27. mine

47.6K 1.9K 58
                                    

Bug!

Alexio hampir tersungkur ketika seseorang tiba-tiba menghantam pipinya. Sorot mata pria itu berubah semakin tajam ketika melihat siapa yang melakukan hal ini.

"You! You fucking bastard Alexio!" pekik seorang gadis dengan amarah membara. "Apa yang kau lakukan pada Edeline?!"

Alexio berdecih dengan darah di ujung bibirnya. "It's not your business Alyssa." Tekannya dengan tatapan siap membunuh.

"Bukan berarti kau saudara perempuanku, kau bisa menentang apa yang aku inginkan." Desis Alexio seraya mencengkeram tangan Alyssa.

Alyssa tak pernah takut dengan Alexio. Namun entah mengapa aura pria itu kali ini benar-benar berbeda. Terlebih lagi sorot mata pria itu terlihat seperti akan membunuhnya.

Alexio melepaskan cengkeramannya kemudian berbalik memunggungi Alyssa. "Keluarlah. Selagi aku masih berbaik hati padamu."

Belum sempat Alyssa menyanggah ucapan Alexio, suara teriakan dari luar membuat gadis itu mematung di tempat. Suara-suara ini, sial! Ia tidak berpikir jika tiga curut Alexio akan datang saat ini. Pun Alyssa berbalik, hendak pergi dari tempat itu.

"Hi Alyssa," sapa Gideon.

"My baby girl," ucap Dante dengan senyum lebarnya, begitu senang mendapati Alyssa di sini.

"Enyah kau bastard!" pekik Alyssa pada Dante. Sedangkan Dante hanya tertawa mendapati perlakuan Alyssa.

Alyssa pun beralih, sampai beberapa saat pandangannya jatuh pada Kendrick. Pun di saat yang bersamaan gadis itu memutus pandangannya begitu saja.

"Shit! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" desis Alyssa seraya mencengkeram kemudinya.

Sampai beberapa saat ia mendengar ponselnya berbunyi. Sebuh pesan masuk dengan nomor tidak dikenal. Gadis itu membuka ponselnya dan membaca pesan masuk itu.

+11098***
I have something special for you. Go home, and you will be find that.

"Jerk! Who the fuck are you?" desis Alyssa, ketika ia mendapati nomor itu kembali menghubunginya, namun dalam bentuk pesan.

Di sisi lain, Edeline nampak tenang di atas sofanya. Perempuan itu begitu senang, ketika hari ini tidak ada satupun mata kuliah yang harus ia lakukan. Ia begitu santai membaca novel yang sempat dirampas Alexio kemarin. Pun ia sudah berulang kali memaki si tokoh utama pria yang begitu brengsek.

"Jika kau tidak mencintainya. Mengapa kau selalu melarang Victoria melakukan apapun?" geramnya ketika membaca beberapa adegan yang membuatnya kesal.

Di tengah bacaannya, Edeline merasakan ponsel di sampingnya bergetar. Netra abu-abunya melirik sebentar sampai ponselnya berhenti bergetar. Sebuah pesan masuk tiba-tiba mencuri perhatiaannya. Ia duduk di atas sofa kemudian membuka pesan itu.

Iblis sialan!
Sebentar lagi aku akan pulang. Jangan lakukan hal yang tidak kusuka, dan ingat. Jangan makan-makanan yang dapat membuat perutmu sakit. I'll be there, love you Dee.

Edeline mencibikkan bibirnya kesal. Ia pikir siapa yang mengiriminya pesan. Ternyata si iblis sialan itu, atau lebih tepatnya Alexio. Benar, pria itu nampak sekali perhatian dengannya, namun dibalik itu ia masih sebal dengan beberapa perilaku pria itu.

"Lebih baik kau tidak usah pulang." Gumam Edeline seraya menaruh ponselnya asal.

Tepat setelah itu, Edeline merasakan perutnya berbunyi. Ia sampai lupa jika hari ini sudah siang, pun ia tidak tahu harus memakan apa kali ini. Sampai satu ide terlintas dibenaknya.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang