50. Lost

19.8K 1K 74
                                    

Alexio melihat sebuah titik di layar tab-nya. Ia yakin jika Edeline tak berada jauh di sekitar kota, atau lebih tepatnya bukan seperti itu. Alexio terus menekan pedal gasnya, sampai panggilan dari ear monitor nya membuat pria itu semakin erat mencengkeram kemudinya.

"Cameron, pria bajingan itu yang membawa Edeline pergi." Ucap Kendrick pada Alexio.

Sialan. Jadi pria itu belum mati juga. Sepertinya ia harus membunuh pria itu dengan tangannya sendiri.

"Semua ini adalah rencana dari Paul, yang mengajak Cameron untuk bekerja sama. Namun Cameron tidak tahu, jika Paul melakukan semua ini adalah untuk melenyapkan Edeline." Jelas Kendrick lagi, yang membuat Alexio semakin murka.

Alexio yang mendengar itu benar-benar tak bisa menahan amarahnya. Rasanya ia ingin memenggal kepala pria tua itu segera. Tepat saat itu terdengar suara tembakan yang begitu memekakkan telinga. Alexio yang mendengar itu segera meraih pistolnya.

"Halangi mereka sebisamu," ucap Alexio pada Kendrick.

Tepat saat itu Kendrick meraih kedua pistolnya, kemudian melepaskan kemudinya sejenak. Detik itu pula ia melepaskan empat tembakan pada mobil di belakangannya. Setelah itu ia kembali masuk ke dalam mobil seraya tersenyum miring, ketika melihat mobil-mobil itu terlihat oleng.

Di sisi lain, Alexio juga memainkan satu pistolnya ketika ia melihat sebuah mobil mencoba menyusulnya. Pria itu memilih untuk mensejajarkan mobilnya, kemudian detik itu juga ia menembak orang-orang itu beberapa kali. Setelah berhasil ia kembali melajukan mobilnya secepat mungkin. Ia mengambil nikotinnya dan menyulutnya dengan tenang.

Dante dan Gideon juga tak tinggal diam. Mereka berdua menembaki mobil yang berusaha menghalangi jalan mereka.

"Dasar bajingan gila! Kau pikir bisa mengalahkan kami?!" teriak Dante seraya melajukkan mobilnya begitu cepat.

"Seharusnya aku melubangi kepalanya tadi," gumam Gideon seraya menaruh pistolnya asal.

Mereka semua melajukkan mobilnya, dengan Alexio yang memimpin di depan. Kali ini pria itu tidak akan membiarkan Cameron menyentuh Edeline sedikit pun.

Alexio menginjak pedal gasnya ketika sebuah mobil menghalangi jalannya.

"What the fuck!" umpat Alexio dengan tatapan membunuhnya.

Saat itu terlihat seorang gadis keluar. Di sana Alyssa berjalan dengan cepat ke arah mobil Alexio, dan mengabaikan kendaraannya yang menghalangi jalanan.

"Apa yang kau tunggu?" ucap Alyssa yang membuat Alexio berdecak tidak suka.

Tapi tak lama, Alexio kembali melajukan mobilnya dan sedikit menabrak mobil Alyssa yang menghalangi jalan.

"Shit!" Alyssa hanya bisa mengumpat seraya meredakan amarahnya. Tidak apa, lagipula itu bukan mobil kepunyaannya.

Tapi dibalik itu, Edeline terdiam dengan tubuh gemetarnya. Sedari tadi perempuan itu berusaha menahan rasa pusing di kepalanya. Sampai detik ini pun, Cameron tidak datang untuk melihat keadaannya.

"Sialan!" desis Edeline seraya menyadarkan kepalanya pada pinggiran ranjang.

"Apakah tidak ada jalan keluar?" gumam Edeline seraya melihat sekelilingnya.

Namun yang ada, ia hanya melihat kaca tanpa jendela. Hanya ada lubang-lubang kecil untuk ventilasi udara. Edeline melihat jam di pergelangan tangannya. Pukul tiga sore. Tidak terasa hampir satu jam, ia berdiam di sini.

Edeline menggigit bibir bawahnya, ketika ia begitu khawatir saat ini. Ia takut Alexio tidak bisa melacak jejaknya saat ini, terlebih lagi tempat ini nampak jauh dari kota.

ALEXIO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang