✧31 | Takdir yang Kejam✧

1.2K 113 3
                                    

Arsel kini duduk di depan televisi. Dengan satu toples keripik kentang yang Sakura sediakan di markas untuk mereka semua.

Anggota lain asik kejar-kejaran di belakangnya. Entah apa yang mereka ributkan kali ini. Arsel memilih mengabaikan. Ia memang sudah tidak mood dalam beberapa hari. Semenjak Jimmy mengatakan beberapa fakta tersebut.

Ia sudah menjelaskan semuanya kepada Marka dan, Arsel tahu, Marka memang menangis. Namun, biarkanlah. Lagian takdir memang sangat kejam untuk mereka. Mungkin dengan mengeluarkan air mata, mereka jadi sedikit lebih lega.

"Ka, gimana kabarnya?" tanya Sakura menyambut kepulangan Marka.

Laki-laki itu kemudian membuka jaket bertuliskan YoungTeam itu dan meletakkannya di atas sofa. Ia mendekati Arsel dan duduk di depan Televisi.

Kini, semua anggota yang awalnya asik kejar-kejaran berhenti dan segera mendekat.

"Sindi bener-bener ngasih tantangan itu ke Arjuna?" tanya Genta penasaran.

"Iya."

"Anying!" umpat Manalu kesal.

"Jadi gimana? YoungTeam bakal bubar kalau mereka berhasil. Dan, kemungkinan mereka bisa menang, delapan puluh persen."

Semuanya setuju dengan omongan Natalia. Namun Arsel terlihat bodoamat.

"Biarin aja. Selama Sindi mau bantuin kita."

"Tapi gimana sama nasib kita? Kalau kita kalah, kita bakal jadi anggota Universe nantinya, Sel. Lo juga gak bakal bisa balapan sama tawuran lagi. Secara geng sialan itu geng sok alim," protes Laskar tidak terima.

"Gapapa, balapan sama tawuran gak terlalu penting. Lagian Kita nggak butuh nama buat terus temenan. Ikatan kita udah ada sejak dulu. Mau udah gak satu geng lagi, kita tetap sahabatan."

"Keren banget kalian. Gue jadi iri." Sakura menatap anggota YoungTeam secara bergantian. Jujur saja, hubungan antara YoungTeam sungguh erat. Bagi dia yang tidak mempunyai sahabat sejak dulu, hanya bisa menatap iri kebersamaan itu.

"Kenapa harus iri? Lo 'kan sekarang juga member YoungTeam, Pang! Sama Marka juga," ujar Laskar yang mendapatkan anggukan dari yang lainnya.

"Terimakasih. Tapi gue cuma gabung sesaat. Gue gak mau bikin circle kalian jadi gak asik."

Marka mengangguk setuju. Walau perlakuan YoungTeam kepada mereka begitu baik dan sangat terbuka. Tapi mereka tetap tidak enak. YoungTeam sudah saling kenal dari TK. Lah, mereka yang baru kenal kemarin dengan enaknya ingin bergabung?

"Padahal kita gak ada masalah sih." Semua setuju dengan pendapat Omar. Ya, lagian Marka dan Sakura juga asik, baik hati dan kadang membuat tongkrongan sedikit lebih rame.

"Oh iya. Kapan Sindi mau bawa Lo ke Odette School?" tanya Arsel yang tiba-tiba ingat misi Marka yang sebenernya.

"Besok."

Arsel manggut-manggut sembari terus memakan keripik kentang dari toples yang kini sudah berkurang setengah.

"Lo mau sendirian aja, Ka? Kita di sini banyak. Kayak gak guna aja gitu rasanya." Manalu merebahkan diri di atas paha Natalia. Setelah capek berlari tadi, ia jadi sedikit lelah.

"Emang kalian mau temenin gue?"

"Mau!" jawab mereka serentak.

Antusias sekali.

Marka tampak berpikir sejenak. Mencari-cari member yang mungkin akan ia butuhkan untuk misi besok.

"Genta sama Omar aja."

Genta mendelik curiga. Ia kemudian menunjuk Marka penuh prasangka. "Lo pasti ngajak gue karena waktu itu gue bilang 'i love you', ya?"

"Ya udah ganti aj--"

"Ehh, jangan dong! Gue mau banget! Apalagi bakal ketemu sama Sindi." Pemuda itu sangat bahagia rupanya.

"Kenapa harus Genta? Kalau Omar oke dikit."

Ekspresi ragu yang jelas terukir dari wajah Arsel membuat Genta menjadi galau. "Jangan remehkan gue, Sel! Lo udah kenal gue dari TK masa masih meremehkan sih."

"Justru karena gue kenal sama Lo makanya gue remehin, anjrit."

"SETUJU!" jawab mereka semua--kecuali Sakura dan Marka yang hanya kebagian tertawa.

"Temen-temen gue kayaknya syaiton semua."

***

Sakura berbaring lelah di atas ranjang. Ia kembali ke rumah setelah seharian berada di markas YoungTeam. Lelah juga rasanya. Namun ia tidak akan menyerah semudah itu, dan akan terus mencari tahu tentang siapa dan bagaimana orang tua kandungnya.

"Sakura, makan malam dulu, nak." Panggilan lembut itu adalah panggilan dari Ibunya. Seorang wanita berparas cantik, yang juga baik hati itu membuka pintu kamar putrinya. Ia tersenyum hangat, membuat Sakura ingin menangis saja.

Ia benci fakta bahwa orang itu bukanlah ibu kandungnya. Andai ia bisa memilih siapa yang akan melahirkannya. Sakura pasti akan memilih wanita yang kini sedang tersenyum itu.

"Menunya apa, Ma?" tanya gadis itu dengan senyum lebar. Mencoba menutupi kesedihan yang akhir-akhir ini selalu merecoki hati.

"Kesukaan kamu dong."

"Kari ayam?"

Mata Sakura tampak berbinar menatap tiga porsi kari ayam di atas meja. Ia sangat suka kari ayam buatan bundanya. Sangat enak!

"Ada sup kepiting gak, Ma? Padahal tadi ayah mintanya menu itu." Pria tampan yang baru saja keluar dari kamar mandi tersebut terlihat mengerutkan wajah saat melihat tak ada menu yang ia minta.

"Besok aja, Ayah! Malam ini menunya kesukaan Sakura."

"Selama anak ayah senang ya sudah deh. Ayah bisa apa."

Mereka tertawa. Hangat sekali. Seperti berada dalam mimpi.

Sakura tersenyum hambar. Ia ingin sekali berteriak kepada semesta, bahwa orangtuanya adalah mereka berdua!

Bagaimana bisa takdir seburuk ini? Entah dosa apa yang Sakura lakukan di masa lalu. Namun jika bisa, ia akan bertobat hari ini juga. Ia hanya ingin menjadi anak kandung mereka! Bukanlah anak adopsi seperti sekarang.

Namun dia bukan siapa-siapa. Hanya manusia biasa yang tidak memiliki kuasa apapun. Hanya gadis kecil yang ingin menangis saat tersakiti.

Namun, jika dipikir lagi. Marka dan Arsel lebih terpuruk. Walau nasib mereka hampir sama, tapi level tersakiti mereka jauh di atas Sakura. Mungkin, dengan memikirkan hal itu bisa membuat Sakura sedikit lebih bersyukur.

Arsel adalah temannya. Marka adalah orang yang ia kagumi karena kepintarannya.

Sakura tidak mau mereka menderita lebih dalam.

Apapun yang terjadi, ia akan membantu mereka mencari tahu semuanya. Dan dia juga akan mencari tahu tentang orang tua kandungnya. Bukan untuk hidup bersama mereka! Sakura hanya ingin tahu, kenapa ia sampai ditelantarkan di panti asuhan? Dan kenapa di hari yang sama seperti Marka?

MarSel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang