19. Rules.

49.1K 2.2K 112
                                    

Edeline menatap gemerlapnya bintang di waktu malam. Gadis itu mengulurkan tangannya seolah menggapai bintang itu. Setelah puas, pun ia memutuskan untuk masuk ke dalam ketika udara di sekitarnya menjadi lebih dingin.

Edeline memutuskan untuk keluar dari kamar dan hendak mencari sesuatu. Tapi entah kenapa pandangannya justru jatuh pada pintu utama, yang tak jauh dari tempatnya. Gadis itu berjalan ke arah sana, hendak menggapai pintu itu. Namun sebelum itu.

"Dee," Edeline berbalik dan mendapati Alexio di belakangnya. Ia pikir pria itu masih berkutat dengan pekerjaanya, hingga ia tidak sadar jika pria itu berada di belakangnya.

"What are you doing?" tanya Alexio seraya mendekat ke arah Edeline.

Edeline semakin memundurkan tubuhnya. Tanpa bisa dicegah kini tubuhnya telah menempel di dinding pintu. Edeline menahan napasnya ketika tubuh Alexio hampir menempel dengannya.

"Apa kau berniat kabur dariku?" bisik Alexio dengan tatapan tajamnya.

Alexio menggapai pinggang Edeline hingga tubuh gadis itu menabrak dada bidangnya.

"Dee," desisnya seraya mencengkeram erat pinggang Edeline.

"No, I'm just..." Edeline bingung harus berkata apa saat ini.

"Just what?" bisik Alexio seraya memberikan gigitan di cuping telinga Edeline.

Edeline menggigit bibir bawahnya. Tidak bisakah pria itu membiarkannya pergi. Pun memang ia tidak berniat sedikit pun untuk lari, karena pada dasarnya hal itu sangatlah mustahil.

"Iooking for you," cicit Edeline lirih.

Pun saat ia tersadar apa yang tengah dibicarakannya. Ia mendongak dengan mata membulat sempurna.

"No, I'm not..." Edeline berusaha menyangkal ucapannya, sebelum senyum miring pria itu tunjukkan.

"Don't lie. Kau tahu betapa senangnya aku saat ini." Jawab Alexio seraya mengelus pipi Edeline. "Rasanya aku ingin mengurungmu sepanjang waktu."

Edeline meneguk ludahnya kasar. Ia mengumpati dirinya yang telah berkata bodoh. Tidak seharusnya ia berkata seperti itu, di saat ada predator besar di hadapannya.

"Sepertinya aku harus—Alex!" Edeline memekik ketika Alexio menggendong tubuhnya ala bridal style.

Edeline meronta ingin dilepaskan, namun remasan di pantatnya membuat gadis itu terdiam.

"Jangan bergerak," bisik Alexio seraya melanjutkkan langkahnya.

Pun Edeline terdiam dengan kedua tangan yang berada di dadanya. Ia tidak tahu ke mana Alexio akan membawanya. Sampai ia tahu ketika pria itu memasuki ruang kerjanya. Jangan bilang ia harus berada di sana bersama pria itu.

Edeline tersentak ketika pria itu tiba-tiba duduk di kursinya, bersama ia yang ada dipangkuannya. Ia sedikit panik ketika Alexio nampak tak ingin melepaskannya sedikit pun.

"Diam, dan jangan bergerak." Perintah Alexio yang membuat Edeline mengerutkan keningnya dalam.

"Tapi..."

"Dee," Edeline terdiam ketika melihat tatapan Alexio yang menghunus tajam.

Pun gadis itu memilih diam dengan perasaan tidak nyaman. Netra abu-abunya melirik dokumen yang tengah dikerjakan Alexio saat ini. Begitu rumit dan membingungkan. Di tengah pikirannya, Edeline kembali teringat akan sesuatu.

"Alex," panggil Edeline lirih.

Seketika itu Alexio menghentikan kegiatannya. Netra birunya menatap lekat Edeline yang nampak ingin mengatakan sesuatu.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang