Alexio menyulut nikotinnya seraya melihat Edeline yang masih tertidur di atas ranjang. Pagi ini adalah hari di mana pertemuan sialan itu dilakukan. Sebenarnya bisa saja ia tak menghadiri pertemuan itu, namun ia ingin menunjukkan dengan siapa sebenarnya mereka berurusan. Dan apakah mereka akan tetap sama ketika mengetahui satu fakta ini.
"Sepertinya akan menyenangkan," gumam Alexio seraya menghembuskan asap nikotinnya.
Di tengah ia menikmati pemandangan di hadapannya, Alexio mendengar suara yang cukup mengejutkannya. Segera pria itu mematikan nikotinnya, dan berjalan ke tempat di mana Edeline berada. Sampai beberapa saat, ia melihat tubuh Edeline yang sudah terduduk di atas lantai.
"Dee," Alexio menghampiri Edeline yang nampak kesakitan.
Edeline menyentuh dahinya yang berdenyut cukup kuat. Ia sampai tidak sadar jika tidurnya sudah berada di ujung kasur.
Tanpa kata Alexio menyingkirkan rambut Edeline, hingga ia bisa melihat dahi Edeline yang nampak memerah.
"Sakit," gumam Edeline lirih.
Perempuan itu tak berbohong jika dahinya benar-benar berdenyut sakit saat ini. Terlebih lagi dahinya yang terlebih dulu terkantup lantai.
Alexio meniup dahi Edeline kemudian memberikan kecupan berulang kali. Ia melihat Edeline yang nampak masih mengantuk, dengan kedua mata yang masih menutup rapat.
"Masih sakit?" tanya Alexio yang dibalas gelengan Edeline.
Entah sadar atau tidak, tiba-tiba Edeline memeluk tubuh Alexio kemudian menyandarkan kepalanya dalam dada bidang milik pria itu. Sedangkan pria itu nampak tenang ketika Edeline melakukan hal ini. Ia pun dengan senang hati membalas pelukan gadisnya itu.
"Kita tidur di atas ranjang," ucap Alexio yang dibalas gelengan Edeline. "Dee."
Terpaksa Alexio harus menggendong tubuh Edeline, lalu menaruhnya di atas ranjang. Ia tidak ingin perempuan itu tidur di lantai yang dingin.
"Don't go," gumam Edeline lirih.
Alexio yang mendengar itu tersenyum simpul, kemudian mengecup puncak kepala Edeline. "I'm not going anywhere."
Setelah beberapa saat Edeline kembali tidur dengan nyenyaknya. Namun berbeda dengan Alexio yang harus pergi setelah ini. Seharusnya ia tidak ingin meninggalkan Edeline seperti ini, terlebih lagi ia begitu khawatir dengan keadaan gadisnya itu.
"I'll be right back," bisik Alexio seraya mengecup kening Edeline cukup lama.
Tepat setelah itu, Alexio berjalan menuju walk in closet guna mengubah penampilannya. Pria itu mengambil setelah jas berwarna hitam, tak lupa ia juga menggulung sebagian lengan sikunya. Setelah semuanya siap, Alexio keluar dari dalam sana. Sebelum benar-benar keluar ia kembali menghampiri Edeline, lalu mengecup bibir itu sekilas.
Alexio keluar dari dalam kamar. Di depan pintu sudah ada Kendrick, Gideon, dan juga Dante.
"Untukmu," ucap Kendrick seraya memberikan kartu akses khusus pemimpin pada Alexio.
Alexio melihat kartu itu sejenak sebelum tersenyum miring. "Mari kejutkan mereka semua."
Tepat setelah itu, Alexio mengendarai mobilnya sendiri. Diikuti mobil Dante dan juga Kendrick di belakang Alexio. Pria itu mengendarai mobilnya dengan tenang ketika mobil ketiga temannya melaju cepat di depannya. Untuk kali ini, ia tidak akan buru-buru.
Castle scuro de alba; 10 A.M, Milan
Alexio memasuki sebuah kastel yang akan dijadikan pertemuaan hari ini. Dengan tenang Alexio membelokkan mobilnya memasuki perkarangan kastel. Bisa ia lihat penjagaan yang cukup ketat di sekelilingnya. Sebelum keluar, Alexio memutuskan untuk berdiam diri sejenak. Pria itu mengambil nikotinnya kemudian menyulutnya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXIO [END]
RomanceSEQUEL "THE DEVIL WANTS ME" Bisa di baca terpisah [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 17+ Awal dari bencana ini di mulai ketika Edeline harus tinggal satu atap bersama keluarga Stolen, dan lebih parahnya ia harus menetap dengan pria...