di seberang sana.

"Kek otak Lo sanggup aja, Sel!" ejek Laskar 'tak lagi tahan untuk tertawa.

"Bachot anying! Gue bisa kok!"

"Iyain aja dah. Kalau dia sampe tau, Lo sendiri yang mampus."

Arsel memutar bola mata malas. Laskar ini bukannya berdoa yang baik-baik malah kebalikannya. Namun, ia harus sabar. Satu Minggu lagi kok. Habis ini ia akan pastikan akan melempar Laskar ke laut selatan.

"Kak Malka! Udah waktunya makan malam!" teriak Miya dari luar sana.

"Oke, Miya. Tunggu dulu, ya!"

"Enak banget Sel makan rame-rame di sana," keluh Omar iri. Ia juga ingin sesekali makan bersama seperti Arsel sekarang.

"Iya dong. Keluarga gue gitu lho."

"Wah parah. Dia sekarang jadi lupa diri. Kasih paham, Ka!" Seperti biasa, Manalu berusaha memanas-manasi.

"Biarin aja. Soalnya gue udah punya kalian," jawab Marka yang berhasil membuat anak-anak YoungTeam bersorak.

"Asekkk, Marka resmi gantiin Arsel," sambung Natalia antusias.

"Kita gak nganggap Lo temen lagi, Sel. Udah nyaman sama Marka." Lintang yang biasanya diam kini juga ikut-ikutan.

"Parah banget Lo pada! Kok gue jadi sedih. Mentang-mentang gue minta kalian jagain Marka baik-baik, jadi lupain gue."

"Yah gimana ya. Marka seru juga orangnya."

"Jangan nangis, Sel! Lo udah bukan anggota YoungTeam, bwahaha." Suara yang terlihat seperti psikopat itu 'tak lain dan 'tak bukan adalah suara Genta. Dia begitu puas menggoda Arsel seperti ini.

"Bodoamat. Jadi kesel gue."

"Udah, Sel. Sana makan sama yang lain. Mereka gak bakal langsung makan kalau satu aja anggota belum hadir di meja makan."

"Eh, iya juga. Oke deh. See you next episode!"

"Lah, kenapa episode?" tanya Natalia keheranan di seberang sana. Namun, terlepas dari apapun, mereka tertawa begitu juga dengan Arsel yang berhasil sedikit mencairkan suasana.

MarSel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang