Edeline menghela napas lelah ketika ia kembali terkunci di kamar ini. Gadis itu kembali terduduk di atas ranjang sambil menatap balkon yang tertutup rapat. Hanya beberapa detik, ia kembali berdiri dan menghampiri balkon yang tak jauh dari tempatnya.
"Please," ujarnya penuh harap. Berharap pintu balkon itu dapat terbuka.
Edeline tersenyum kecil ketika pintu itu berhasil terbuka. Netranya menatap takjub gedung-gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Sesekali ia menatap ke arah bawah, melihat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.
Tak lama pandangannya jatuh pada bintang-bintang di langit malam. Ia jadi teringat akan ibunya yang selalu menceritakan tentang bagaimana indahnya bintang.
Cukup lama Edeline menatap indahnya langit. Ia dikejutkan oleh sepasang lengan yang melilit pinggangnya.
"What are you doing here?" bisik seseorang seraya mengecup pipi Edeline.
Edeline tetap diam seolah enggan menanggapi pria itu. Dalam hati ia berusaha untuk mengontrol emosinya. Karena jika tidak, bisa saja pria itu berbuat jauh lebih menyeramkan daripada tadi.
Alexio membalikkan tubuh Edeline hingga menghadap ke arahnya. Pria itu menatap netra abu-abu Edeline dengan tatapan cukup dingin.
"Dee..." Desisnya seraya mencengkeram erat pinggang Edeline.
Edeline meringis pelan sebelum ia menjawab ucapan Alexio. "J-ust see the star," cicitnya lirih sebelum membuang pandangannya dari pria itu.
"Jangan pernah membantah, atau mengabaikan perkataan ku. Apa kau mengerti?" bisik Alexio seraya mengaitkan anak rambut Edeline ke belakang telinganya.
"Ya," balas Edeline seraya mengangguk kecil.
"Good girl," ucap Alexio seraya mengecup cuping telinga Edeline.
Sedangkan Edeline berusaha keras menghindari setiap sentuhan yang pria itu berikan. Tapi yang ada, pria itu justru semakin banyak memberikan sentuhan pada tubuhnya.
"Alex!" pekik Edeline ketika Alexio tiba-tiba menggendong tubuhnya ala bridal style.
Seketika itu Edeline mengalungkan tangannya di leher Alexio tanpa sadar. Gadis dengan sweater berwarna pink-nya itu berusaha turun dari gendongan Alexio.
"Akh!" Edeline meringis pelan ketika Alexio dengan sengaja membanting tubuhnya ke atas ranjang.
"Dee, did I hurt you?" tanya Alexio dengan raut wajah cukup panik.
Edeline terdiam dengan pandangan yang sulit diartikan. Apakah benar dia adalah Alexio. Tatapan itu tak pernah sekalipun ia dapatkan. Tapi tak lama Edeline tersadar akan lamunannya.
"No," balas Edeline seraya menggeleng pelan.
Gadis itu membetulkan posisinya hingga punggungnya bersandar pada kepala ranjang. Netra abu-abunya menatap kepergian Alexio ke dalam kamar mandi. Edeline menghela napas lega, ketika pria itu telah menghilang dari pandangannya.
Edeline menatap ruangan itu, hingga pikirannya teringat akan satu hal. "Oh god! My study!"
Ia seakan melupakan hal yang paling penting dalam hidupnya. Kuliahnya, bagaimana bisa ia menjalaninya jika hidupnya tengah dipertaruhkan saat ini. Beg for him. Ya, ia harus memohon pada pria itu.
"Dee," Edeline terkesiap mendengar panggilan Alexio.
Gadis itu mendongak dan mendapati Alexio tanpa atasan di tubuhnya. Seketika itu ia membuang pandangannya, enggan menatap ke arah pria itu.
Alexio yang melihat itu seketika menyunggingkan senyum miringnya. Tanpa suara pria itu mendekati Edeline hingga jarak di antara mereka hanya beberapa senti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXIO [END]
RomanceSEQUEL "THE DEVIL WANTS ME" Bisa di baca terpisah [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 17+ Awal dari bencana ini di mulai ketika Edeline harus tinggal satu atap bersama keluarga Stolen, dan lebih parahnya ia harus menetap dengan pria...