43. Revealed

22.4K 1.3K 181
                                    

Edeline terdiam sambil menyantap makan malamnya. Kini ia hanya makan bersama Alexio di kamar mereka. Sialnya, kejadian beberapa jam yang lalu masih terngiang jelas di pikirkannya.

Enyahlah pikiran kotor. Batin Edeline dalam hati.

"Dee," melihat Edeline yang terdiam membuat Alexio khawatir.

Seketika itu Edeline mendongak hingga netra mereka saling bertubrukan. "Ya?"

Tanpa kata Alexio mengambil beberapa lauk di sebelahnya, kemudian diberikan pada Edeline. Edeline ingin menahan pergerakan Alexio, sampai ucapan pria itu membuatnya terdiam.

"Kau makan terlalu sedikit," ucap Alexio, yang membuat Edeline seketika melihat piringnya.

Benar. Setelah Alexio menambah porsi makanannya, itu terlihat seperti porsi yang biasa ia makan. Mungkin pikirannya terlalu berkelana, hingga tidak sadar jika ia makan terlalu sedikit.

"Thank you," ucap Edeline lirih sambil menggigit ujung sendoknya.

Tepat saat itu, Edeline kembali menyantap makanannya dalam diam. Sedangkan Alexio nampak memperhatikan setiap gerak-gerik yang Edeline tunjukkan. Tanpa sadar Alexio tersenyum simpul ketika melihat Edeline mengunyah makanannya dengan pelan.

Edeline tersentak ketika jemari Alexio tiba-tiba mengelus puncak kepalanya. Perempuan itu terdiam dengan pandangan bertanya.

"Dee, kau tidak akan meninggalkanku, bukan?" ucap Alexio tiba-tiba.

Edeline bingung harus mengatakan apa saat ini, terlebih lagi ucapan pria itu yang membuatnya tiba-tiba membisu.

"Edeline Carolina Eloise," bisik Alexio seraya memilin ujung rambut Edeline.

Entah mengapa suasana kali ini menjadi sedikit lebih gelap. Terlebih lagi tatapan Alexio yang jauh berbeda dengan tadi.

"Ya," sahut Edeline lirih.

Edeline meneguk ludahnya kasar ketika Alexio tak melepaskan pandangannya sedikit pun. Ia tidak tahu apa yang diinginkan pria itu sebenarnya. Terlebih lagi, tatapan dan suara pria itu terlihat cukup menakutkan.

"Answer my question, Dee." bisik Alexio dengan senyum tipisnya.

"I don't know," jawab Edeline lirih.

Jika mengenai hal itu ia tidak tahu. Pun jika ia pergi dengan sendirinya, ia juga akan tertangkap pada akhirnya. Namun jika sebaliknya, tunggu dulu.

"Jadi kau berniat untuk pergi?" desis Alexio dengan tatapan cukup tajam.

"Bukan, maksudku aku tidak tahu. Terlebih lagi, jika takdir memang menginginkanku pergi. Aku harus bisa apa?" ucap Edeline, berharap Alexio mengerti.

"Aku akan melawan takdir, bagaimana pun caranya." Alexio mengeratkan rahangnya. "Karena jika itu sampai terjadi, kau akan membangunkan sisiku yang selama ini tertidur." Desis Alexio berusaha mengotrol dirinya.

"Sisi tergelapmu?" ucap Edeline hati-hati.

Alexio yang mendengar itu tersenyum miring. "You know about it?"

Edeline terdiam ketika mendengar itu. Ia tidak tahu sisi milik Alexio seperti apa yang tidak ia ketahui. Terlebih lagi, pria itu terlalu misterius baginya.

"Apa itu berhubungan dengan dunia gelapmu juga?" tanya Edeline yang membuat Alexio terdiam.

Alexio mengambil wine di hadapannya kemudian menegaknya pelan. "Sepertinya Alyssa telah memberitahumu beberapa hal."

Mendengar hal itu Edeline tak bisa berkata apapun. Namun ia sendiri yang menginginkan Alyssa menceritakan tentang Alexio padanya.

"Aku yang menginginkannya," ucap Edeline pada akhirnya. "Aku ingin tahu beberapa hal tentangmu. Terlebih lagi, kau begitu tahu tentang kehidupanku sejauh ini."

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang