✧44 | Masalah Baru Muncul✧

1.2K 115 10
                                    

|| Ditanya tentang 'anak rahasia Herianto', Sindi Eris, selaku cucu, no comment! ||

|| Beginilah sosok Marka dan Arsel. Anak rahasia Almarhum Herianto, CEO utama Eris Group. ||

|| William Eris dikabarkan mewarisi Eris Group dan diangkat menjadi CEO utama. ||

|| Eris Group akan menghadapi kompetisi antara Moreo dan juga Marka sebagai pewaris masa depan. "Waduh, gawat nih. Saingannya sama-sama ambis." Komen salah satu warga net. ||

|| Dari Arsel Lomera, menjadi Arsel Eris. "Curiga dia masa lalu termasuk salah satu keluarga Kerajaan. Hidupnya di circle kaya mulu." Komen warga net yang sangat mewakili. ||

Sindi menghela napas berat. Sudah lebih dari seminggu semenjak kakeknya meninggal, tetapi artikel tentang Eris Group belum juga berakhir. Apalagi saat membaca judulnya yang menimbulkan banyak kontroversi kedepannya. Kepalanya sudah sangat pening sekarang.

Gadis itu kemudian bangun dari kasur dan menapakkan kakinya di atas marmer bercorak abstrak di kamarnya. Ia berjalan beberapa langkah sebelum suara tersebut membuat tubuhnya mendadak berhenti.

"Sin, mau ke rumah kakek nggak?"

Gadis itu menoleh ke belakang. Di balkon kamarnya, sang abang terlihat dengan sebuah cangkir kopi yang mungkin baru saja laki-laki itu habiskan.

Sejak kapan manusia itu ada di sini?

"Ngapain?"

Moreo mendekat. Raut wajahnya sangat tenang, membuat Sindi jadi bertanya-tanya. Kenapa lagi sekarang?

"Aku belum pernah ngobrol sama om kita. Jadi pengen kenal lebih dalam aja sih."

Tidak! Sindi tahu maksud dan tujuan Moreo bertemu dengan Marka dan juga Arsel. Siapapun pasti tahu jika melihat ekspresi wajah Moreo sekarang.

"Sendiri aja. Aku lagi ada job," jawab Sindi sebelum akhirnya keluar dari kamar bernuansa baby blue itu.

Moreo tidak lagi memaksa. Jika Sindi tidak mau, ya tidak masalah. Ia juga berani datang sendiri. Toh, dia hanya mengajak adiknya untuk meminimalisir kecanggungan di antara mereka nanti.

Sosok itu kemudian merogoh sakunya, menyalahkan benda pipih dari merek yang dikenal mahal tersebut. Tangan kanannya bergerak leluasa mengetik kalimat yang kemudian ia kirimkan kepada seseorang di sebelah sana. Sementara tangan kirinya masih memegang gelas yang tadinya berisi kopi panas.

Anda

| Bagaimana hasilnya?

+62xxxx

Marka bukanlah lawan yang mudah buat tuan muda |

[Mengirim foto] |

Seperti yang anda lihat di data tersebut. Marka cukup pintar dan ambisius untuk menjadi penerus |

Rahang Moreo mengeras. Sama sekali tidak meleset dari dugaannya.

***

"Ka, sesekali ajak anak panti kek. Males banget masa berdua doang di rumah besar kayak gini. Gak seru!"

Marka yang sedang mengerjakan beberapa tugasnya kini menoleh kearah Arsel, yang tampak asik merebahkan diri di atas sofa ruang keluarga sembari menonton siaran di televisi.

MarSel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang