3. Stay

93.7K 3.7K 102
                                    

"Aunty tidak perlu seperti ini," Edeline merasa tidak enak ketika Clarissa menempatkannya di sebuah kamar yang masih kosong, padahal ia bisa tinggal satu kamar dengan Alyssa.

"No, Edeline. Aku ingin kau merasa nyaman tinggal di sini." Ucap Clarissa seraya tersenyum simpul.

"Maaf jika kedatanganku merepotkan kalian semua."

Clarissa menggeleng. "Tidak, kau sama sekali tidak merepotkan Lin."

Selepas sarapan Clarissa membawa Edeline ke sebuah kamar tamu yang jarang digunakan. Sebenernya ada cukup banyak kamar kosong, mengingat rumah yang Clarissa dan Jake tinggali, bukan sekedar rumah biasa melainkan mansion cukup mewah.

Edeline menatap kamarnya dengan pandangan asing. Ia menghembuskan napasnya sejenak sebelum menyeret kopernya ke samping ranjang. Sebenarnya bisa saja ia pergi ke rumahnya sendiri, namun ia merasa tidak enak. Mengingat Clarissa sangatlah baik padanya, wanita itu juga seperti ibu kedua baginya.

"Untuk sementara waktu Lin, setelah itu kau akan pergi dari sini. Sejauh mungkin." Ya, untuk sementara waktu ia akan tinggal di sini, dan setelah semuanya beres ia akan pergi jauh dari sini. Entahlah, ia merasa harus pergi ke suatu tempat yang bisa membuatnya sedikit tenang.

Di saat Edeline tengah membereskan bajunya, ia jadi teringat akan seseorang yang selalu menatapnya intens namun dengan tatapan datarnya.

Alexio, entah mengapa semenjak ia mengenal Alyssa, tidak pernah sekalipun ia mendapati pria itu menyapa atau bahkan tersenyum kepadanya. Apa pria itu membencinya? Jika benar, ia juga tidak peduli. Karena baginya netra biru pria itu sedikit menakutkan untuknya.

"Alexio," panggil Clarissa ketika melihat putranya berada di dapur.

"Kau tidak berangkat kuliah?" tanya Clarissa sambil melihat putranya yang sibuk mengunyah apelnya.

"Aku tidak ada kelas hari ini." Ucapnya singkat seraya memakan potongan terakhir apelnya.

"Okay, kalau begitu kau bisa menjemput Aly nanti."

"Mengapa harus aku?" ucap Alexio dengan kerutan di dahinya.

"Kau tidak mau menjemputnya?"

"Tidak."

"Aku akan pergi ke kamar." Setelah mengatakan itu Alexio mencium pipi Clarissa sebelum beranjak menuju kamarnya.

Sesungguhnya Alexio tidak begitu suka berada di sini, mengingat ia memiliki apartemen pribadi. Namun kali ini, ia akan tinggal di mansion untuk sementara waktu sebelum ia kembali ke apartemen bersama seseorang.

Alexio berjalan menaiki tangga sampai netra birunya mendapati seorang gadis tengah berjalan ke arahnya. Edeline tidak mengetahui jika di hadapannya saat ini ada Alexio yang berjalan ke arahnya. Gadis itu sibuk membawa kotak berisi barang-barangnya. Sampai.

Bruk!

Edeline menabrak tubuh Alexio hingga barang-barangnya terjatuh. Gadis itu ingin mengambil barang-barangnya, namun hal itu tak bisa ia lakukan. Di saat Alexio menahan lengannya hingga tubuh mereka saling berhimpitan.

Edeline yang sadar siapa sosok di hadapannya, hanya bisa terdiam seraya menunduk. Ia tidak berani untuk berkata ataupun menatap sosok di hadapannya.

"Be careful," bisik Alexio sebelum ia berlalu dari hadapan Edeline.

Sedangkan Edeline berusaha mengatur sesuatu yang ada dalam dirinya. Untuk pertama kalinya ia mendengar suara pria itu sedekat ini. Dan entah mengapa ia sedikit merinding dibuatnya, bukan karena ia suka justru ia semakin takut terhadap pria itu.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang